18) Membasmi hantu

1.2K 116 6
                                    

Saat ini mereka berdua berhenti di pinggir jalan. Mereka berdua segera turun dari montor dan menghampiri tukang somay yang sedang mangkal di tempat biasa. Saat di jalan, Tania merengek meminta dibelikan Toni somay yang biasa mereka beli. Dan karena saat ini Toni juga merasa lapar, dia menuruti dan sekarang mereka sudah duduk manis di tempat menunggu pesanan mereka datang.

Saat pesanan mereka datang, seorang ibu-ibu juga ikut duduk disamping mereka dengan wajah kesalnya. Sang tukang somay melihatnya langsung berbicara sambil memberikan pesanan kepada Toni dan Tania. "Ada apa bu Silvi kok dateng-dateng sudah cemberut aja?"

"Biasa pak Her, tadi ada dua penyewa kontrakan saya yang enggak jadi nyewa. Aku pesen somaynya satu porsi pak."

Sambil membuat pesanan dari ibu itu, tukang somay kembali berbicara. "Owhh.. masalah itu toh, pasti dibilang serem gara-gara ada setan ya."

"Iya pak, sudah tiga kali semuanya nggak jadi nyewa. Masak ya gara-gara liat kayak gituan mereka langsung takut."

Toni dan Tania langsung saling memandang dengan masih memakan somaynya. Apakah mereka berdua, tukang somay dan ibu itu membicarakan tentang makhluk halus. Merasa penasaran, Tania menelan somay yang ada dimulutnya dan berbicara. "Kalau boleh tau ibu sedang membahas apa ya?"

Ibu itu menoleh kearah Tania dan dengan cepat menjelaskan. "Gini nak, ibukan punya kontrakan di rumah. Sudah tiga kali penyewa ibu itu tidak jadi nyewa kontrakan. Penyebabnya itu ya gara-gara ada arwah gentayangan di kontrakan ibu." 

Tania bertambah penasaran mendengar cerita dari ibu itu. Waktu pertama kali memasuki sekolah ini, Jihan yang merupakan teman roh pertamanya mengatakan kalau Toni bisa mengusir roh-roh pengganggu dan bisa juga menghasilkan uang. Bagaimana kalau mereka berdua melakukan itu, dengan mata berbinar Tania menoleh kearah Toni yang sedang menikmati somaynya.

Melihat Tania menatapanya , Toni sudah tau pemikiran gadis itu. "Tidak usah aneh-aneh."

Tania cemberut dan berkata. "Memang apa yang aku pikirkan, ini hanya kesempatan untuk kita." Tania menoleh kembali kearah sang ibu dan bertanya. "Bagaimana kalau kami melihat kontrakan milik ibu?"

"Ahh.. boleh-boleh, pak Her kalau begitu kami pergi dulu ya." Setelah menerima bungkusan somay, ibu itu membimbing Tania dan Toni. Toni yang sempat menolak langsung diseret Tania setelah membayar somay mereka.

Setelah mereka menaiki gang yang menanjak, sebuah rumah berlantai satu menjadi tujuan mereka bertiga. Kontrakan itu terlihat biasa saja dari luar dan tidak menandakan adanya hal-hal yang aneh. Sang pemilik kontrakan mempersilahkan untuk keduanya memasuki rumah.

"Apakah benar kalian bisa mengusir hantu itu nak?" Setelah menerima penjelasan dari Tania kalau mereka bisa mengusir hantu, ibu itu masih sedikit meragukan mereka berdua.

"Ibu tenang saja, percayalah kepada kami."

"Baiklah, ibu akan tinggal dulu. Jika ada sesuatu segera panggil ibu."

"Terimakasih bu.."

Ibu itu pergi dan meninggalkan keduanya didalam rumah yang tidak terlalu besar. Tania dan Toni melihat sekeliling ruangan. Aura didalam ruangan memang terbilang cukup mengerikan. Tania berjalan kearah kamar yang berada tidak jauh dari kamar mandi. Memasuki kamar Tania sudah meriding, ruangannya memang cukup luas tetapi hawanya sangat menakutkan.

Hanya ada kasur berukuran sedang, meja rias dan lemari yang memiliki dua pintu. Tania berjalan kearah jendela kamar dan ingin membuka pintu jendela. Siapa sangka saat tangannya akan memegang daun pintu, sebuah tangan yang besar dan pucat penuh luka mencengkram tangan mungil Tania. Belum sempat Tania menjerit, tangan pucat itu sudah ditepis jauh-jauh oleh Toni yang berlari dari arah belakang tubuh Tania. Toni menarik Tania kearah tubuhnya dan melirik ganas kearah tangan yang berada di lantai.

Melihat tatapan yang sangat sengit, tangan pucat itu menghilang ketakutan. Toni beralih melirik tangan Tania yang memerah karena cengkraman kuat dari tangan yang telah menghilang. Tania tau tatapan itu dan segera berkata. "Emm.. aku tidak papa, apakah kamu merasakan aura yang sangat berbeda disini?"

Toni melepaskan genggamannya dan beralih menoleh kearah seluruh ruangan ini. Sebelum mereka memasuki rumah, Toni sudah melihat sebuah bayangan hitam memasuki kamar itu. Toni melihat kalau bayangan itu sangat ganas, saat melihat Tania memasuki ruangan, Toni langsung menghampirinya.

Sebuah suara pecahan piring terdengar dari arah dapur. Keduanya segera berlari melihat keadaan di dapur rumah itu. Sebuah piring putih menjadi berbagai macam bagian di lantai rumah yang dingin. Tania ingin mendekat kearah piring itu tetapi langsung dihentikan oleh Toni. Merasa bingung, Tania menoleh kearah Toni dan Toni memberi isyarat kepada Tania untuk melihat kearah atap dapur.

Tania mendongak keatas dan matanya membulat sempurna melihat sebuah tubuh yang terbalik dengan rambut yang panjang. Walupun bayangan itu hitam tetapi wajahnya sangat mengerikan. Wajahnya yang panjang dengan mata yang lebar membut Tania tanpa sadar menghentikan nafasnya. Dengan lembut Toni mengarahkan Tania kearah belakang tubuhnya. "Sedikit menjauh dari dia, hantu itu sangat ganas!"

Tania melongo menatap Toni, suara memang masih tegas tetapi penuh dengan kelembutan. Berdiri didepannya dengan masih memakai seragam sekolah mereka, Toni sangat menawan dengan aura yang ia pancarkan. Sebelum Tania puas menatap Toni, hantu itu merentangkan tangannya yang panjang kearah Toni. Dengan cepat Toni menarik sebuah pisau yang tergeletak di atas meja dan langsung memotong tangan itu pas melewati badannya. Tangan yang terpotong tergeletak ditanah dan menghilang digantikan asap berwarna hitam yang lama kelamaan akan hilang.

Tania hanya bisa menatap kejadian itu dengan mata terbuka. Benar apa yang diktakan oleh Jihan kalau Toni memang bisa membasmi hantu-hantu itu.

Hantu yang berada diatap tiba-tiba terbang menerpa Toni dengan amarahnya yang besar. Sebelum sampai ditubuh Toni, pria itu sudah merentangkan tinjunya dan menerjang kearah dada hantu itu. Mendapat pukulan yang hebat, hantu itu terpental menabrak dinding dapur dan berubah menjadi asap hitam seperti tangan sebelumnya. Dan beberapa detik, tubuh hantu itu menghilang.

Tania masih menatap tidak percaya kearah dinding dengan mulut yang terbuka lebar. Toni sudah bisa menyingkirkan hantu dengan beberapa hitungan detik. Itu tidak lama dan sangat cepat. Tania kembali menoleh kearah Toni dan tersenyum cerah.

"Wah wah.. kamu sangat hebat." Tania menyodorkan kedua jempolnya dan berjalan kearah Toni. "Bagaimana bisa kamu menghabisi hantu itu dengan cepat, ahh.. kenapa aku tidak tau."

Toni mengetuk dahi Tania dengan pelan dan berkata. "Apa kau sangat bodoh."

"Haiss.. sakit tau." Tani menggosok kepalanya dan berseru. "Tapi bagaiamana cara kamu bisa membunuh hantu yang sudah mati?"

Toni berjalan kearah ruang depan dengan berkata. "Sebenarnya itu sangat gampang, apa kamu melihat lubang hitam di dadanya. Itu adalah tempat dimana jiwanya berada. Jika kamu menghancurkan titik itu, maka jiwa yang ada akan menghilang kealamnya." Jelas Toni.

Tania yang mengikuti di belakang kembali bertanya. "Apakah setiap inti jiwanya berada di dada?"

"Tergantung."

"Owhh.. berarti tugas kita sudah selsai."

"Enn.."

"Sangat cepat." Tania tersenyum cerah.

Setelah mereka berdua keluar dari dalam ruangan, sang ibu pemilik kontrakan berjalan kearah mereka berdua dengan senyum cerahnya. Sang pemilik kontrakan mendengar kabar baik kalau hantu itu sudah pergi dan kebahagiaannya bertambah. Ibu itu memberikan bonus kepada Tania dan Toni. Sebelumnya Tania sudah menolak tetapi Toni menyarankannya untuk segera menerima. Akhirnya Tania memasukkan uang itu kedalam tas dan segera mengucapkan terimakasih.

Unusual Abilities (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang