sesuai dengan permintaan Rose, kini dirinya terduduk dihadapanku sembari mulai mengobati tanganku yang terluka itu. aku bisa melihat kedua tangannya yang bergetar dan matanya yang berkaca-kaca.
kuhentikan aktivitasnya dan beralih menariknya kedalam dekapanku, aku bisa merasakan tubuhnya yang menegang seketika. aku yakin ia masih takut, pasti kejadian tadi membuatnya sangat ketakutan.
"Tenangkan dirimu dulu.."
aku bisa merasakan tubuhnya yang mulai bergetar dan isakan yang keluar dari bibirnya, ia kembali menangis. aku bisa merasakan kedua tangannya yang mencengkram ujung bajuku sembari menangis hebat.
"mianhae, kau terluka karenaku.."ucapnya dengan parau disela-sela tangisannya. kueratkan pelukanku sembari mengusap rambut blonde khas miliknya itu,
"stop crying, okay??"ucapku sembari melepaskan pelukan kami dan berakhir dengan menangkup pipi chubbynya itu dan mengusap airmatanya. "listen. kau tidak perlu meminta maaf, ini bukan salahmu. okay?"
ia hanya terdiam tak menjawab dengan masih seegukan karena tangisan derasnya tadi. kuulas senyuman padanya sembari masih menangkup pipinya itu.
"kuakui kau tetap cantik meskipun menangis, tapi aku jauh lebih menyukai senyumanmu"ucapku menggodanya. tampaknya berhasil, ia terlihat terkekeh pelan dan memukul pelan dada bidangku membuat kami tertawa bersama.
"stop teasing me, Jay!"ucapnya sembari tertawa kecil, kuacak pelan rambutnya itu sembari terkekeh pelan.
"biar kumasakan makan malam untukmu"tawarku.
"Jay...no"
"I don't wanna listen any rejection"
kulihat ia hanya menghela nafas pasrah, "okay, just do what you want"ucapnya sebelum kembali mengobati tanganku. aku hanya tersenyum kecil sembari menatap wajahnya yang sangat dekat denganku.
:::::
kubangkitkan diriku dari atas ranjang, hendak beranjak kedapur untuk meneguk air mineral, menghilangkan dahagaku. seketika pandanganku tertuju pada seorang yeoja yang kini berada dibalkon. Rose, dia belum tidur?
mataku tertuju pada jam dinding yang tergantung diatas TVku. sudah jam 2 pagi, kenapa dia belum tidur?
kulangkahkan kakiku menghampirinya dan memposisikan diriku disebelahnya. ia hanya tersenyum menyadari kehadiranku. "kau terbangun?"tanyanya pelan.
aku hanya tersenyum tipis dan mengangguk menjawabnya, "kau tidak tidur?"
kepalanya ia gelengkan pelan sebelum menunduk dan memainkan jarinya. "aku. tidak bisa tidur, kejadian tadi benar-benar menghantuiku.."benar, ia pasti masih kepikiran,
aku bisa melihat raut wajahnya yang berubah menjadi sedih. kutarik dirinya kedalam rangkulanku, membiarkannya bersandar di pundakku.
"aku sudah berusaha melupakan kejadian tadi, Jay. sungguh, tapi entah mengapa itu sangat menggangguku. aku takut.."ucapnya lirih.
aku hanya bisa menghela nafas berat sembari mengusap lengannya pelan, "mau kutemani?"tawarku pelan membuatnya mendongak dan mengernyitkan dahinya bingung.
"a.ani, maksudku. aku hanya akan menemanimu hingga tidur.."ucapku gelagapan, aku yakin pikirannya pasti kemana-mana.
ia terkekeh pelan melihatku yang salah tingkah sebelum pada akhirnya mengangguk pelan.
kami berakhir diatas ranjang kamar tidurnya dengan posisi dirinya yang bersandar diatas dada bidangku dan membiarkanku mengusap rambutnya pelan. aku tersenyum melihat matanya yang mulai mengerjap-erjap pelan, tampaknya ia mulai mengantuk.
aku hanya tersenyum kecil melihatnya sebelum tanganku yang lain menaikkan selimut hingga menutupi tubuhnya agar ia tetap hangat. "tidurlah, aku akan menjagamu.."ucapku pelan sedikit berbisik.
tangannya terangkat memeluk pinggangku membuatku tersenyum tipis menyadarinya.
:::::
sial,
aku ketiduran, dan ini masih sangat subuh. sekitar jam 4.
kuedarkan pandanganku pada yeoja yang masih tertidur dipelukanku, aku menyadari wajahnya yang tampak pucat dan nafasnya yang terengah-rengah, dan berkeringat.
segera kuangkat tanganku menyentuh keningnya. tubuhnya panas,
ia demam.
dengan perlahan kupindahkan tubuhnya dari atas tubuhku dan menaruh kepalanya diatas bantal dan segera beranjak sebelum menggapai handphoneku untuk menelfon dokter Kim, dokter pribadi keluargaku yang adalah kakak dari Doyoung.
Niatku tertahan saat aku merasa sebuah tangan menahan lenganku membuatku membalik menatap sang empunya.
kulihat Rose yang terbangun dan menatapku sayu, "don't go.."
"hey, aku tidak kemana-mana. hanya mau menelfon dokter.kau demam, Chaeng"ucapku sembari menempelkan handphoneku di telingaku sembari kembali menaruh tanganku diatas keningnya dan tengkuknya, mengecek suhu tubuhnya.
"yeoboseyo?"
"eoh? ne, Jaehyun-ah. waeyo?"
"hyung, bisakah kau keapartmentku sebentar sebentar? temanku sakit, aku rasa ia demam.."
"arrasseo, aku kesana sekarang.."
"ne, gomawo.."ucapku sembari mematikan telfonku dan kembali mengalihkanku pada Rose. "akrab sekali kau dengan doktermu"ucapnya sedikit bercanda sembari tersenyum kecil.
"dia adalah kakak Doyoung. dan kami lumayan dekat, dia adalah dokter pribadi di keluargaku"jelasku sembari mengusap punggung tangannya.
sungguh, aku khawatir dengannya.
"neo gwenchana? apa ada yang sakit?"tanyaku pelan, ia hanya mengulas senyuman tipis. "kepalaku terasa berat dan pusing.."ucapnya parau.
"tunggu sebentar, eoh? dia akan segera datang.."ucapku pelan yang hanya ia balas dengan anggukan pelan.
"Jay.."
"hmm??"
"mianhae, aku sudah sangat merepotkanmu.."ucapnya lirih, "ani, kau tidak merepotkanku sama sekali."
"kau tidak usah kerja hari ini, istirahatlah saja disini, eoh?"pintahku pelan padanya,
"tapi"
"Chaeng, kau sedang sakit.."selaku membuatnya bungkam. ia pun mengangguk,
"aku janji, aku akan pulang cepat, ok?"
lagi-lagi ia mengangguk pelan yang kubalas dengan senyuman tipis, "Jay, biarkan aku berada dipelukanmu sebentar, aku mohon.."
aku pun kembali naik keatas ranjang sebelum merengkuh tubuhnya, membiarkan dirinya berbaring diatas dada bidangku sembari memeluk pinggangku. kuusap lembut lengannya, membiarkannya merasa hangat didekapanku.
"gomawo, Jay.."
(𝗽.𝘀) 𝗗𝗼𝗻'𝘁 𝗳𝗼𝗿𝗴𝗲𝘁 𝘁𝗼 𝘃𝗼𝗺𝗺𝗲𝗻𝘁 𝗲𝘃𝗲𝗿𝘆𝟭-!
-𝗧𝗼 𝗕𝗲 𝗖𝗼𝗻𝘁𝗶𝗻𝘂𝗲
KAMU SEDANG MEMBACA
My Most Beautiful Karma : Me And Him
Fanfic[ 𝗕𝗢𝗢𝗞 𝐈𝐈 ] 𝗝𝗮𝘆, 𝗞𝗮𝘂 𝘀𝘂𝗱𝗮𝗵 𝗸𝗲𝗺𝗯𝗮𝗹𝗶. 𝗣𝗮𝗱𝗮 𝗮𝗸𝗵𝗶𝗿𝗻𝘆𝗮 𝗸𝗮𝘂 𝗺𝗲𝗻𝗲𝗽𝗮𝘁𝗶 𝗷𝗮𝗻𝗷𝗶𝗺𝘂 𝘂𝗻𝘁𝘂𝗸 𝗸𝗲𝗺𝗯𝗮𝗹𝗶 𝗺𝗲𝗻𝗲𝗺𝘂𝗶𝗸𝘂 𝘀𝗲𝘁𝗲𝗹𝗮𝗵 𝟱 𝘁𝗮𝗵𝘂𝗻 𝗸𝗮𝘂 𝗽𝗲𝗿𝗴𝗶 𝘁𝗮𝗻𝗽𝗮 𝗺𝗲𝗺𝗯𝗲𝗿𝗶𝗸𝘂 𝗸...