Arsene terlihat tinggal beberapa langkah lagi sampai ke pintu masuk rumahnya dengan membawa kayu bakarnya. Ketika melihat pintu rumahnya terbuka, Arsene langsung merasa curiga, "kira-kira siapa tamu pertama kita?" dan tanpa pikir panjang, Arsene berlari masuk ke rumahnya
"BERHENTI!!" ucap seseorang dengan kerasnya kepada Arsene yang baru masuk ke rumahnya. Arsene langsung berhenti tapi dia tetap melangkah dengan sangat pelan. "wow wow! Selow bro, apa urusan lo disini?" tanya Arsene sambil berjalan dengan sangat pelan.
"berhenti disitu, atau adek lo gw gorok" ancam orang itu sambil menempatkan goloknya di leher Citra. "kak, tolong" ucapnya sambil menangis. Rupanya Citra sudah di ikat di kursi, dengan kata lain dia disekap.
"iya iya, gw berhenti, sekarang mau lo apa?" Arsene menuruti kata-kata bandit tak dikenal itu. "ohh gak banyak, gw cuma mau semua makanan yang kalian simpen. Itu aja" jawab bandit itu.
"lo pengen makanan? Oke, lo tunggu sini, tapi nanti lo harus lepasin adek gw" Arsene membuat kesepakatan dengan orang itu. "yaudah sekarang cepet bawa semuanya kesini" bandit itu menyetujuinya.
Arsene langsung berlari menaiki tangga dengan wajahnya yang panik. Tapi saat sampai di atas, Arsene tak mengambil makanannya, melainkan busur panah dengan anak panahnya.
Arsene pun turun melalui tangga belakang dengan mengendap-endap. "jangan remehin gw dikemampuan mengendap. Lo pikir gw segobl*k itu mau ngasih lo makanan? Maaf sayangnya harga diri gw melarang semua itu" ucap Arsene dalam hatinya. Kemudian dia menarik busurnya dan membidik bandit itu dalam diam. "lama amat sih! Woi cepetan" bandit itu tidak sabaran.
CROTT!
Orang itu langsung tersungkur dengan kepala tertusuk anak panah bersimbah darah. Citra yang melihat itu langsung syok tak karuan melihat orang di depannya mati dengan cara yang mengenaskan.
Arsene langsung berlari menghampiri Citra yang sangat syok. "Cit, kamu gapapa kan?" tanya Arsene sambil melihat tubuh adiknya untuk memastikan tak ada luka disana.
"kak.. " Citra yang masih belum bergerak karena syok mulai berbicara. "kakak abis ngapain? " tanyanya dengan sangat tegang.
"maaf ya Cit, tapi kakak harus kayak gini buat buat ngejaga kamu." Arsene menjawab untuk menenangkannya., Setelah itu, Arsene membantunya berdiri dan membawanya ke kamarnya.
~~~
"nih tehnya, kamu minum dulu" Arsene memasuki kamar Citra dengan membawa secangkir teh hangat di tangannya. "semoga aromanya cukup bikin kamu tenang" lanjutnya dan memberikan teh itu kepada Citra.
Citra mengambilnya dan meminumnya dengan pelan karena teringat kejadian tadi siang. Tiba-tiba di pikirannya terlintas wajah bandit tadi yang tertusuk anak panah Arsene. Sontak Citra terkejut dan menjatuhkan cangkir tehnya.
Tapi Arsene langaeng menangkap cangkirnya supaya tak pecah di lantai. Namun, tangannya tersiram teh yang bisa terbilang lumayan panas itu.
"kak, kakak gapapa kan? Maafin Citra kak, Citra gak sengaja" ucap Citra panik. Arsene hanya mengangkat tangannya memberikan isyarat 'stop'. "gak, kakak gapapa" ucap Arsene sambil menahan panas yang ada di tangannya. Arsene lalu meletakkan cangkir teh itu dan membungkus tangannya dengan pakaiannya.
"Citra gak tau kak, tapi Citra masih ketakutan gara-gara yang tadi" ucap Citra dengan perasaan bersalah. "haaaah, udahlah, lagian itu bukan salah kamu juga" jawab Arsene tidak ingin mengingatnya. "tapi kalo kamu keinget terus sama hal itu..."
PLAK!!
Arsene menampar Citra dengan tangannya yang tak tersiram teh tadi. "Kak! Kakak bilang tadi gapapa!" ucap Citra yang hampir menangis karena perlakuan Arsene. Tapi Arsene berkata dengan keras dan tegas, "BESOK KAMU HARUS BELAJAR!"
_______________________________________
Jujur, author agak gimana gitu mau ngelanjutin ceritanya.
Antara males tapi mau gitu lohYaudahlah, tunggu aj chapter lanjutannya
KAMU SEDANG MEMBACA
Future?
Random"cintailah kematian, seperti orang-orang bodoh itu mencintai kehidupan." Orang biasanya takut akan kematian, namun berbeda bagi mereka yang siap bahkan sangat mencintai kematian. Seperti apa perjalanan mereka menuju kematian tersebut? Note: cerita...