12. Bertahan

6 2 3
                                    

Setelah mengucapkan peringatan itu, hanya adiknya yang menjawab. Arsene tidak mendengar jawaban dari keluarganya yang lain. Karena hal itu, Arsene merasa sangat tegang dan merasa bahwa dadanya lebih sesak dari sebelumnya. "gak, gak mungkin. Mereka pasti bisa tahan sama semua ini" batinnya.

Hari kedua hampir selesai, karena Arsene baru selesai solat isya dan bersiap untuk tidur. Dia sudah mulai merasa lapar karena sudah 2 hari tak makan minum. Namun, dia berniat menahannya sampai dia tak tahan untuk menahannya lagi. Dan Arsene langsung tidur untuk menghemat energi tubuhnya.

Setelah beberapa jam, Arsene terbangun dari tidurnya dan langsung bertayammum karena dia tak bisa keluar kamar karena tak bisa melihat. Arsene tak tahu sekarang jam berapa, namun dia hanya mengira-ngira waktu untuk solat subuh.

Arsene tak asal mengira-ngira waktu solatnya. Dia menghitung waktunya dengan manual dengan batas; 25200 detik, 111880 detik, 8280 detik, 3600 detik dan terakhir adalah waktunya untuk tidur.

.........

Ini sudah berjam jam sejak kiamat debu itu terjadi, rasa lapar yang semakin menjadi jadi membuat Arsene tak tahan lagi, ditambah dengan suhu ruangannya sangatlah dingin karena tak mendapat sinar matahari.

Kini Arsene mulai kehilangan konsentrasinya untuk menghitung, dan satu-satunya jalan adalah minum. Sambil menjaga konsentrasinya, suhu dingin dan rasa lapar, Arsene berusaha mencari dimana letak pintu kamarnya. "kayaknya gw harus make skill itu. Ya, walau sebenernya gw belom bisa bisa amat" batin Arsene.

Kemudian Arsene menghentakkan kakinya sampai dia bisa merasakan getaran tembok kamarnya. "masih belom" batinnya lagi dan Menghentakkan kakinya lagi.

"ok, gw rasa udah cukup, seenggaknya gw bisa kira-kira jarak dari gw ke tembok". Arsene sudah mempelajari trik ini dari lama, namun sangat sulit karena dia harus mendengar setiap getaran di sekelilingnya. Tapi kerja keras Arsene tidak terlalu buruk. Dia bisa keluar dari kamarnya karena kemampuan yang belum sempurna itu.

"meja makan seharusnya ada sekitar 8 langkah dari sini". Dengan perkiraan itu, Arsene mulai berjalan ke arah yang sebenarnya dia tak tahu. Beberapa kali dia menabrak lemari hiasan rumah, tapi insting bertahan hidupnya sangat kuat. Dia tak ingin mati dalam keadaan seperti itu, sehingga dia tetap bisa ke meja makan untuk minum setidaknya satu gelas.

Arsene meminum air yang tersisa di sana, "DEBU?!!". Ya, debu yang sangat tebal itu mulai mengendap di mana-mana. Termasuk di air. "terobos ajalah, gw gak bisa bertahan kalo gak minum" batin Arsene.

~~~~

Udara sekarang semakin dingin dan Arsene sudah benar-benar mengigil karena hal itu. Tubuhnya mulai kaku dan gemetar. "apa-apaan suhu sedingin ini?! Gw udah make selimut berlapis-lapis tapi masih dingin. Gak lucu kalo gw harus mati gara-gara hipotermia" kesal Arsene. "gw udah 200 kali solat, artinya sekarang udah hari ke-40. Dan sekarang udah 9000 detik dari solat terakhir, artinya ini jam setengah 8 pagi." lanjutnya.

"9989, 9990, 9991, 9992". Tak lama dari hitungannya, terdengar suara.

Tek tek tek...
Tretretretertertk

"eh? Ujan? Kalo dipikir-pikir sih, ini ujan pertama sejak kiamat debu terjadi. Berarti seharusnya sebentar lagi." setelah membuat perkiraan seperti itu, Arsene melanjutkan menghitung waktunya. (anggep aj suara ujan. Author gak pinter ngeja suaranya)

Perlahan-lahan, Arsene mulai bisa melihat lagi. Walau hanya terlihat bentuk benda disekitarnya. Perlahan namun pasti, semua debu itu mulai mengendap karena hujan yang terjadi di luar sangatlah deras.

"17.868, 17.869, 17.870. Hahah, akhirnya sebentar lagi selesai. Tapi gw agak pilek nih. Tunggu sebentar lagi abis itu gw bakal cek kebersihan udaranya. 17.871, 17.872" setidaknya itulah yang membuat Arsene cukup senang.

~~~

Sekarang semuanya mulai terlihat normal kembali. Arsene sudah bisa melihat bentuk dan warna lagi dengan sempurna seperti sebelum kiamat debu itu terjadi. "17.995, 17.996, 17.997, 17.998, 17.999, 18.000. Seharusnya sekarang udah jam 10 pagi. Ya, waktunya cek udara" Arsene menarik napasnya dalam-dalam sambil merasakan kejernihan udara yang dia hirup.

"gw masih sedikit sesek, tapi gada asap debu yang masuk. Artinya udara udah bersih, namun kekurangan oksigen" Batin Arsene. Setelah itu, Arsene keluar dari kamarnya dan melihat adiknya tengah tersungkur.

"Dek!!" Arsene langsung menghampirinya dan mengecek denyut nadinya. "masih berdenyut, tapi ini bener-bener lemah" ucapnya. Kemudian Arsene membopong Citra ke kamarnya dan pergi ke dapur untuk mencari bahan makanan.

"percuma, semuanya udah basi. Gada pilihan laen lagi, waktunya untuk itu" Arsene sudah paham dengan skenario seperti ini dan dia sudah tahu apa yang harus dia lakukan.

Arsene menulis surat untuk Citra, berjaga-jaga kalau dia siuman. Setelah itu dia mengambil goloknya dan pergi keluar. Namun baru sampai ruang tamu, Arsene melihat...

"MAMAH, PAPAH, KAKAK!!!!"

_______________________________________

kenape tuu
Kok Arsene sampe kyk gitunya ya

Trus dia mau ngapain ya buat nyari makanan

Tunggu aj lanjutannya

Future? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang