4

982 155 13
                                    

Pagi ini Sehun sudah tampak rapi. Berbeda dengan penampilan sebelumnya yang tampak tak terawat, pria ini terlihat mengenakan kemeja berwarna hitam dan celana jeans serta sepatu sneakers berwarna abu-abu.

Ia memiliki tujuan lain hari ini selain mendatangi toko bunga yang setiap hari seakan menjadi rutinitas baginya. Namun tujuan utama kali ini bukanlah toko bunga itu. Melainkan sebuah makam milik seorang wanita yang selama 2 tahun ini menghantui tidurnya.

Ia menatap lama toko bunga dihadapannya. Entah mengapa, keberanian yang sudah ia siapkan sejak berada di rumahnya sirna begitu saja. Pria itu tak memiliki keberanian untuk memasuki toko bunga tersebut.

Pintu toko terbuka dan menampakkan sosok Sooyoung yang terlihat sibuk dengan sebuket bunga di genggamannya. Gadis itu terlihat begitu manis mengenakan dress selutut berlengan panjang dengan motif bunga-bunga kecil membuatnya tampak lebih manis.

Tak lama seorang wanita paruh baya datang menghampiri. Seulas senyuman manis kembali terukir di wajah cantik gadis itu. Ia terlihat ramah berbicara dengan wanita paruh baya itu hingga percakapan mereka berakhir.

Sooyoung berbalik hendak kembali kedalam tokonya. Namun langkah gadis itu terhenti saat menyadari kehadiran sosok pria yang akhir-akhir selalu ingin ia ajak berbicara. Gadis itu kembali tersenyum dan berjalan mendekati Sehun.

"Selamat pagi. Aku tidak melihatmu selama 2 hari ini. Bagaimana kabarmu?"

Ucap Sooyoung ramah sementara Sehun kini menunduk tak berani membalas tatapan gadis itu.

"Kau hendak pergi ke suatu tempat?"

Sehun mendongakkan kepalanya menatap Sooyoung heran. Karna gadis itu seolah mampu membaca pikirannya.

"Kau akan pergi kemana?"

Tanya Sooyoung dengan nada yang terdengar begitu lembut. Sehut mengepalkan kedua tangannya. Pria itu begitu gugup kini. Bahkan ia tak berani melakukan kontak mata dengan gadis itu. Dengan sedikit ragu ia memberanikan diri untuk menjawab pertanyaannya.

"Ma..kam.."

"Hm?"

"Aku akan pergi ke makam."

Sahut Sehun mendongakkan kepalanya, memberanikan diri membalas tatapan gadis itu. Seulas senyuman kembali terukir. Satu hal yang selalu menjadi pertanyaan bagi Sehun. Apakah hidup gadis ini berjalan begitu mudah? Mengapa seolah tersenyum sudah menjadi hobi dan kewajiban baginya? Sooyoung mengangguk mengerti. Ia menarik lengan Sehun dan mengajaknya masuk ke dalam toko miliknya.

"Kau ingin mengunjungi makam siapa?"

Tanya Sooyoung yang terlihat mengedarkan pandangannya memilah bunga yang hendak ia siapkan. Tak kunjung mendapat jawaban, gadis itu menoleh menatap Sehun yang kini terdiam.

"Apa perasaan yang kau miliki kepadanya?"

Tanya Sooyoung yang kini telah berada dihadapannya. Jarak mereka begitu dekat hingga membuat pria itu tak mampu mengontrol degup jantungnya. Sooyoung menatap lekat kedua manik mata pria itu.

"Apa tujuanmu mengunjunginya? Perasaan seperti apa yang ingin kau sampaikan padanya? Cinta? Rasa rindu? Atau keikhlasan?"

"Pengampunan."

Sahut Sehun singkat sementara Sooyoung mengangkat sebelah alisnya. Sehun kembali menatap Sooyoung dan memberanikan diri untuk kembali berbicara.

"Aku.. ingin memohon pengampunan."

Ujarnya pelan namun terlihat jelas jika ia merasa lega karna telah mengutarakan sedikit perasaan yang selama ini ia pendam. Sooyoung tersenyum menatap pria itu.

"Baiklah, aku akan segera menyiapkan dan menghias dengan cantik untuknya."

Sahutnya dan berjalan menuju sekumpulan bunga tulip yang berjejer dengan rapi. Gadis itu mengambil beberapa tangkai bunga tulip putih dan memotong ujung batangnya yang terlihat tidak rapi. Kemudian menghiasnya dengn kain dan tali membuatnya tampak begitu cantik.

Tak membutuhkan waktu lama bagi Sooyoung untuk menghiasnya. Kini ia telah selesai dengan pekerjaannya. Gadis itu berjalan mendekati Sehun dan memberikan buket bunga itu padanya.

"Kuharap kau segera mendapat pengampunanmu."

Ucap Sooyoung tersenyum begitu tulus. Sehun mengangguk menanggapi ucapan Sooyoung. Ia melangkahkan kakinya menuju kasir untuk membayar buket bunga yang ia beli sebelum akhirnya keluar dari toko tersebut.

"Bukankah ia pria yang selalu berada di depan toko?"

Tanya Haechan berjalan dari meja kasir mendekati Sooyoung. Sedangkan yang diajak bicara hanya tersenyum dan mengangguk.

"Wah, ternyata dia lumayan tampan jika berpenampilan lebih rapi. Tidak tampak seperti orang jahat."

"Karna dia memang bukan orang seperti itu."

Sahut Sooyoung kembali tersenyum dan berlalu meninggalkan Haechan yang menggeleng pelan menanggapi jawaban bosnya yang begitu percaya diri.

-

Sehun berjalan menyusuri jalanan makam yang tampak begitu sepi. Menatap satu per satu makam yang ia lewati. Mencari nama seseorang yang hendak ia temui. Hingga tibalah ia dihadapan sebuah makam dengan tulisan Bae Joohyun pada nisannya.

Seketika pertahanannya runtuh. Pria itu lemas seketika, kakinya tak mampu menopang berat tubuhnya. Ia jatuh terduduk dihadapan makam yang tampak lusuh itu. Badannya bergetar menahan berbagai macam emosi yang selama ini bergemuruh dalam hatinya.

Tak menunggu waktu lama hingga pria itu menjatuhkan bulir bening dari kedua matanya. Untuk pertama kalinya dalam dua tahun ini. Pria itu menangis tersedu-sedu. Meninju-ninju pelan rumput dibawahnya. Sungguh, pengampunan saja tak akan cukup untuk menutupi beban yang selama ini ia topang. Tangisnya pecah begitu saja, pria itu menangis semakin kencang. Seperti seorang balita yang menangis karna kehilangan permen kesayangannya. Begitulah gambaran Sehun saat ini.

Saat tangisnya mulai reda, ia bangkit dari duduknya dan berjalan mendekat. Ia meletakkan bunga diatas batu nisan itu dan mengambil langkah mundur.

Membungkuk cukup lama dihadapan makamnya. Sungguh, ia benar-benar membutuhkan sebuah pengampunan. Ia ingin menjalani hidup yang lebih baik tanpa ada perasaan yang mengganjal. Ia ingin hidup bahagia seperti Sooyoung yang dikelilingi orang-orang yang menyayanginya.

Setelah merasa cukup, ia kembali berdiri tegak dan menghela nafas pelan. Sehun berbalik hendak pergi namun langkahnya terhenti saat mendapati kehadiran sosok pria dihadapannya. Pria itu menatap tajam kearahnya. Matanya memerah dan tubuhnya bergetar menahan marah.

"Joonmyeon.."

"Keparat!! Apa yang kau lakukan dihadapan makam istri dan anakku?!"

Sebuah bogeman mentah dilayangkan di sudut bibir Sehun membuat pria itu jatuh terduduk. Seolah tak cukup melancarkan aksinya, pria bernama Joonmyeon itu menduduki tubuh Sehun dan menarik kerah pria itu melayangkan beberapa tinju di wajah Sehun. Sementara Sehun? Tak ada perlawanan berarti dari pria itu.

Ia tau sudah sepantasnya ia diperlakukan seperti ini. Jadi ia memilih diam, membiarkan pria yang dulu sudah seperti kakak kandungnya itu meluapkan emosi yang sudah lama ia pendam.

Joonmyeon menghentikan tinjuannya. Tak sanggup lagi menatap wajah Sehun yang telah dipenuhi memar. Ia menghempaskan tubuh itu begitu saja dan bangkit. Dilihatnya buket bunga yang terletak diatas batu nisan itu. Emosinya kembali memuncak. Ia ambil bunga itu dan menghempaskannya kearah Sehun.

"Ambil bunga sialan ini! Istriku tak menginginkannya. Jangan pernah kau injakkan kakimu lagi disini. Atau aku akan mematahkan kedua kakimu itu."

Ujar Joonmyeon berlalu begitu saja meninggalkan Sehun yang masih terduduk di tanah. Pria itu mengusap bibirnya yang mengeluarkan lumayan banyak darah. Ia memuntahkan cairan merah itu ke tanah. Sehun kembali bangkit dan meletakkan bunga itu diatas batu nisan Joohyun. Bagaimanapun kesalahan yang Sehun perbuat, bunga itu tidak memiliki kesalahan apa-apa hingga harus mendapat penolakan.

~~~

Blaming [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang