Arsene terlihat sudah berada di sebuah distrik perumahan. Anehnya, di distrik ini terlihat masih ada beberapa orang yang selamat dari kiamat debu itu. Berbeda dengan distrik tempat Arsene dan Citra tinggal, disana tak ada yang selama kecuali mereka berdua.
Arsene berjalan menyusuri tempat itu. Arsene merasa aneh karena orang-orang disana menatapnya dengan tatapan aneh. Untuk memastikan kenapa mereka menatapnya dengan tatapan yang tak nyaman begitu, Arsene mendatangi salah seorang dari mereka yang sedang duduk di salah satu rumah di sana.
"mas, mau nanya. Disini ada berapa orang yang berhasil bertahan?" tanya Arsene. "gak banyak, cuma ada beberapa rumah aja yang masih ada penghuninya" jawab orang itu. Arsene berterimakasih kepada orang tadi dan bergegas pergi ke tempat tujuannya.
Namun baru saja dia berbalik, orang tadi tiba-tiba berkata, "kalo kamu mau makanan, maaf. Kami gak ada yang punya makanan di sini. Sekarang pergi!". Arsene berhenti sementara untuk menyimak perkataan tadi dan melanjutkan perjalanannya. "jadi gitu" batinnya.
Kini Arsene sedang berada di sebuah rumah yang sederhana. Dengan perasaan khawatir bahwa penghuni tumah itu bisa bertahan atau tidak semenjak kiamat debu itu, Arsene berusaha menenangkan dirinya. "bismillah, semoga aja selamat" batinnya. Lalu Arsene berjalan ke arah pintu masuk rumah itu yang masih tertutup.
'Tok tok tok'
"Assalamualaikum, di dalem masih ada orang ga?" ucap Arsene setelah mengetuk pintu rumah itu. Namun, tak ada jawaban. Tapi Arsene mengetuk pintu itu lagi dan mengucapkan kalimat yang sama. Tapi tetap tidak ada jawaban.
Perasaan takut mulai merasuki Arsene, dia takut jika orang di dalam sana tidak bertahan dari kiamat debu tersebut. Dan untuk memastikan terakhir kalinya, Arsene mengetuk pintu rumah itu lagi, "Assalamualaikum, tolong dibuka pintunya, ada hal penting yang ingin saya bicarakan. Ini menyangkut kepentingan salah satu anggota keluarga kalian. Saya kesini bukan untuk merampok, jadi tolong bukakan pintunya."
Arsene menunggu dengan perasaan takut di hatinya. Tapi akhirnya pintunya terbuka sedikit dan terlihat ada mata yang mengintip di baliknya. Seketika Arsene merasa lega karena penghuni rumah itu masih selamat.
"apa mau kamu?" ucap seseorang dibalik pintu yang sepertinya suara wanita paruh baya. Arsene dengan perkataan yakin berkata, "tante ga inget saya?". Wanita itu pun melihat wajah Arsene sambil mengingatnya.
"kamu temennya Cla, kan?" ucap wanita itu. "Alhamdulillah masih inget" ucap Arsene. Ternyata wanita itu adalah ibunya Clara. Ibunya Clara pun membuka pintunya karena merasa aman. "nah tadi kamu mau ngomongin hal penting apa?" tanyanya. "mmm, sebelumnya ayahnya Clara kemana?" tanya Arsene. "ayahnya Clara lagi keluar cari makan buat kami" jawabnya. "kalo gitu saya tunggu dia aja abis itu kita bisa ngomongin hal yang saya maksud. Tapi Clara berhasil bertahan hidup kan, tante?" ucap Arsene. "iya, dia ada di dalem, memangnya ada urusan apa sih" ibunya Clara makin penasaran. "kita omongin itu abis ayahnya Clara pulang aja, soalnya kalian berdua harus diskusi buat ini" jawab Arsene. "yasudahlah, tante ga paham kamu mau ngomong apa. Yaudah, masuk aja sini" tawar ibunya Clara. "ngga te, makasih. Saya tunggu di luar aja biar bisa langsung bilang ke orangnya." jawab Arsene. "mmm yasudah deh kalo gitu" ucap ibunya Clara. Arsene pun menunggu di depan rumah Clara sambil melihat-lihat kondisi di sana. "gimana mereka bisa bertahan sebanyak ini?" tanyanya.
"Sene?"
_______________________________________
Sorry ya baru upload, soalnya banyak urusan kenegaraaan:v
KAMU SEDANG MEMBACA
Future?
Ngẫu nhiên"cintailah kematian, seperti orang-orang bodoh itu mencintai kehidupan." Orang biasanya takut akan kematian, namun berbeda bagi mereka yang siap bahkan sangat mencintai kematian. Seperti apa perjalanan mereka menuju kematian tersebut? Note: cerita...