Arsene yang sedang melihat-lihat itu merasa ada orang di belakangnya. "Sene?" panggilnya. Arsene berbalik dan melihat wanita yang menjadi alasannya datang ke sini,"Ra?". Mata Arsene yang tadinya terlihat selalu serius, kini langsung melemas sambil memberikan senyumnya.
"kenapa Sene lu kesini?" tanya Clara. "kamu lupa?" Arsene bertanya balik. "lupa apa?" Clara mulai bingung. "sekarang kita udah di kondisi yang beda sama sebelumnya, mulai dari ekonomi sampai pendidikan, kamu lupa sama janji yang udah gua janjiin?" tanya Arsene. Clara mulai sadar apa yang dimaksud Arsene. "kamu serius Sene?" tanyanya dengan wajah memerah. "iya, hari ini kamu harus ngasih jawabannya. Ga ada penangguhan waktu lagi. Dihadapan mereka berdua, kamu harus ngasih jawabannya" jawab Arsene.
"tapi Sene, kita masih segini umurnya, malah belum punya ktp. Terus... " belum sempat selesai bicara, Arsene memotong perkataan Clara," trus kita mau bikin ktp gimana, neng Clara?". Clara hanya terdiam. "lagian sistem pendidikan kita bakal lebih susah lagi, mungkin minimal butuh 2 tahun biat kita bisa sekolah lagi, tapi udah dengan cara yang tradisional" lanjut Arsene. "tapi kita masih umur segini Sene? Kamu tau kan konsekuensinya?" ucap Clara. "aku tau kamu mau nolak, tapi coba pikirin, dalam 2 tahun kamu mau ngapain? Lagian kalo memang kamu nerima, aku juga ga ada rencana buat nambah nambahin populasi sekarang."
"tapi kok bisa ortu kamu ngijinin hal kayak begini sih Sene?" tanya Clara. "mereka semua udah ga ada, sekarang yg nyisa cuma aku sama Citra. Itu sebabnya aku butuh kamu buat dampingin aku, Ra" jawab Arsene. "sekarang kamu masuk aja ke dalem dan pikirin mateng mateng jawaban apa yang mau kamu kasih" lanjutnya.
Clara pun langsung masuk ke rumahnya karena dia tahu bahwa bagaimanapun dia berdebat dengan Arsene, pasti Arsene akan tetap menyuruhnya untuk memikirkan jawabannya. Dan kini, Arsene kembali sendirian menunggu kepulangan ayahnya Clara.
~~~
"SIAPA KAMU?!" ucap seseorang yang secara tiba-tiba mencekik Arsene dari belakang menggunakan sikunya. Arsene dengan santai hanya menahan napasnya. "SAYA BILANG SIAPA KAMU?! KENAPA KAMU KESINI?!" ucapnya lagi. Tentu Arsene tak bisa menjawabnya karena dia sedang menahan napas untuk bertahan dari cekikannya. Tapi tiba-tiba cekikannya semakin kuat dan Arsene mulai merasa sesak.
"AYAAAH JANGAN!! ITU TEMENNYA CLARA" Ucap Clara sambil berlari keluar rumahnya disusul ibunya. Orang yang mencekik Arsene yang merupakan ayah Clara tadi langsung melepaskan cekikannya dengan terkejut.
Arsene langsung jatuh berlutut sambil memegang dada dan lehernya yang masih sesak. "maafin saya nak. Saya ga tau kamu temennnya Clara. Saya..." belum selesai ayah Clara bicara, Arsene memberi isyarat kepadanya untuk diam sementara. Arsene yang sekarang masih sesak dan sulit bernapas karena kejadian tadi langsung memukul dadanya dengan cukup keras 'DUG!'. "haaaah haaah. Ga gapapa om, saya paham. Tapi tolong lain kali kalo nanya orang jangan sambil dicekik kayak tadi" ucap Arsene. "ohh jadi ini ayahnya Clara. Untung tadi ga gw lawan. Aman. Kalo bukan pasti tadi udah gw banting." batinnya.
"kamu gapapa kan, Sene?" tanya Clara khawatir. "ga, Ra. Gapapa" jawab Arsene dengan napasnya yang sudah normal lagi. "kamu ada urusan apa disini?" tanya ayah Clara. "mmm bisa kita bicarakan di dalem aja ga om?" tanya Arsene balik. "tapi kami ga punya apa apa buat jadi bahan jamuan" jawab ayah Clara. "gapapa om, saya kesini ga minta makan" ucap Arsene sambil mendekati ayah Clara. Arsene mendekatkan mulutnya ke telinga ayah Clara dan melanjutkan dengan suara yang lebih kecil, "ini soal Clara dan ini serius".
Ayah Clara mengiyakan perkataan Arsene dan mereka semua masuk ke dalam rumah. Setelah semua berada di dalam, ayah Clara menutup pintu rumahnya rapat-rapat. "Arsene, kan? Maaf sekali lagi om udah nyekik kamu. Om kira kamu bagian dari preman-preman pasar yang kemarin ke sini buat ngerampok" ucap ayah Clara menjelaskan kenapa dia mencekik Arsene tadi. "iya gapapa om, saya maklum" jawab Arsene. "yeeeehh nyesel gw kesini ga bawa senjata. Bakal gupek klo diorang dateng kesini" batin Arsene.
"jadi, apa urusan yang kamu bilang penting tadi, Sene?" tanya ayah Clara. "saya bakal langsung ke intinya aja" jawab Arsene. Arsene menarik napasnya dalam-dalam untung menghilangkan perasaan tegangnya. "saya ingin melamar Clara"
"HAAAH?!"
_______________________________________
Akhirnya sampe juga ke chapter ini
Kalian ngerti ga sih ngumpulin niat itu susahnya minta ampun?Kalo penasaran, saran author sih jangan terlalu ditunggu
Karena menunggu itu ga enak:v
KAMU SEDANG MEMBACA
Future?
De Todo"cintailah kematian, seperti orang-orang bodoh itu mencintai kehidupan." Orang biasanya takut akan kematian, namun berbeda bagi mereka yang siap bahkan sangat mencintai kematian. Seperti apa perjalanan mereka menuju kematian tersebut? Note: cerita...