"sedikit lagi kesepakatan yang telah kau buat akan terwujud"
Arsene membuka matanya dari lelapnya tidur karena melihat mayatnya sendiri lagi.
"rasanya gua baru mimpi abis nikahin Clara terus tiba tiba ngeliat mayat gua sendiri" batinnya. Arsene ingin melepas pelukannya dari guling yang biasa dia pakai untuk tidur. "eh? Kenapa berat gulingnya beda?" Arsene kemudian berusaha untuk melepaskan tangannya yang ada di bawah benda itu, tapi dia menyentuh sesuatu
"eh, apaan nih empuk amat?". Arsene pun menyadari ada sesuatu yang berbeda dengan ruangan ini. "bau ini, EEHHH!!!" ya begitulah Arsene. Dia tidak sadar kalau dia baru saja memeluk istrinya dan memegang 'sesuatu'nya.
"bangke, ternyata beneran gua nikahin dong. Ginilah kalo tidur kelewat malem, paginya langsung amnesia pasti" batinnya.
Kelemahan Arsene adalah tidak boleh tidur terlalu larut karena ketika dia terbangun, dia tak akan ingat satu hal pun selain kamarnya sendiri. Hal ini cukup buruk jika dia berada di tempat asing, terutama yang ada wanitanya. Karena Arsene tak bisa tidur tanpa gulingnya, dalam hal ini Clara telah menjadi korbannya.
"enggghhh" Clara menggerang dan membalik tubuhnya menghadap Arsene. Kini wajah mereka sangatlah dekat, dan jika Arsene mau, dia tak perlu banyak bergerak untuk menciumnya.
Tapi Clara langsung membuka matanya dan membuat Arsene gelagapan. "ehh, hai" ucap Arsene.
"kamu barusan megang apa?" tanya Clara dengan datarnya.
"ehh, anu... Kayaknya pegang 'itu' kan?" jawab Arsene
"mesum" ucap Clara. Namun dia menarik tangan Arsene ke kepalanya dan menjadikannya bantal untuknya kemudian kembali tidur.
"aahh... Jadi gitu mukanya ketika tidur " ucap Arsene sambil memandangi wajah polos Clara yang sedang tidur. Dan Arsene tak bisa tidur sampai pagi karena ketagihan menatap Clara.
~~~~
"kang, kita pindah jam berapa" ucap Clara setelah mencium tangan Arsene karena mereka berdua telah selesai solat subuh.
"mungkin sekitar jam 9-10" jawab Arsene.
Clara hanya mengangguk kemudian melepas mukenanya dan merapihkannya.
"Gimana tangan kamu, kang?" tanya Clara
"yang kanan sih oke oke aja, tapi yang kiri masih sedikit kesemutan gara gara kamu semalem" jawab Arsene sambil memegangi tangan kirinya.
"siapa suruh bertingkah pas orang lagi tidur" Clara kemudian terkekeh kecil lalu berlalu keluar kamar.
"cih nyesel gua semalem salah pegang"
~~~~
"gimana, Ra? Barangnya udah semua?" tanya mamah setelah Arsene mengeluarkan koper Clara dari rumah.
"iya mah udah semua" jawab Clara.
Mamah menatap Clara dengan tersenyum, "kamu udah besar nak".
Di sisi lain Arsene sedang berbicara dengan ayah mertuanya. "jadi, kapan rencana kamu buat berangkat?" tanya ayah dengan suara berbisik.
"mungkin 9 hari dari sekarang, yah" jawab Arsene.
"9 hari buat apa, kang?" tanya Clara mendengar perkataan Arsene barusan. Namun Arsene tak serta merta mengatakan semuanya.
"9 hari untuk ngubur jasad tetangga, yang" jawabnya.
Clara hanya mengagguk tanda mengerti dan kembali berbicara dengan ibunya.
"yaa, kalo seandainya dia punya sifat yang kamu ga suka, sabar aja ya. Ayah belum sempurna mendidik dia, Sene. Tapi kalo kamu ga tah...." ucapan ayah dipotong Arsene
"aku pasti bisa mendidik dia, yah. Sekarang serahin aja semua soal Clara ke Arsene, yah. Soalnya tugas seorang ayah terhadap anak gadisnya akan selesai begitu anak gadisnya menikah. Jadi ayah ga perlu mikirin soal didikan ayah. Biar Arsene yang didik dia kalo ada sifat yang jelek. InsyaAllah, Arsene bisa hadapin itu" ucap Arsene mantap.
"lagian, ayah gaperlu nganggep ini pertemuan terakhir" ucap Arsene.
"pas kami udah siap, kami bakal kesini lagi untuk pamit" bisiknya.
Kembali ke mamah, Clara dan Citra.
"Citra, temenin kakak ipar kamu ya pas Arsene ga ada" ucap mamah yang mulai berkaca kaca.
Clara melihat itu pun langsung memeluk mamah dengan setetes air mata tumpah dari matanya. "mamah bilang itu udah kayak Clara mau kemana aja. Padahal Clara kan cuma pindah di sekitar sini aja " ucap Clara sambil menahan tangisnya.
"ngga nak, Arsene suami kamu. Apa pun keputusan dia kamu harus nurut" seketika mamah teringat soal apa yang dikatakan ayah mengenai rencana Arsene. Dan dia tak bisa menahan air matanya lagi.
"jangan terlalu nyusahin suamimu nak. Penuhin haknya dia. Jangan durhaka sama dia. Rawat dia kalo dia punya luka. Kasih dia semua yang dia butuh nak." ucapnya dengan tersedu sedu.
"iya mah. Clara tau. Tapi mamah sendiri gimana kalo ga ada Clara disini?" tanya Clara
"kan ada ayah kamu, Ra."
Citra melihat mereka berdua sambil mengelap sedikit air matanya yang keluar. Sementara ayah dan Arsene tersenyum melihat keduanya.
"sayang.. " Arsene memanggil dari tempatnya berdiri.
Clara melepas pelukannya dan melihat ke arah Arsene.
"yuk" ucap Arsene. Clara mengagguk.
"ayah, mamah, kami pamit ya. Doain biar langgeng" kata Arsene.
"iya, pasti kami doain." jawab ayah. Mereka kemudian bersalaman dan pulang ke rumah Arsene.
Di jalan...
"eh apa ini? Gua dicuekin ditengah jalan? Trus diorang berdua ngobrol dibelakang gak ngajak ngajak? Haaah... Gapapa lah, yang penting kebutuhan primer udah aman"
___________________________________
Yak selesai juga dapet idenya
Langgeng ya buat Arsene sama Clara
Pantengin ya buat part selanjutnya...
See yaa..
KAMU SEDANG MEMBACA
Future?
Random"cintailah kematian, seperti orang-orang bodoh itu mencintai kehidupan." Orang biasanya takut akan kematian, namun berbeda bagi mereka yang siap bahkan sangat mencintai kematian. Seperti apa perjalanan mereka menuju kematian tersebut? Note: cerita...