13. Hari Pertama

10 2 10
                                    

"MAMAH, PAPAH, KAKAK!!"  Arsene syok melihat tubuh keluarganya sudah terduduk tak bernyawa dengan kondisi kulit mereka yang melepuh. Arsene langsung berlari ke arah ibunya dan memeluknya untuk terakhir kali.

"maafin aku mah, aku belum bisa bayar semua yang udah mamah kasih." ucap Arsene sambil memeluk ibunya. Dia tak bisa menahan tangisnya lagi. "aku... Aku... Aku bersumpah aku akan membayar apa yang mamah kasih selama ini, walau aku tau kalo aku gak bisa bayar semuanya" Arsene mengucapkan kalimat itu karena merasa sangat bersalah atas masa lalunya.

Arsene segera mengambil kain kafan yang sudah disiapkan keluarganya untuk kematian mereka sendiri dan Arsene mengkafani mereka dengan air mata yang berderai-derai.

"gw bakal nunggu Citra bangun, abis itu baru gw makamin" ucap Arsene dan mengambil peralatan lalu pergi keluar untuk mencari makanan.

Saat keluar dari pintu rumahnya, Arsene lebih terkejut lagi dengan pemandangan yang dia lihat di luar saat ini. Mayat hewan berserakan dimana-mana. Tikus, kucing, anjing, kera, sampai manusia tergeletak tak bernyawa dengan kondisi melepuh dan berbau bangkai. Ditambah beberapa rumah hancur karena tertabrak mobil yang hilang kendali saat awal kiamat debu itu terjadi.

"gila sih ini mah, trus gimana gw mau nyari makan kalo kayak gini ceritanya" Arsene mulai tak yakin bisa bertahan dalam keadaan ini.

Arsene mulai berjalan melangkahi mayat-mayat makhluk hidup itu. "minimarket harusnya punya stok makanan sama obat-obatan ringan, kalo air bersih kayaknya harus diambil langsung dari sungai" Arsene mulai berhipotesis. Arsene lebih memilih untuk ke minimarket dahulu untuk mencari makanan dan obat-obatan.

Sesampainya disana, Arsene melihat penjaga kasir yang juga mati melepuh karena kiamat debu itu. "alangkah banyak yang mati. gw penasaran, apa cuma gw yang bertahan dari keadaan ini?" Arsene kebingungan dengan banyaknya orang yang mati.

Tak mau membuang waktu lagi, Arsene langsung mengambil keranjang belanja untuk menampung barang yang dia ambil.

"pusat minimarket ini harusnya mengikhlaskan aj barangnya diambil gratis, lagian juga dia gak bisa ngambil lagi" Arsene tak peduli dengan kerugian yang dialami pemilik dari minimarket itu.

Saat Arsene ke bagian minuman kaleng, Arsene takjub dengan keadaannya. "waahah, apa-apaan ini?" ucapnya sambil mengambil serpihan besi di lantai. "sangking panasnya waktu hari pertama, kaleng sodanya sampe meledak gini. Parah parah" lanjutnya.

Setelah dia merasa cukup dengan barang yang dia ambil, Arsene langsung pulang. Saat di parkiran minimarket, dia melihat sepeda. "sip lah ada sepeda, lagian ini mayan berat". Dia langsung menghampiri sepeda itu untuk membawanya pulang. "oke, waktunya gowes"

"Trek"

"eh, kok gak bisa?" Arsene yang keheranan langsung mengecek ped sepeda itu. Dia langsung melebarkan matanya karena terkejut dengan yang baru dia sadari. "jangan-jangan, ini udah terjadi induksi magnet besar-besaran" langsung dia menutupi wajahnya dengan tangannya dan tertawa. "hahaha jadi gitu ya. Pantes aj di mimpi gw orangnya pada perang pake pedang. Hahahah. Bagus lah, artinya gw bisa maksimal make tubuh gw"

Arsene mengambil barangnya untuk dibawa pulang dengan jalan kaki. Belum saja dia mengambil barangnya, "ANGKAT TANGAN!!". Seseorang berusaha untuk merampok Arsene. "begal ya, wajar saja." jawab Arsene dengan tenang. Arsene berbalik dan berkata, "tembak saja kalo kau bisa" dengan santai dan tenang.

Orang itu ternyata membawa pistol di tangannya dan menodong Arsene dari jarang satu meter. "ini senjata beneran, lo bakal mati kalo gw tembak" orang itu menggertak. "sekarang kasih semua belanjaan lo ke gw sekarang" lanjutnya.

"TEMBAK KALO LO BISA!!"

_______________________________________

ini dia awal dari perjalanan Arsene yang sebenernya

Kira-kira Arsene beneran di tembak gk nih?

Coba bayangin kalo kalian ada di kondisi Arsene
Mau ngapain coba

Tunggu Chap lanjutannya ya

Future? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang