"eh? Musnahnya teknologi? Maksudmu teknologi bakal bener-bener musnah? " tanya Arsene yang sedikit tak percaya dengan apa yg baru dia dengar. "ya, itu benar" jawab orang itu dengan singkat.
Arsene mulai paham dan melanjutkan pertanyaannya, "lalu, kenapa disini bisa terjadi perang?". Dan orang itu menjawab, "ini adalah bagian ke-2 dari perang dunia ke-3".
"dan apa tujuan dari perang ini?" lanjut Arsene bertanya. "untuk mengambil kepemimpinan dunia" jawab orang itu yang langsung membuat Arsene terbelalak karena terkejut."kepemimpinan dunia? Apa maksudmu?" Arsene mengucapkannya dengan nada terkejut. "apa kau sadar dengan kepemimpinan dunia yang dipegang blok barat selama ini? Apa yang mereka berikan kepada dunia? Mereka membuat dunia ini kacau balau.". Mendengar jawaban itu, Arsene hanya termenung karena apa yang orang itu bilang ada benarnya.
"cukup. Sekarang ikutlah aku!" ucap orang itu sambil melangkah ke tempat lebih banyak mayat disana.
Dan Arsene mengikutinya."kemana kau mau membawaku?" tanya Arsene karena sangat penasaran. Namun orang itu tetap meneruskan langkahnya tanpa menjawab. Arsene paham kalau pertanyaannya salah dan mengganti pertanyaannya,"apa tujuanmu?". Arsene mulai mengeluarkan nada seriusnya. Dan orang itu menjawab, "ada yang ingin ku tawarkan padamu". Dan Arsene akhirnya diam dan terus mengikuti orang itu dari belakang.
Orang itu akhirnya berhenti berjalan. Arsene juga berhenti dan melihat sekelilingnya. Jika dilihat-lihat, tempat ini memiliki jumlah mayat paling banyak dibandingkan tempat lainnya. Dalam hati Arsene berkata, "ini pasti medan tempur baris terdepan dari setiap pasukan".
Ketika Arsene sedang mengamati tempat penuh darah itu, orang itu berkata, "Arsene! Berdirilah di sebelahku!". Arsene terkejut dan membatin, "nih orang dapet nama gw dari mana?!". Tapi orang itu berbalik dan menatapnya. Seolah-olah tatapannya berkata, "cepatlah!". Arsene yang menyadari hal itu langsung berjalan ke sebelah orang itu.
Setelah berdiri di sebelahnya, Arsene bertanya, "jadi... Apa yang mau kau tawarkan?". Orang itu diam sejenak lalu berkata, "jika setelah ku tawarkan, kau berjalan mendekati tawaranku, maka akan ku anggap deal. Jika kau berjalan menjauhinya, maka akan ku anggap kau menolak."
Arsene hanya mengangguk. Setelah itu, orang tersebut menunjuk ke atas gundukan tanah yang cukup tinggi dan tidak ada mayat disana seraya berkata, "itulah tawaranku."
Arsene yang tadi melihat ke arah tangan orang itu mengalihkan pandangannya ke arah yang ditunjukkannya. Seketika Arsene takjub dengan apa yang ditawarkan orang itu.
Tawarannya adalah sepasang sayap besar yang benar-benar indah. Ditambah sepasang sayap itu punya ukuran yang cukup besar dengan sangat bercahaya namun tidak menyilaukan sehingga keindahannya sangat terlihat. Sayap itu punya bulu putih yang tebal dan terlihat sangat lembut sampai membuat Arsene ingin menyentuhnya.
"indahnya... "
Itulah satu-satunya kata yang ada di pikiran Arsene begitu melihat sayap tersebut. Sangking takjubnya, Arsene secara tidak sadar berjalan mendekati sayap itu yang merupakan isyarat bahwa Arsene menerima tawaran orang itu.
Otang itu hanya tersenyum melihat Arsene berjalan menuju sayap itu, walau sebenarnya dia tau bahwa Arsene berjalan ke sana tanpa kesadaran. Tapi kesepakatan tetaplah kesepakatan. Dia tak peduli bagaimana pun keadaan Arsene, dia tetap menganggapnya sebagai persetujuan bahwa Arsene menerima tawaran darinya.
Arsene terus berjalan tanpa sadar ke arah sayap tersebut sampai dia tidak tahu bahwa dia sedang berada di tempat yang lebih parah keadaannya
Tempat itu tidak ada ruang untuk berjalan karena penuh dengan mayat. Namun Arsene tidak mempedulikannya karena tak sadar akan hal itu. Dia tetap berjalan ke depan sambil berpikir bahwa dia akan mengambil sayap itu.
Tapi dia tak tau apa yang akan dia hadapi karena perbuatannya itu.
Lanjutannya chapter depan aja ya
Saya males bikin cerita lebih dari 700 kata:v
KAMU SEDANG MEMBACA
Future?
Random"cintailah kematian, seperti orang-orang bodoh itu mencintai kehidupan." Orang biasanya takut akan kematian, namun berbeda bagi mereka yang siap bahkan sangat mencintai kematian. Seperti apa perjalanan mereka menuju kematian tersebut? Note: cerita...