"ngapain lo kesini tong?" ucap Arsene. "nih dia orangnya, gw mau nanyain. Itu rencana lo jadi gak, niatnya klo kemaren lo udah mati duluan ya gua gak jadi berangkat, eh taunya kuburannya blm digali" jawab Fred.
"matalo, gua belum mati woi" gas Arsene. "btw lo dari mana?"
"nikah"
"udah gua serius ini"
"iya gua juga serius"
"emang ada yang mau sama lo?"
"Clara"
"lah bjir lo beneran nikahin dia? Gile lu, jadi ntar pas mau berangkat lu bawa dia juga gitu?"
"ya iya lah, kasian adek gua cewe sendiri. Oiya, biar istri gua gak lorang berdua apa apain, mending nyusul gua aja, nikah sana. Gua gak mau jodoh gua lorang aneh anehin"
"gua gak sebejat itu cok"
"gii gik sibijit iti cik. Dah yg penting lorang cepet aja nyusul nikah. Gua kasih 10 hari sebelum berangkat, kasih tau Alex juga."
"nikah sama siapa geh"
"ya sama doi lu aja lah, gitu kok susah"
"ya masalahnya dia mau gak?"
"lo gak yakin? Oke, besok gw temenin, gw bantu debat ortunya biar tuh anak mau sama lu"
"yakin bisa?"
"yakin lah, kalo gak, gimana gua bisa nikahin doi gua coba"
"yaudah, deal"
"tapi timbal baliknya lu abis ini ikut gua, lu harus bantuin gua battle lagi hari ini"
"segitunya amat sih lo, Sene"
"ya nggak lu liat aja tangan gua ni, gegara kemaren gelud sama keroco pasaran"
"anjay keroco. Yaudah ntar gua bantu, tapi lawannya by 1 kan"
"mungkin klo lu ikut jadinya 5 vs 3, lu, gua, sama bapak mertua gua"
"lah gila lo"
"ya makanya itu gua balik, ini mau ngambil resource di dalem"
Arsene langsung berlalu ke pintu rumahnya dan seperti bersiap akan sesuatu.
Cklek. Wuushh. Benar saja, sebuah anak panah melesat dengan cepat ke arah kepala siapapun yang ada di depan pintu itu. "untung aja lo tadi gak asal masuk. Kalo gak, paling isi kepala lo udah dibawa sama semut disini" ucap Arsene.
"gimana lu bikin kek gituan, Sene?" ucap Fred sambil menganga. "cuma mekanisme fisika biasa. Paduan katrol sama gagang pintu" ucap Arsene santai.
"lu liat tali yg di gagang ini, dia gua sambung pake tali sampe ke bagian belakang di atas bingkai poto yang pecah disana. Trus bingkai poto itu sebelumnya udah gua sambung ke jepit jemuran yang ada dideket busur panah itu, fungsinya buat nahan tali busur. Dan begitu bingkainya jatoh, wusshh. Say good bye to this world" jelas Arsene panjang lebar.
"niatnya lu ini" Fred sedikit takjub dengan pola pikir Arsene. "dahlah kuy masuk, trus ambil barangnya" ucap Arsene.
Arsene membawa Fred ke ruangan pribadinya yang tak boleh dimasuki siapa pun kecuali dirinya sendiri. Begitu membuka pintunya, Fred menganga kembali dan bilang, "Sene, lo pasti cuma beli semua ini kan?".
"dikira duit gua cukup apa buat beli barang sebanyak ini?" ucap Arsene membantah pernyataan Fred. "yakan sapa tau beneran beli. Tapi gila sih lu mah, niat banget sampe bikin kayak ginian" ucap Fred kagum.
"iya iya, udah cepetan ambil panahan yang disana" ucap Arsene sambil memasang sesuatu di pergelangan tangan kirinya. "trus yang bulet warna putih itu apaan?" Fred penasaran dengan barang yang menempel di dinding ruangan itu.
"itu perisai yang lo pesen waktu itu, gua bikin lebih gegara si Alex anak nyusahin satu itu tiba-tiba mau ikut juga" ucap Arsene dengan nada datarnya.
Setelah selesai dengan pergelangan tangannya, Arsene mengambil perisai itu dan sebuah set panahannya. Tak lupa dengan tombaknya.
"Sene, itu apaan?" tanya Fred sambil menunjuk ke pergelangan tangan Arsene. "ini? Masa lu gatau? Ini itu..."
~~~
Arsene kini kembali ke rumah martuanya, diikuti oleh Fred karena kesepakatan mereka di rumah Arsene tadi. Tapi begitu mereka hampir sampai....
"KASIH TAU DIMANA TUH BOCAH!"
___________________________________
Mungkin part ini agak membosankan buat kalian yaYa wajar aja sih, authornya gak punya ide
Bikin cerita panjang itu susah ternyata:)
Tunggu aja ya buat part selanjutnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Future?
Random"cintailah kematian, seperti orang-orang bodoh itu mencintai kehidupan." Orang biasanya takut akan kematian, namun berbeda bagi mereka yang siap bahkan sangat mencintai kematian. Seperti apa perjalanan mereka menuju kematian tersebut? Note: cerita...