"eengh, dimana ini?" ucap Arsene sambil membuka matanya. Secara tidak jelas Arsene berada di atas sebuah bukit tandus tanpa ada pepohonan atau rumah satu pun.
Arsene pun berjalan kedepan karena dia penasaran apa yang ada di balik bukit ini.
Tak jauh dia berjalan, dia menemukan seseorang laki-laki tergeletak di tanah dalam keadaan luka yang sangat parah. Arsene mendekat dan mendapatinya dalam keadaan tertusuk beberapa anak panah dengan tubuh yang penuh dengan sayatan besar bekas benda tajam sambil mengalir deras darahnya di tanah.
Arsene yang kaget dengan keadaan itu langsung membantunya duduk dan bertanya, "pak, bapak kenapa bisa kayak gini?". Namun orang itu hanya diam. Kemudian bapak itu melihat ke arah Arsene dan mulai menggerakkan tangannya dengan kaku menunjuk sesuatu yang ada di balik bukit.
Arsene melihat ke arah yang ditunjukkan oleh orang itu dan berkata di dalam hatinya, "apa yang ada disana?" dengan perasaan khawatir.
Sayangnya, tak lama dia melihat ke arah itu, orang tadi meninggal dengan keadaan sebegitu mengenaskannya.
Arsene akhirnya meninggalkan orang itu dan mulai berjalan ke arah tadi.Namun, Arsene lebih terkejut lagi melihat keadaan di balik bukit itu. Yang ada disana adalah tanah lapang yang luas, namun lebih terasa pantas jika disebut dengan kolam darah. Tempat itu penuh dengan mayat manusia yang masih segar.
Arsene lari menuruni bukit tersebut untuk memastikan apa yang terjadi disana. Dia mendatangi salah satu mayat dan melihat keadaannya dan barang bawaannya.
"perang"
Itulah yang sudah terjadi disini. "kenapa terjadi perang disini? Ditambah, kenapa semuanya make panah sama pedang? Perang apa ini?" itu lah yang ada di pikiran Arsene.
"benar, inilah medan perang" ucap seseorang dari belakang Arsene. Mendengar perkataan itu, Arsene langsung berbalik dan mulai waspada. Ternyata dibelakangnya ada seorang laki-laki yang menggunakan zirah seperti yang digunakan mayat yang ada disana.
"pedang!!" Arsene mengatakannya dalam hati begitu sadar bahwa orang ini membawa pedang. Arsene perlahan berjalan mundur sambil berpikir, "dalam medan perang, mereka bakal membunuh semua yang gak mereka kenal karena dianggap musuh. Trus orang ini membawa pedang dan gw gak kenal sama dia. Gw harus kabur".
Namun orang itu berkata, "kamu gak perlu takut kayak gitu. Aku bukan musuhmu." mendengar itu, Arsene langsung berkata, "apa yang bisa kamu buktikan soal itu?". Orang itu menjawab, "dalam peperangan, ada aturan dimana orang yang gak ikut perang gak boleh ikut dibunuh. Lalu, apa kamu lihat ada bercak luka di pakaianku?". Arsene mulai melihat orang itu dari ujung kepala sampai ujung kakinya, dan tidak ada bercak darah sedikit pun disana.
"oke, aku percaya. Sekarang beri tau namamu dan kenapa aku bisa disini!" ucap Arsene dengan tidak sabar. "kamu gak perlu tau jawabannya, untuk pertanyaan pertama, kamu gak perlu tau karena kita gak akan bertemu lagi setelah ini. Untuk pertanyaan kedua kamu gak perlu tau karena kamu akan segera tau sendiri." jelas orang itu.
Arsene hanya sedikit bingung, namun dia mengganti pertanyaannya, "lalu, kenapa perang disini menggunakan pedang? Dimana semua nuklir yang disiapkan negara-negara besar untuk perang dunia?". Orang itu hanya menjawab, "ini adalah akibat musnahnya listrik dan teknologi di muka bumi.".
"eh...? "
Next chapter lah lanjutannya
Klo ada beberapa misteri, ntar diungkap semua sebelum ceritanya selesai
KAMU SEDANG MEMBACA
Future?
De Todo"cintailah kematian, seperti orang-orang bodoh itu mencintai kehidupan." Orang biasanya takut akan kematian, namun berbeda bagi mereka yang siap bahkan sangat mencintai kematian. Seperti apa perjalanan mereka menuju kematian tersebut? Note: cerita...