26. Pengantin Baru

7 2 7
                                    

Hai guys
Como èstas?
Baik?

Masuk ke arc 2 yaa

Note:
Pernikahan Arsene dan Clara disini hanya bagian dari cerita. Jadi kalian jangan berharap kalo kalian nikah bisa kayak mereka. Karena aslinya nikah itu ribet (walau memang ada enaknya)
___________________________________

Arsene kini berada di depan pintu kamar Clara. Dia mencium bau menyengat dari dalam kamarnya, "apa dia memang wangi kek gini ya?" batin Arsene sambil menarik napas dalam dalam menikmati wanginya.

Arsene masuk ke kamar itu dan mendapati Clara sedang berdiri melihat keluar jendela menunggunya. "ekhem" Arsene berdehem untuk mengambil perhatian Clara. Clara berbalik dan menunjukkan riasan wajah yang sederhana karena pada saat itu tak memungkinkan untuk menyewa alat rias dan penata rias serta gaun pernikahan mewah.

"eh, resepsinya udah selesai?" Clara bertanya. Arsene hanya mengangguk. "maaf ya riasannya ga sesuai sama ekspetasi kamu" Clara mengatakan dengan wajah memelasnya. "ngomong apa sih, ini aja udah lebih dari cukup tau" Arsene sedikit memiringkan kepalanya dan memberi senyuman tulusnya.

Arsene berjalan ke kasur yang ada di kamar itu dan menyuruh Clara untuk duduk disebelahnya. "duduk sini, salaman dulu" ucapnya. Clara menurut dan setelah dia duduk, dengan malu-malu menggenggam tangan Arsene dan mencium tangannya. "eh? Apa ini? Apa tangan cewe memang sehalus ini ya?" batin Arsene ketika Clara mulai menggenggam tangannya.

Bingung kenapa Arsene tak melepas tangannya setelah cium tangan, Clara menegurnya, "Sene, Arsene Arsene!". Tapi Arsene masih bengong saja memikirkan tekstur tangannya Clara. Kesal tak digubris, Clara mencubit pundak Arsene dengan tangan kirinya. Dan itu efektif.

"aduh, apaan sih neng" Arsene mengaduh. "tuhlah masih ga denger. Malah bengong aja. Mesum" Clara mulai mengeluarkan sifat cerewetnya. "ga gitu konsepnya neng" Arsene berusaha menghindar. "hilih, alesan aja"

"ih beneran, suer"

"beneran mesum"

"ya Allah neng segitunya sih"

"dikira Clara ga tau apa, kan cowo memang gitu"

"ya tapi ga selamanya gitu"

"halah, trus ini mau dilepas ga?" Clara melihat tangan mereka yang masih saling pegang itu. "oh iya, kamu nunduk dulu gih" ucap Arsene. "kenapa?" "udah nunduk aja". Clara menurutinya.

Setelah Clara menunduk, Arsene tiba-tiba mengelus ubun-ubunnya. Dan itu membuat Clara merona. "A, Arsene?" Clara mulai gugup. "sutt diem dulu"

"Allahumma inni as aluka min khairiha, wakhairi ma jabaltaha alaih. Wa a'udzubika min syarriha, wa syarri ma jabaltaha alaih"

Setelah berdoa seperti itu, Arsene mendorong perlahan kepala Clara ke arahnya dan membalas ciuman tangannya Clara dengan mencium keningnya.

Clara cukup terkejut dengan perlakuan itu. Tapi dia membiarkannya. Setelah itu, Clara mendorong dada Arsene untuk memberi jarak dan Clara memalingkan wajahnya untuk menyembunyikan rona merah disana.

"kalo dipikir-pikir, kayaknya yang tadi itu udah cukup" ucapnya menahan malu. "yah kok udah sih" ucap Arsene. "apa? Masih kurang? Emang ya ternyata cowo itu ya" dumel Clara. "yaelah Ra, cuma kecup jidat aja masa gaboleh"

Future? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang