Sudah memasuki bulan ketiga semenjak Sooyoung menghindari Sehun. Sejak saat itu pula lelaki itu tak pernah berhenti menyerah untuk bertemu dengan Sooyoung walau tak pernah disetujui oleh gadis itu.
Kali ini seperti biasanya Sehun berdiri di depan pintu. Menunggu Chanyeol menemuinya. Tak lama pria yang ditunggu itupun keluar. Tentu Sehun sangat mengerti hanya dengan melihat ekspresi pria itu.
Kali ini Sehun tak ingin lagi mengalah. Ia ingin bersikap egois satu kali saja. Pria itu pun nekat menerobos masuk. Dilihatnya Sooyoung berdiri membelakanginya. Menghadap kearah jendela ruangan.
Pria itu berjalan mendekat hingga hanya berjarak beberapa langkah dari gadis itu. Sepasang mata Sehun tampak berkaca-kaca. Betapa besar rasa rindu yang ia tahan selama ini.
"Sooyoung.."
Panggil Sehun sukses membuat Sooyoung tersadar dari lamunannya. Tubuh wanita itu seakan membeku tat kala mendengar suara pria yang selama ini ia dambakan.
Ingin sekali rasanya gadis itu berbalik dan segera berlari kearah pria itu kemudian memeluknya. Namun saat ia hendak menggerakkan tubuhnya, ia kembali tersadar. Bahwa kakinya tak memiliki kekuatan untuk berlari seperti yang ia bayangkan.
Sooyoung menggigit bibir bawahnya dan meremas ujung pakaiannya. Tedengar derap langkah pria itu semakin mendekat.
"Sooyoung.."
Panggil Sehun sekali lagi membuat pertahanan Sooyoung nyaris runtuh.
"Pergi.."
Ucap gadis itu terdengar dingin dan menusuk di hati Sehun. Namun pria itu enggan untuk menuruti perkataan Sooyoung.
"Aku merindukanmu. Aku ingin menemuimu. Aku ingin melihatmu."
"Apa yang kau inginkan dariku?"
Tanya Sooyoung dan menoleh kearah Sehun. Sepasang mata gadis itu tampak berair. Pipinya sudah basah dengan air mata.
Lagi dan lagi Sehun tak mampu menahan kesedihannya. Ia tak mampu menyembunyikan ekspresinya.
"Lihat? Kau bahkan memandangku dengan iba."
"Tidak. Bukan seperti itu.."
"Pergilah.."
"Sooyoung.."
"Apa kau tuli? Atau bodoh?"
Ujar Sooyoung membuat Sehun tertegun mendengarnya. Ini kali pertamanya mendengar Sooyoung mengucapkan kalimat seperti itu.
"Apa yang kau harapkan dari wanita sepertiku?"
Gadis itu mulai melangkah mendekat. Dapat terlihat betapa ia kesulitan menarik kaki kirinya.
"Kau lihat? Bahkan untuk menghampirimu saja aku membutuhkan cukup banyak waktu."
"Sooyoung, aku tidak peduli dengan semua itu."
"Aku cacat Sehun!! Apa yang kau harapkan dari wanita sepertiku?"
Bentak Sooyoung membuat pria itu menghentikan langkahnya. Sehun tak mampu lagi membendung buliran bening yang sedari tadi berusaha ia tahan.
"Tapi aku mencintaimu."
"Cinta? Tidak ada cinta diantara kita."
"Sooyoung, aku mohon jangan seperti ini."
"Yang kau rasakan padaku hanya perasaan nyaman. Kau hanya merasa nyaman karna aku bisa mengerti perasaanmu. Hingga kau keliru dan menganggapnya sebagai cinta."
Sahut Sooyoung memotong ucapan Sehun. Pria itu menatap sendu kearahnya. Sehun kembali mengambil langkah maju, namun Sooyoung menggeleng pelan memberi tanda penolakan.
"Pergi.."
"Tidak. Aku tak akan kemana-mana."
"Aku bilang pergi!"
Ujar Sooyoung setengah berteriak. Tetapi Sehun masih pada pendiriannya.
"Kau salah. Ini bukan hanya perasaan nyaman. Aku benar-benar mencintaimu."
"Tidak! Aku tidak mau mendengar apapun darimu!"
Teriak Sooyoung menutup kedua telinganya. Sehun menariknya kedalam pelukan, membuat tangis gadis itu pecah begitu saja. Ia memberontak berusaha melepaskan diri.
Saat pelukannya berhasil terlepas, sebuah tamparan keras mendarat di pipi kanan Sehun. Membuat suasana menjadi hening seketika. Tampak ekspresi keterkejutan Chanyeol yang kini tengah berdiri di ambang pintu.
Sehun terdiam dan kembali menatap sendu kearah Sooyoung. Tubuh gadis itu tampak bergetar hebat, ia menatap tajam kearah Sehun. Tatapan yang selama ini tak pernah pria itu lihat.
"Mau sampai kapan kau bermain seperti ini?"
Bentak Sooyoung sembari menghapus air matanya. Pipi pria itu tampak memerah. Dapat terlihat jelas betapa sakitnya tamparan yang gadis itu layangkan. Namun seakan Sehun tak merasakan sakitnya. Luka dihatinya seakan terasa lebih menyakitkan.
"Bisakah kau tidak menggangguku lagi? Pergilah dari hidupku sejauh yang kau bisa! Aku membencimu! Sangat membencimu!"
Sehun menghela nafas berat dan mengangguk pelan. Berusaha tersenyum kepada gadis itu walau yang terlihat hanyalah sebuah senyum palsu.
"Baiklah jika itu maumu."
Sahut Sehun dan mulai melangkahkan kakinya keluar ruangan. Chanyeol yang sedari tadi berdiri disana pun bergegas menyusul Sehun. Ia meraih tangan pria itu berusaha menahannya.
"Sehun.."
Chanyeol memanggilnya membuat pria itu berhenti melangkah. Ia menoleh kearah Chanyeol dan tersenyum masam.
"Maafkan adikku. Ia tak bermaksud seperti itu. Jadi aku mohon.."
"Sudah cukup Chanyeol. Aku tak akan melakukannya lagi."
Mendengar jawaban Sehun membuat pria itu melonggarkan genggamannya kemudian melepaskannya. Sehun tersenyum sembari menepuk pelan bahu Chanyeol.
"Tolong jaga ia baik-baik."
Ujar Sehun kemudian melanjutkan langkahnya. Chanyeol masih berdiri di tempatnya. Menatap kepergian Sehun yang kini semakin jauh. Dalam hal ini pria itu merasa sangat bersalah.
Jika saja saat itu ia tak menghalangi mereka untuk bertemu. Jika saja saat itu ia tak berkata kasar pada Sehun hingga membuat pria itu pergi begitu saja. Jika saja ia membiarkan mereka berbicara hingga Sooyoung tak perlu menyusul Sehun dan mengalami kecelakaan.
Terdengar helaan nafas berat milik Chanyeol. Ia memutuskan untuk kembali ke ruangan. Dilihatnya gadis itu kembali menatap jendela kamar.
"Kenapa kau melakukannya?"
Sooyoung berbalik dan berjalan tertatih-tatih. Dengan sigap Chanyeol berjalan menghampiri dan membantunya berjalan menuju ranjang dan mendudukkannya.
Pandangan Sooyoung teralihkan pada buket bunga di nakas. Bunga Camelia merah muda. Bunga yang memiliki makna kerinduan yang mendalam.
Sepasang mata cantik itu kembali berair. Ia menatap nanar kearah Chanyeol.
"Oppa.."
Pria itu menarik Sooyoung ke dalam pelukannya dan mengusap pelan kepala adiknya. Dapat terdengar isakan tangis Sooyoung. Tangisan yang begitu pilu dan menyedihkan.
"Aku jahat oppa. Aku jahat.."
"Menangislah. Keluarkan semua keluh kesahmu. Aku ada untukmu."
Ucap pria itu mengecup rambut kepala Sooyoung. Chanyeol paham betul jika sebenarnya adiknya tidak bermaksud begitu. Hanya saja hati gadis itu terlampau lembut. Ia tak ingin menahan seseorang dan menjadi beban bagi mereka. Tanpa ia sadari dengan melepas pria itu hanya akan menciptakan luka baru bagi keduanya.
~~~
Hai..
Maaf baru update. Hpku lagi dibenerin. Ini aja aku nulis cerita pinjem HP adikku 😅
Ditunggu next ya yaaa...
KAMU SEDANG MEMBACA
Blaming [END]
Fanfiction{FANFICTION} Setiap orang memiliki lukanya masing-masing. Luka yang tak ingin dikenang, namun terlalu pahit untuk dilupakan. Sama sepertimu, aku juga memiliki sosok yang ingin kusalahkan.