Wahhh..
Sebuah bangunan yang mewah bak istana sedang berdiri kokoh didepan mereka. Bangunan yang mirip gedung istana milik negara itu tidak lain adalah tempat tinggal ibu-ibu yang meminta bantuan Toni dan Tania. Mereka tidak menyangka kalau rumah sebesar itu ada penghuninya, tetapi maksud dari penghuni disini adalah roh makhluk halus yang mengganggu. Kadang rumah yang begitu besar seringkali terdapat roh-roh gentayangan. Alasannya ada tiga, yang pertama adalah kisah masa lalu dari rumah tersebut, yang kedua adalah rumah sebesar itu seringkali ditinggal oleh sang penghuni atau jarang ditempati, dan yang ketiga adalah dari penghuni rumah itu sendiri, bisa saja salah satu dari penghuninya melakukan hal-hal gaib yang membuat hantu disana berkeliaran.
Toni yang melihat Tania menatap norak rumah bercat putih itu hanya bisa tersenyum tipis. Ini bahkan tidak terlalu besar dengan rumah milik kakek dari pihak ayahnya.
Keduanya dipersilahkan masuk oleh sang pemilik rumah dan seorang ibu yang tempo lalu mereka bantu. Tania masih saja menatap takjub seluruh isi bangunan dari rumah besar itu bahkan ia tidak sadar kalau seseorang selalu saja menatap lembut kearahnya.
Mereka berempat sekarang duduk di sofa super embuk yang ada diruang tamu. Tania sangat nyaman dan dengan senyum lebarnya dia menatap ibu-ibu itu untuk segera mengatakan masalah yang dihadapi.
"Silahkan diminum dulu nak." Setelah pelayan menyediakan sebuah minuman serta cemilan kepada mereka. "Jadi benar kalian berdua bisa mengusir hantu nak?" Sang pemilik rumah angkat suara dan mulai bertanya.
"Benar bu, kami bisa mengusir hantu-hantu itu."
"Bagus kalau begitu. Selama ini ibu sudah sering memanggil para ahli untuk mengusir roh itu, dari para ustad sampai mbah dukun sudah pernah ibu panggil. Tetapi mereka masih tetap belum bisa mengusir hantu itu. Ibu berharap kalian berdua bisa mengatasi ini."
"Baiklah bu, kami akan berusaha semampu kita." Tania memantapkan ucapannya. "Apakah sekarang kami boleh melihat-lihat dulu bu?"
"Ahh tentu, kalian bisa memulai dari mana saja."
Tania dan Toni bangkit dari duduknya, sebenarnya Tania sedikit tidak rela terpisah dari sofa empuk itu, tetapi apalah daya. Keduanya menaiki anak tangga satu persatu dengan meneliti sekitar. Tidak ada yang aneh selama ini. Tania menyarankan untuk keduanya berpencar, yaa karena rumahnya besar dan untuk menghemat langsung mereka memutuskan untuk berpencar saja.
Tania menuju arah gudang sedangkan Toni menuju arah ruang bawa tanah. Sebenarnya Tania sedikit takut kalau sendiri, tetapi karena sudah terbiasa melihat hal itu, Tania memutuskan untuk berani dan melawan rasa takut.
Gudang rumah ini sangat luas, isinya juga barang-barang yang tidak terpakai. Tania meneliti semua isi dari gudang itu tetapi tidak menemukan hal yang mengganjal sedikitpun. Merasa tidak ada yang aneh Tania melangkahkan kakinya untuk keluar dari gudang itu. Tetapi mata tajamnya melihat sebuah lukisan yang tertutup kain namun sedikit terbuka. Tania mengurungkan langkahnya dan menuju kearah lukisan yang tertempel didinding. Rasa kepo yang selalu menghampirinya itu membuat dia membuka kain putih itu.
Saat terbuka, sebuah wajah yang cantik terpampang disana. Tania bahkan sedikit terkagum oleh lukisan itu sampai saat suara pecahan benda yang terlalu keras dari ruangan lain membuyarkan kekagumannya. Tania segera beranjak dan menghampiri dimana arah itu berasal.
Tania menuruni tangga dengan langkah yang cepat. Arah suara itu adalah ruang bawah tanah. Tania dengan langkah lebar akhirnya sampai diruangan itu. Tania melihat Toni yang mencengkram lengannya kuat. Mata Tania membulat sempurna, lengan Toni sekarang terluka, tetes demi tetes darah terus mengalir membasahi tanah yang mereka injak.
Tanpa berfikir Tania berlari menuju arah Toni dan ikut memegang dengan lembut lengan itu. "Ap...apa yang sedang terjadi?" Tania sangat khawatir, dia sangat mencemaskan Toni sekarang ini.
Belum sempat Toni menjawab sebuah hembusan menerpa mereka. Ruangan yang semula terang tiba-tiba saja berubah menjadi gelap dan berubah menjadi terang begitu saja. Toni dan Tania mencoba untuk menyesuaikan penglihatan mereka dan ruangan yang terang itu perlahan menjadi normal.
Mereka berdua mencoba untuk melihat sekeliling ruangan. Keduanya masih ditempat yang sama tetapi sedikit berbeda dari yang sebelumnya.
"Jangan ayah, Sofia mohon.. hiks.."
Keduanya serempak menoleh kearah sumber suara itu. Disana terlihat seorang perempuan yang sedang terikat oleh tali dalam keadaan yang sedang terduduk dikursi. Didepan perempuan itu ada seorang lelaki paruh baya yang sedang menata sebuah sesajen didepan perempuan yang sedang terikat. Lelaki paruh baya itu beranjak dari posisinya tiba-tiba saja berdiri dan menghampiri salah satu meja yang ada didalam ruangan. Pria itu memilih salah satu pisau yang ada dimeja. Tania dan Toni yang masih belum sepenuhnya sadar akhirnya tau apa yang terjadi setelah pria itu berkata.
"Ayah sudah tidak bisa menolongmu anakku. Ayah sudah berjanji kepada kegelapan untuk mengorbankanmu demi keluarga kita. Ayah mengatakan kalau saat usiamu menginjak 17 tahun, ayah akan memberikanmu kepadanya. Ayah melakukan ini karena ayah tidak ingin menderita dikemudian hari. Lihatlah rumah ini sayang, itung-itung kamu sedikit bersedekah karena menyumbangkan nyawamu untuk kehidupan kita."
Tania menatap tidak percaya kepada pria itu. Bagaimana bisa seorang ayah melakukan hal itu.
"Tetapi kenapa harus Sofia, ayah? Hiks.. kenapa harus Sofia hah? Ayah sangat jahat.."
"Kenapa harus kamu? Itu karena kamu sangat tidak berguna selama ini. Lihat kakakmu, dia selalu membuat kita bahagia dan apa yang kau punya. Ayah hanya ingin nyawamu itu saja." Dan pria itu mulai menyisat permukaan kulit wanita yang duduk dengan kesakitan. Pria itu bahkan tidak memiliki rasa kasihan sama sekali. Tania sadar, perempuan yang sedang disiksa itu adalah perempuan yang ada dilukisan gudang rumah ini.
Tania meresa takut melihat pemandangan didepannya ini. Toni yang sadar akhirnya memeluk Tania dengan erat. Tania memejamkan matanya dan mencoba untuk tidak mendengar suara kesakitan wanita itu. Sampai suara itu lama kelamaan melemah dan akhirnya berhenti. Dibalik dada yang kekar milik Toni, Tania sedikit mengintip kearah belakang. Disana sang wanita sudah tidak bernyawa dengan tubuh yang mengenaskan seperti itu. Sang pria melepas ikatan ditubuh wanita dan mulai memindahkannya, pria itu mulai mengubur jasad wanita itu didalam lubang yang sudah disiapkan oleh pria itu. Sampai saat cahaya yang terang kembali menerpa mereka.
Tania kembali mengeratkan pelukan itu dan tanpa sadar Tania mulai menangis dalam dekapan Toni. Entah mengapa Tania teringat oleh ayahnya. Apa ayahnya akan melakukan hal yang sama kalau mereka berada diposisi ini.
Toni melepas pelukan itu dengan halus, Toni memegang kedua pipi Tania dan menghapus air mata itu dengan lembut. Dia tau apa yang sedang difikirkan oleh Tania. Disaat itu juga Toni memantapkan kepada dirinya sendiri kalau mulai sekarang, hari ini dan detik ini juga, Toni akan selalu melindungi Tania apapun yang terjadi. Suka dan duka akan selalu bersama. Toni berjanji tidak akan membiyarkan Tania dalam masalah apapun. Itu adalah janji seorang Toni yang pasti tidak akan pernah ia ingkari.
Dobel up yeye😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Unusual Abilities (Tamat)
Horrordibalik sikap ceria dan penuh kebahagiaan siapa sangka ada kesedihan yang mendalam. ditinggal oleh sang ibu untuk selama-lamanya dan dicaci maki juga di pukuli ayah kandungnya, bagaimana bisa ia bertahan hidup?? bahkan di hari pertama ia pindah seko...