Gadis yang berwajah imut ini melongo atas keterkejutannya karena ia tiba-tiba diklaim menjadi pacar oleh seseorang yang sama sekali enggak ia kenali.
Jangan lupakan juga, ia baru berstatus siswi SMA. Baru saja ia menyelesaikan masa orientasi sekolahnya pukul dua siang tadi, dan ketika mau pulang ia dihampiri cowok yang berhadapan dengannya sekarang.
Gadis itu melihat name tag si cowok yang berdiri dihadapannya. "Yudista Freano. Lo siapa main klaim gue jadi pacar lo?! Kenal aja enggak! Dasar gila!" ujar gadis itu kesal.
"Mulutnya enggak boleh kasar, Sayang."
"Sayang! Sayang! Siapa lo manggil gue sayang?! Enggak waras!" Marahnya dengan mata menatap tajam ke arah cowok yang berdiri di hadapannya sekarang.
"Kan kata gue tadi, dari detik ini lo jadi pacar gue Alisa Abqary!" kata Dista tanpa bantahan.
"Gue enggak mau! Kenal aja enggak!" ujar Lisa benar-benar kesal.
"Yaudah, gue kenalin diri dulu. Tadi lo udah tahu nama gue dari name tag. Panggil aja Dista. Gue suka basket dan enggak suka ngomong yang enggak penting. Itu aja yang gue suka dan enggak gue suka. Tapi, semenjak ketemu lo pertama kali MOS. Kesukaan gue nambah satu, yaitu gue suka lo."
"Gue enggak mau kenal sama cowok gila kayak lo! Gue enggak peduli lo suka apa atau enggak suka apa! Gue enggak peduli!" Lisa mengatakan kalimat terakhir dengan penuh penekanan.
"Tapi dari sekarang lo harus peduli. Karena sekarang lo udah jadi pacar gue, dan gue enggak terima penolakan. Sekarang ayo pulang. Gue antar."
"Dih, siapa lo maksa-maksa gue! Gue enggak mau pulang bareng cowok gila kayak lo!"
"AAAAAA!" pekik Lisa ketika tiba-tiba Dista menggendong dirinya ala bridal style.
Lisa memukuli dada bidang Dista untuk minta diturunkan. Sedangkan, Dista dengan santainya berjalan sambil menggendong Lisa menuju parkiran. Pukulan Lisa menurutnya tidak berasa apa-apa. "Eh cowok gila! Lo dengar enggak sih?! Turunin gue! Malu tuh dilihatin!"
"Kalo enggak mau malu diam, Sayang. Biar nggak jadi pusat perhatian," ucap Dista dengan lembut.
Lisa langsung terdiam, ia berpikir benar juga kata nih cowok gila. Ia juga harus sabar untuk tidak memaki cowok yang menggendongnya ini sampai ia diturunkan.
Sampai diparkiran Lisa tidak juga diturunkan, ia langsung dimasukkan ke dalam mobil dan didudukkan disamping kursi pengemudi. Ia juga langsung dipasangkan seat belt oleh Dista. "Eh, lo mau culik gue ya?!" tanpa menghiraukan ucapan Lisa, Dista langsung menutup pintu mobilnya dan mengitari mobilnya untuk masuk ke kursi pengemudi.
"Lo siapa sih sebenarnya?! Kenal aja enggak udah main bilang gue pacar lo! Dasar cowok gila!" omel Lisa ketika Dista sudah masuk ke dalam mobil.
"Kan tadi udah kenalan."
"Iya udah kenalan, tapi lo jadi orang enggak jelas banget! Masa iya baru kenalan udah langsung bilang gue pacar lo?!" Lisa sambil mendelik tajam ke Dista pada kalimat terkahir.
Dista yang lagi menyetir, ia menoleh sebentar ke cewek yang duduk di sampingnya sekarang. Ia melihat cewek yang sekarang berstatus jadi pacarnya ini sedang sangat kesal dengan dirinya. Terbukti dari tatapan Lisa yang menatapnya begitu tajam, ia membalasnya dengan senyuman dan tatapan lembutnya. "Seberapa lama kenalan, dan seberapa lama dekat, enggak menjamin kelanggengan hubungan."
Otak Lisa terlintas ide cemerlang supaya ia bisa diberhentikan ditengah jalan, dan terlepas dari cowok gila yang sedang menyetir ini. "ASTAGAAA... GUE LUPA KALAU PACAR GUE LAGI NUNGGU DEPAN GERBANG SEKOLAH. TURUNIN GUE SEKARANG! GUE HARUS BALIK KE SEKOLAH."
KAMU SEDANG MEMBACA
Persist
Teen FictionRelationship goals? Sepertinya itu hanya pandangan orang-orang saja karena kenyataannya enggak ada hubungan yang benar-benar berjalan dengan mulus. Semenjak Dista menjadikan Lisa sebagai kekasihnya. Banyak orang yang mengidam-idam 'kan hubungan sepe...