17. Belajar

9 2 11
                                    

Ini adalah hari kedua sejak kiamat debu itu terjadi. Terlihat Arsene dan Citra sedang berjalan di tengah hutan yang ada di dekat rumah mereka dengan membawa sebuah busur panah dan pasti dengan anak panahnya.

"kak, kita mau kemana?" tanya Citra. Namun Arsene hanya diam saja sambil berjalan. Sejak kiamat debu itu, Arsene terlihat lebih serius dengan semua yang akan dihadapinya. Bahkan tatapannya terlihat lebih tajam dari biasanya. Dia tak pernah bersantai sejak kiamat debu itu.

Tak lama berselang, Arsene berhenti dan berbalik menghadap Citra. "kenapa kak" tanya Citra. Arsene langsung memberikan busur panahnya kepada Citra. Itu merupakan isyarag bahwa mereka akan latihan memanah di sana.

"tarik talinya!" suruh Arsene. "tapi kalo patah gimana?" Citra tak yakin. "udah tarik aja kayak gini" ucap Arsene sambil memeragakan gerakan untuk menarik tali busur sampai ke dagunya.

Citra pun menariknya perlahan karena takut mematahkan busur panahnya, namun dia tak sanggu menariknya sampai ke dagunya karena ketakutannya itu. Dia hanya bisa menariknya sebatas lengan atasnya saja. "tarik lagi!" ucap Arsene secara tiba-tiba dan malah membuat Citra melepaskan tarikannya.

Alhasil, tali busur tadi memecut pergelangan tangan kiri Citra dengan keras. "aaahh" Citra merintih kesakitan karena hal tersebut dan langsung berlutut untung meringankan sakitnya.

Arsene yang melihatnya hanya menghela napas dan menghampirinya. "gimana? Sakit kan?" tanya Arsene. "ya sakit lah kak!" jawab Citra dengan ngegas. "itu karena kamu terlalu takut untuk melanjutkan langkah ketika kamu ngeliat ketidakmungkinan di depan, tapi kamu gak tau kalo kamu nyerah itu bakal bahaya buat kamu sendiri" jelas Arsene sambil melepas kain yang melilit pergelangan tangan kanannya.

Arsene pun melilitkan kain tersebut ke pergelangan tangan kiri Citra. "lain kali sebelum ngelakuin suatu hal, pikirin dulu kamu bakal ngadepin siapa" lanjut Arsene dengan nada biasanya. "iya deh kak" jawab Citra.

"sini busurnya" minta Arsene. "biar kakak contohin" lanjutnya. Citra pun memberikannya. Arsene berdiri dan menarik busurnya seperti yang ia peragakan tadi, tapi tidak hanya sampai dagu, bahkan dia menariknya sampai melewati lehernya.

"kamu harus berani buat ngambil resiko bahwa busur ini akan patah biar kamu bisa bertahan hidup di jaman begini." ucap Arsene setelah itu dia mengendurkan tarikannya dan memberikan busur itu ke adiknya. "seenggaknya kamu harus udah bisa kenain target 10 meter sebelum tengah hari." ucap Arsene. Citra mengambil busur tersebut sambil bertanya, "memang kenapa abis tengah hari?".

"jadi gini, sejak keluarga mati, tanggung jawab untuk ngejagain kamu jatuh ke tangan kakak. Tapi kakak gak bisa di rumah tiap hari. Jadi nanti abis tengah hari kakak mau nyari pendamping untung bantuin kakak ngurus kamu. Kamu pasti tau siapa" jelas Arsene. "kamu juga pasti gak mau kesepian kan pas kakak lagi ngurusin kebutuhan kita di luar" lanjutnya sambil tersenyum.

Citra sebenarnya tak tahu siapa yang dimaksud kakaknya, tapi dia punya firasat bagus untuk ini. Citra pun menarik tali busurnya, namun sama seperti tadi, dia hanya mampu menariknya sebatas lengan atasnya saja.

Arsene menghela napasnya dan mendatanginya. "jadi kamu itu harus gini" ucapnya sambil menari busur panah tadi dengan maksud membantu Citra. "liat, gak patah kan." Citra mengagguk. Arsene melepasnya dan mengatakan, "dah, sekarang coba kamu tarik sendiri, trus langsung dilepas kayak kamu tadi kena pecut"

Citra pun menariknya, perlahan tapi dia berhasil menariknya sampai dagu dan melepaskan tarikannya. "kak, aku bisa!" ucapnya dengan bangga. Arsene hanya tersenyum dan kembali mendatanginya.

"nih, sekarang kamu coba bidik batang pohon itu, trus kamu panah" ucap Arsene sambil memberikan wadah berisi anak panahnya kepada Citra dan menunjuk ke sebuah batang pohon mati berjarak sekitar 9-11 meter dari mereka.

"aih lah kak, masa gak ada istirahat" keluh citra. "gak ada istirahat, abis tengah hari nanti kamu bisa istirahat sampe molor" jawab Arsene. Citra pun teringat dengan perkataan kakaknya tadi, "kak, tadi yang kakak maksud pendamping siapa?". "lah? Kakak kira kamu tau." ucap Arsene heran.

"ya gak tau lah, coba kasih tau dulu" Citra makin penasaran. "yaudah sini kuping kamu" suruh Arsene. Arsene membisikkan suatu hal dan itu membuat Citra terkejut.

"HAAH?! YANG BENER AJA KAK!"

_______________________________________

Mmm, kelamaan nunggu ya..
Sorru nih, author update sesuai mood

Kira kira Arsene mau ngapain nih abis tengah hari?
Isi di komen ya

Future? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang