7. Persiapan Bagian: 1

8 2 2
                                    

Sekarang waktu sudah berganti ke awal liburan sekolah. Tapi Arsene masih belum mendapatkan rekan untuk perjalanan yang akan dia lakukan selain Fred. Tapi Arsene tidak terlalu memikirknnya, karena dia paham seberapa jauh perjalanan yang akan dia tempuh, maka dia sudah memperkirakan tentang orang orang yang akan mereka temui di sana. Sekarang dia sibuk mempersiapkan perbekalannya yang dia butuhkan.

"pah, papah" Arsene memanggil ayahnya karena urusan kecil.
"yaaa, papah ada di atas" jawab sang ayah dari lantai 2 rumahnya.
Arsene langsung berlari ke lantai 2 rumahnya untuk menemui ayahnya.

"pah, aku mau minta kamar baru sih di lantai 2" Arsene langsung ke inti pembicaraannya.
"buat apa, Sene. Kamu kan udah punya kamar sendiri di bawah" jawab ayahnya.
"yaelah pah, lagian kan kamar atas banyak yang ga dipake. kasih aku satu lah biar ada penghuninya" rayu Arsene.
"lah kan memang ada penghuninya" ayah Arsene bercanda.
"hush, bukan penghuni yang itu, kamarnya mau aku pake buat barang barang praktek sekolah. Semester dua bakal banyak banget praktek soalnya" Arsene memberikan alasannya.
"oh gudang, ngomong dong. Tuh kamar diujung kosong. Isi aj sesuka kamu" sang ayah mengizinkan Arsene sambil menunjuk kamar di ujung lorong lantai 2.

Sans, gada unsur horror kok

Setelah mendapat izin ayahnya, Arsene langsung memindahkan meja kecil dari kamarnya yang di bawah ke atas, juga beberapa plastik, lem, solder, tumpukan kertas dan peralatan yang lainnya.

Setelah selesai bolak-balik beberapa kali, Arsene beristirahat sejenak, sambil memikirkan apa yang akan dilakukannya selanjutnya. Arsene membuka catatan di buku kecilnya.

Buku kecil itu berisi tentang semua yang dia perlukan untuk perjalanannya, lebih tepatnya semua ilmu pengetahuan yang dia perlukan. Ditambah dengan cara mendapatkannya.

"hmm, bahan ini bagus juga untuk survive" ucap Arsene sambil melihat catatannya, "yang gw butuh cuma kerangkanya aja, untuk bahan lainnya bisa dibuat sendiri"

Akhirnya Arsene mengambil golok untuk memotong beberapa kayu (karena dirumahnya tidak ada kapak). Namun kakaknya tiba-tiba bertanya, "mau kemana lo, Sene?". Arsene menjawab singkat, "mau nebang pohon". "awas sama rumah tetangga" canda kakaknya. Arsene langsung pergi dengan sedikit senyuman menahan tawa. Arsene memang orang yang memiliki kualitas humor yang jelek.

Di hutan belakang rumah

Terlihat Arsene sedang melihat sekeliling mencari jenis batang pohon yang cocok untuk dijadikan peralatan survivenya (maaf ya author jadiin rahasia). "gw emang payah, masa nyari jenis kayu yang cocok aj gk bisa." ucap Arsene menggerutui dirinya sendiri. Bukan karena apa, namun kayu yang harus dia cari adalah kayu yang mudah dirawat dan sulit lapuk juga sulit berjamur.

Arsene pun duduk di bawah pohon sambil berpikir tentang jenis kayu apa yang bisa dia gunakan. Arsene pun teringat dengan peralatan bambu di rumah kakeknya. Dia berpikir bagaimana bambu itu tahan lama dan tidak berjamur. Arsene langsung merogoh smartphone dari kantong celananya dan mulai membuka google untung mencari informasi tentang pengolahan bambu.

"ginilah resiko jadi anak kota, ngolah bambu aja gk bisa" gerutunya lagi sambil mencek web yang tersedia.

Di hutan kenapa ada sinyal? Ya itu karena hutan tersebut adalah tanah milik keluarga Arsene (walau ada beberapa bagian yang dijual ke tetangga). Tanah itu tidak diurus hingga berubah menjadi hutan di tengah kota, jadi ya bisa dapat sinyal ditambah Arsene hanya mencari kayu di pinggiran hutan.

"ah ini dia!" ucap Arsene menemukan web yang dia cari. "hmm jadi gitu. yaahh, kerja dua kali ini mah. Tapi ya masa bodo lah, yang penting jadi" ucap Arsene menaruh smartphone-nya kembali ke kantong celananya dan langsung mencari bambu.

Setelah menemukannya, Arsene langsung memotong bambu yang cukup tua untuk diolah dirumah. Mungkin sekitar 4 batang dengan ukuran masing masing 1 meter (kira-kira). Setelah selesai, Arsene melihat ke arah bambu yang sudah dipotongnya tadi,"aahh selesai jug... Eh? Bodohnya gua gak bawa keranjang." mungkin Arsene punya IQ yang cukup tinggi, tapi dia tetap orang yang cukup pelupa.

Jangan tanya bagaimana, pasti Arsene membawa 4 bambu itu ke rumahnya dengan tangan kosong (tentunya sedikit gatal dan lecet karena rambut halus dari bambu).

Di rumah

Arsene langsung meletakkan bambunya di kamar lantai 2 nya. "ya Allah gatel. AAKHH" ucapnya sambil menggaruk kasar bagian tubuhnya yang gatal karena rambut bambu.

"ih kakak ini kenapa sih kok kayaknya berubah?" tanya Citra sambil melihat kelakuan kakaknya itu.
"oh itu, anak kecil gausah tau" jawab Arsene
"ihhh kakak mah, "
"apa? Kakak kan gk ngapa ngapain"
"ish" ucap Citra langsung turun ke lantai 1.
"udah smp tapi kelakuan masih aja kayak bocah" dumel Arsene.

_______________________________________

Mungkin rada bosen sih bacanya karena gada permasalahannya.

Sorry aja yek kalo bosenin

Niatnya bagian membosankan ini mau segera diselesaiin, jadi bacanya sabar aja

Future? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang