Sekarang ini mereka berdua sedang berada di depan sebuah rumah mewah. Rumah milik penjabat bejat yang telah menabrak seorang anak kecil tanpa tanggung jawab sama sekali. Tania berdiri dihadapan Toni dengan kedua tangan yang ia taruh dipinggangnya. Toni menghembuskan nafas dan berkata. "Oke aku sudah siap."
"Tapi Toni, apa ini rencana yang bagus. Aku rasa ini kurang tepat, kamu bisa saja cidera karna rencana ini dan kalau..."
"Tidak, ini rencana yang tepat."
Setelah mengatakan itu Toni berjalan kearah mobil yang baru saja keluar dari arah gerbang rumah sang penjabat. Toni menyiapkan mentalnya dan saat itu juga, Toni menabrakan lengan kirinya kearah sepion mobil mewah yang baru saja keluar. Toni meringis kesakitan karena lengannya yang terbentur benda keras.
Mobil mengerem mendadak dan dari arah kursi sopir keluar seorang pria yang cukup mudah, diperkirakan pria itu adalah sopir sang penjabat. Pria itu menghampiri Toni dan meminta maaf kepada Toni berulang kali. Tania yang bersembunyi tidak tahan langsung menghampiri Toni dengan jantung yang berdetak.
"Toni, apa kamu baik-baik saja? Apakah itu sangat menyakitkan?" Tania tanpa sadar mencengkram lengan Toni dengan hati-hati, air matanya juga turun untuk membasahi pipinya yang mulus.
"Aku tidak papa sayang, jangan menangis." Dengan tangan satunya Toni mengusap air mata milik Tania, Toni merasa kalau air mata itu tidaklah palsu.
"Maaf, saya benar-benar minta maaf atas kecelakaan ini." Pria itu menunduk dan menyesali kecerobohannya.
"Tidak papa tuan, saya baik-baik saja."
"Bagaimana kalau saya ajak kedalam, saya akan meminta pelayan untuk mengkompres cidera kamu dan tidak akan menimbulkan bengkak."
"Baiklah.."
Toni dan Tania dibimbing pria yang merupakan sopir sang penjabat untuk memasuki rumah. Pria itu mempersilahkan keduanya untuk duduk disofa dan karena dia ada tugas untuk menjemput sang penjabat, pria itu berpesan kepada pelayan rumah untuk merawat keduanya. Setelah pria itu keluar, pelayan yang telah ditugaskan keluar dan membawa es batu untuk Toni.
"Maafkan atas kecerobohan sopir majikan saya tuan, dia adalah sopir baru dan ini adalah kesalahan pertamanya, kami sangat menyesal."
"Tidak papa nyonya, ini tidak terlalu sakit."
"Kalau begitu nikmati tehnya, saya ke dapur dulu."
Sebelum pelayan itu pergi, Tania menghentikannya sejenak. "Permisi bu, apakah boleh saya menumpang kekamar mandi sebentar?"
"Boleh-boleh, tetapi saya tidak bisa mengantar, ada tugas yang harus saya selesaikan didapur. Kamar mandinya ada di sebelah kiri lorong masuk, kamu bisa lurus saja dan disebelah kiri itu adalah tempatnya."
"Baiklah, terimakasih bu."
Tania menganggukkan kepala pada Toni dan segera berjalan kearah pintu kaca yang ada disebelah kamar mandi. Tania membuka perlahan pintu itu dan segera melihat betapa kayanya sang penjabat. Di sana tertata rapi jejeran mobil yang mewah dan bermacam-macam. Tania berdecih melihat itu dan segera mengeluarkan ponsel miliknya. Sambil berjalan menelusuri beberapa mobil, sesekali Tania melihat foto yang ada di ponselnya. Sampai saat ia melihat mobil yang berada diujung. Mobil yang terlihat sudah tidak pernah dipakai oleh sang tuan rumah.
Tania berjalan sedikit berlari dan melihat kondisi mobil tersebut. Setelah mengelilingi mobil itu, Tania melihat kaca depan mobil yang pecah. Tania ingin berteriak bahagia setelah memastikan apa pecahan kaca itu benar milik mobil ini. Untung saja penjabat itu tidak menjual mobilnya, hanya menelantarkan mobil itu. Tetapi, saat Tania ingin beranjak suara seseorang dari belakang membuat Tania menegang.
"Sedang apa kau disini?"
Tania dengan jantung yang berdebar sedikit demi sedikit menoleh kebelakang. Dengan jantung yang semakin berdetak kencang Tania menjawab. "Sa,saya sedang.. ya saya sedang tersesat disini. Saya hanya ingin kembali dari kamar mandi dan tidak disangka tersesat, maklumlah pak rumah ini sangat besar. Jadi.. jadi saya tersesat."
"Owh, kalau begitu mari saya antar kedalam." Serunya dengan percaya kepada Tania.
"I,iya pak."
Tania merasa lega dan kembali mengikuti orang itu masuk kedalam. Saat memasuki ruangan, Tania melihat wajah khawatir Toni tetapi setelah Tania menganggukkan kepalanya, Toni merasa sangat lega. Setelah pelayan itu kembali, Toni dan Tania segera berpamitan kepada pelayan untuk beranjak. Pelayan itu sekali lagi meminta maaf dan diterima oleh Toni.
Keluar dari dalam rumah mewah mereka berencana untuk segera melaporkan si penjabat kepada polisi dan mengakhiri semuanya. Semua bukti-bukti yang telah dikumpulkan akan membuat penjabat itu tidak akan bisa melarikan diri. Toni dan Tania akan pergi menuju kantor milik paman Toni, yaitu kantor polisi yang membantu mereka menyelesaikan khasus milik Jihan.
Paman Toni yaitu Roy adalah adik dari mendiang ayahnya. Selain ayahnya, Roy sudah Toni anggap sebagai ayah kandungnya sendiri. Mendiang ayahnya adalah seorang tentara sedangkan pamanya adalah seorang polisi. Tetapi karena Roy yang terlalu sibuk, mereka jarang sekali bertemu bahkan hampir dua tahun mereka tidak bertemu. Sesekali Roy akan mengirimkan hadiah kepada Toni sebagai ganti apabila mereka tidak bertemu dan Toni juga tidak keberatan dengan itu.
Kantor polisi lumayan dekat dengan rumah mewah milik penjabat. Dengan menaiki taxi mereka berdua akhirnya sampai didepan kantor. Toni sudah mengabari pamanya kalau mereka akan datang karena ada sesuatu yang sangat penting. Saat memasuki ruangan, mereka sudah disambut Roy yang memang sedang menunggu mereka. "Hay boy, bagaimana kabar kamu hmm?" Sambil memeluk Toni dengan erat.
"Aku baik paman, kalau paman?"
"Paman juga sehat malahan tambah sehat, lihat otot paman yang sempurna ini." Roy menunjukan otot lengannya yang memang sempurna. "Owh lihat siapa ini... bukannya kamu teman Toni yang bersamanya di sekolah kan?"
"I, iya paman, saya Teman Toni yang itu."
"Kamu sangat manis gadis kecil."
Roy tiba-tiba berbisik ketelinga Toni. "Apa kamu menyukai gadis ini, paman bisa melihat tatapan yang berbeda pada dirimu boy."
Entah kenapa telinga Toni tiba-tiba memerah mendengar itu. Matanya segera beralih menatap kesana sini asal tidak melihat Tania yang sedang keheranan dengan apa yang dibisikkan oleh pamannya.
"Baiklah, baiklah sekarang ayo keruangan paman. Kali ini paman jamin kalian akan memberikan paman ini sebuah kejutan."
Mereka bertiga memasuki ruangan yang terbilang cukup luas. Tania mengagumi isi dari ruangan tersebut. Banyak sekali mendali dan penghargaan yang diterima oleh Roy. Karna memang kantor milik Roy adalah kantor polisi inti dikota itu. Banyak sekali penghargaan yang diterima Roy karna bakatnya. Mereka berdua dipersilahkan untuk duduk dan seseorang memasuki ruangan sambil membawa minuman disertai cemilan. Setelah orang itu keluar paman Toni memecahkan keheningan.
"Baiklah.. apa yang ingin kalian laporkan kepada paman?"
"Apa paman tau kasus tabrak lari di lampu lalu lintas tiga ibu kota setelah hari ulang tahun kota ini?"
"Hemmm.. oh khasus itu sudah ditutup oleh kelompok B beberapa bulan yang lalu, Kenapa memang?"
"Kamu punya bukti yang kuat untuk kasus ini paman."
"Benarkah.."
Mereka berdua segera menunjukan beberapa bukti yang memang mereka miliki. Pecahan kaca yang sudah dibungkus plastik dan rekaman cctv toko roti, ada juga mobil yang benar-benar memiliki pecahan itu masih berada dirumah sang penjabat. Setelah melihat itu, Roy merasa sangat bangga kepada kedua bocah dihadapannya itu. "Coba saja kalau di kota ini banyak bocah yang pintar dan jujur seperti kalian, mugkin tidak akan ada kejahatan." Keduanya hanya tersenyum tidak, lebih tepatnya hanya Tania yang tersenyum menerima pujian itu.
Roy mengangkat telfon dan berkata. "Kumpulkan kelompok A dan bawa penjabat X kekantor atas tuduhan tabrak lari, cepat!" Dan menutup telfonnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unusual Abilities (Tamat)
Terrordibalik sikap ceria dan penuh kebahagiaan siapa sangka ada kesedihan yang mendalam. ditinggal oleh sang ibu untuk selama-lamanya dan dicaci maki juga di pukuli ayah kandungnya, bagaimana bisa ia bertahan hidup?? bahkan di hari pertama ia pindah seko...