39) Keadaan

784 86 8
                                    


Dika serta dua orang dibelakangnya keluar setelah menyelesaikan apa yang ingin mereka sampaikan kepada Tania dan Toni. Dika kembali mengunci keduanya didalam ruangan tanpa menoleh sama sekali. Tetapi itu lebih baik, mereka tidak ditempatkan diruangan bawah tanah yang gelap, setidaknya tempat yang sekarang mereka tempati memiliki tempat untuk mereka istirahat atau buang air.

Toni membopong Tania dan menempatkan gadis itu di atas kasur yang sebelumnya dia tempati. Toni tau kalau Tania pasti belum bisa menerima kenyataan ini, dia juga sangat terkejut setelah mendengar penjelasan dari Dika.

Selama ini Toni memang merasa ada yang tidak benar dengan keluarganya. Selalu ada bayangan hitam yang menghantuinya selama ini. Didalam mimpinya ataupun hadir dikenyataan. Bayangan itu akan keluar kapanpun bayangan itu mau. Pertama kali Toni melihatnya adalah setelah dia sembuh dari demamnya, bayangan itu berdiri didepan tempat tidurnya dan terus menatap kearah Toni kecil. Hanya bayangan hitam tanpa wajah, tetapi mata merah darah menatap langsung seolah ingin membunuhnya.

Toni kecil jelas takut, dia merengek kepada ibu dan ayahnya karena takut. Siapa yang tidak akan merasakan itu, bahkan orang paling pemberani pasti merasakan keringat dingin saat melihatnya. Bayangan hitam besar, kulitnya hanya dilapisi lendir hitam dan syaraf-syaraf menonjol disepanjang tubuh, tidak ada kulit ataupun tulang, hanya gumpalan daging dan asap hitam. Matanya yang semerah darah terlihat sangat besar dan menusuk. Itu sangat menakutkan.

Tuan Mahendra jelas tidak ingin cucunya mengalami ini. Dia mendatangkan seorang ahli di negara itu dan memberi pelindung pada kediaman Mahendra. Sejak itu dia tidak akan melihat bayangan menyeramkan. Tetapi kelegaan berhenti sampai disaat ayah Toni mengalami sebuah kecelakaan. Seluruh keluarga berduka, kabar mengejutkan itu juga membuat pelindung dikediaman mahendra mengendur.

Disaat proses pemakaman berlangsung, Toni kecil melihat bayangan itu kembali muncul. Berdiri disebelah nisan ayahnya dan semakin mendekat. Toni kecil jelas sangat takut, tetapi dia tidak memberitahu kepada ibunya. Dia hanya diam dan menutup matanya, tangan kecil milik Toni melingkar erat dipinggang sang ibu.

Kembali kekediaman Mahendra, bayangan itu tidak mengikutinya. Toni kecil jelas melupakannya. Dia hanya bersedih karena kepergian dari ayah. Dia menghampiri tempat favoritnya dan tiba-tiba saja peristiwa dimana kepalanya terasa sakit dan kedua matanya yang terasa perih juga panas menghampirinya. Disaat itulah Toni bisa melihat hal-hal gaib, dia bisa melihat bayangan hitam juga arwah-arwah gentayangan. Dan Toni mulai terbiasa melihatnya.

Toni memeluk Tania dan menenangkan gadis itu. Mengusap punggung rapuhnya dengan halus dan mengecupi ujung kepalanya dengan sayang. Toni harus melindungi Tania apapun caranya.

Tania mendongak dan menyeka air matanya asal. "Toni, bagaimana caranya kita pergi dari sini? Seluruh keluarga sangat khawatir. Aku bahkan mendengar ibu menangis tadi, dia sangat khawatir." Tania memeluk Toni dengan sangat erat. Dia tidak takut karena ada Toni disampingnya, tetapi dia khawatir orang rumah akan kesulitan mencari mereka. Dika bahkan mengatakan kalau orang biasa tidak akan bisa menemukan mereka.

Toni tidak ingin melepaskan pelukan itu, dia juga tidak mengerti bagaimana cara untuk mereka keluar. Seluruh ruangan tertutup, tidak ada celah sama sekali.

Diluar, langit sudah sangat cerah. Toni menatap Tania yang sudah tertidur dilengannya. Jam menunjukkan pukul satu siang dan mereka bahkan belum sarapan pagi. Toni tidak tega, dia meletakkan Tania diatas kasur dan berjalan kearah pintu ruangan.

Toni menggedor pintu itu dan beberapa detik setelahnya pintu terbuka. Seorang pria bertubuh kekar menatapnya dengan garang. "Apa yang kau inginkan?"

"Kami butuh makan!" Toni mengatakan itu dengan nada dinginnya.

Pengawal itu menatap isi ruangan sebentar dan pergi setelah mengunci pintu. Beberapa saat menunggu, pintu kembali terbuka dan seorang pelayan dengan membawa troli maknan memasuki ruangan. Pelayan itu menyajikan makanan seolah dia melayani tamu. Sikapnya yang selalu tersenyum dengan menyajikan makanan akan membuat orang tertipu.

Setelah pelayan pergi, Toni membangunkan Tania dengan lembut. Dia mengusap pipi halus Tania dan memanggil-manggil namanya dengan nada yang lembut. Tania yang jelas terganggu akhirnya terbangun, dia sedikit sulit membuka mata karena terlalu lama menangis.

"Kamu makan terlebih dahulu dan setelah itu kembali istirahat!"

Tatapan itu terasa sangat menenangkan, Tania yang semula gelisah tiba-tiba tenang saat melihatnya. Tanpa sadar dia tersenyum dan menganggukkan kepalanya dua kali.

Tania memakan makanannya dengan sangat lahap, keadaan perut yang terisi juga membuat moodnya kembali melonjak. Sedangkan pria disampingnya hanya menatap Tania dengan sesekali memakan buah.

Dengan mulut penuh maknan Tania bertanya."Ton, apa kamu tidak makan?"

Toni menggeleng sejenak. "Melihatmu seperti ini sudah membuatku kenyang."

Tania mengangkat bahunya mengerti dan kembali melahap yang ada dipiringnya.

*

Dilain sisi, seluruh pasukan milik Mahendra dibantu dengan kepolisian berpencar mencari keberadaan Toni dan Tania. Tuan Mahendra dengan beberapa pengawalnya memasuki ruangan yang penuh dengan monitor pemantau kota. Monitor-monitor itu adalah hasil dari CCTV sudut jalan milik negara. Hanya orang-orang tertentu yang bisa memasuki ruangan tersebut, termasuk tuan Mahendra sendiri.

Seorang pria berdiri didepan monitor segera memberi salam kepada Mahendra dan memperlihatkan apa yang diinginkan oleh Mahendra. "Tuan, ini adalah rekaman terakhir mereka berada. Keduanya mengalami sebuah kecelakaan setelah melewati jembatan. Di arah berlawanan ada mobil sedan hitam yang hampir menabrak montor mereka. Tetapi yang membuat aneh adalah, setelah kecelakaan terjadi, tiba-tiba saja semuanya menghilang. Seluruh CCTV yang ada disekitar tidak bisa melihat apa yang terjadi, tidak ada yang memotong rekamannya. Ini sangat tidak mungkin terjadi." Pria itu menatap monitor dengan heran.

Memang benar, setelah kecelakaan terjadi, CCTV tidak dapat melihat kejadian selanjutnya. Semuanya bersih, bahkan setelah polisi menghampiri tempat kejadian, mereka tidak melihat tanda-tanda adanya kecelakaan disana. Tidak ada puing-puing ataupun bekasnya. Semuanya hanya dapat melihat dengan mulut terbuka lebar.

Tuan Mehendra menatap monitor dengan tatapan yang sulit diartikan. Dia sudah berfikir kalau ini akan terjadi. Setelah menghubungi seseorang, Tuan Mahendra serta para pengawalnya pergi menuju kesuatu tempat.

Kedudukan Mahendra yang berpengaruh di negara itu membuat berita hilangnya Toni dan Tania menjadi topik hangat di publik. Berita hilang secara misterius membuat semua orang menjadi penasaran. Ada beberapa ahli yang bahkan menghampiri tempat kejadian guna memecah rasa penasaran mereka. Bahkan berita tersebut menyebar kenegara tetangga. Dimana dua orang yang tiba-tiba saja menghilang seolah ditelan oleh bumi. Itu berita yang sangat mengejutkan.

Banyak wartawan yang memenuhi kediaman Mahendra. Gerbang hitam yang menjulang itu sekarang dipenuhi oleh puluhan orang dengan seragam mereka masing-masing.

Ibu Toni yang menatap kejadian dari atas semakin bersedih. Nayla memeluk tubuh yang bergetar terus menenagkannya. Semua ini semakin rumit.

Apakah mereka bisa ditemukan?















Unusual Abilities (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang