"Kak Chanyeol tolong aku!!!"
Terdengar teriakan seorang lelaki dengan suara yang begitu sumbang membuat Chanyeol yang sibuk membantu Sehun menyiram tanaman menoleh keasal suara. Dengan sedikit berlari, Chanyeol datang menghampirinya.
"Haechan, ada apa?"
"Ada ulat ulat ulat!! Wah benar-benar ukurannya sungguh besar. Sangat besar. Lihatlah lihatlah!! Ini menjijikkan!"
Teriak lelaki itu menutup matanya dan menunjuk tanaman di hadapannya. Chanyeol menggeleng-gelengkan kepalanya. Tak habis pikir dengan tingkah Haechan yang masih terlihat seperti bocah. Pria itu mengambil ulat yang Haechan tunjuk dan membuangnya.
"Ada apa?"
Sooyoung datang dengan nampan berisi minuman dan cemilan. Mereka kini berada di taman belakang toko. Dengan sigap Sehun datang membantu membawakan nampan dan meletakkannya diatas meja.
"Bukan apa-apa. Anak ini hanya histeris melihat ulat."
Tunjuk Chanyeol pada Haechan yang bergelayut di lengannya. Sooyoung yang melihatnya tertawa gemas akan tingkah Haechan.
"Ah aku harus pergi sekarang. Haechan, kau bilang kau tau alamatnya kan? Ikut denganku."
"Hati-hati di jalan."
Sahut Sooyoung melambaikan tangannya. Kini hanya tersisa mereka berdua. Sooyoung menatap Sehun yang melanjutkan pekerjaannya. Gadis itu tersenyum namun perlahan senyumannya memudar ketika ingatannya kembali pada saat Yoona menceritakan tentang masa lalu pria itu. Ia menatap Sehun dengan tatapan sendunya.
Gadis itu memilih untuk mengabaikan tentang masa lalu Sehun. Ia hanya akan berada di dekat pria itu. Membantunya untuk tidak terlalu larut dalam masalahnya. Setidaknya hanya itu yang bisa ia lakukan.
Sooyoung melangkah menuju tanaman mawar yang mulai membuka kelopaknya. Begitu cantik hingga membuat wanita itu terpesona karnanya. Warnanya yang merah menyala membuat pesonanya semakin kuat. Sooyoung menarik seulas senyuman. Ia tak sabar untuk segera memetiknya. Namun gadis itu harus menunggu beberapa hari lagi untuk mendapatkan hasil yang indah.
"Ah.."
Ringis Sooyoung saat telunjuknya tak sengaja tergores duri yang ada pada sang mawar. Sehun menoleh kearahnya yang sedang berjongkok. Dilihatnya Sooyoung memegangi tangannya. Pria itu pun berjalan mendekat. Dengan sedikit berjongkok, ia menyentuh pundak Sooyoung. Gadis itu menoleh kearahnya dengan senyum tipisnya.
"Kau kenapa?"
"Ah tidak apa-apa. Aku sedikit ceroboh hingga melukai jariku."
Sahutnya memperlihatkan jarinya yang terlihat mengeluarkan cairan segar berwarna merah. Ia bangkit dari posisinya dan mengambil tisu untuk mengelap darahnya. Sementara Sehun mematung menatap cairan itu.
"Sehun, kau kenapa?"
Sooyoung menyadari perubahan sikap Sehun. Pria itu mengambil langkah mundur. Gadis itu pun kembali mendekatinya. Sehun masih terdiam membisu dengan tatapan kosongnya. Wajahnya tampak pucat dan keringat mulai membasahi keningnya.
Sooyoung mempercepat langkahnya dan menyentuh lengan pria itu. Sontak Sehun berteriak dan jatuh terduduk. Sooyoung yang melihatnya pun menjadi terkejut. Gadis itu segera menghampirinya. Berjongkok menatap Sehun khawatir. Sehun menutup kedua telinganya dan menggeleng-gelengkan kepalanya pelan dengan matanya yang terpejam.
"Sehun, ada apa denganmu?"
"Tidak.. Tidak.."
Racau pria itu seakan tak mendengar suara Sooyoung. Ia mengguncang-guncangkan tubuh Sehun. Namun pria itu masih tak bergeming. Mata Sooyoung mulai panas dan berair. Tak tega melihat pria itu nampak begitu menderita. Ia jadi semakin memahami perasaan Sehun.
Sooyoung menarik Sehun mendekat. Memeluknya dengan erat dan menangis terisak. Ya, gadis itu menangis dengan pelukannya yang seakan tidak mau terlepas. Sesekali ia mengusap rambut Sehun. Memberinya ketenangan dan kenyamanan. Ia masih memeluknya dengan erat. Dapat ia dengar deru nafas Sehun yang perlahan mulai tenang. Pria itu sesekali menghela nafasnya pelan. Matanya mulai mengerjap dan tersadar dari mimpi buruknya. Ia menyadari kini berada dalam dekapan Sooyoung. Mulai membalas pelukan sang gadis.
"Tidak apa-apa. Tenanglah, ada aku disini."
Ucap Sooyoung masih terisak dan menepuk-nepuk pelan pundak Sehun.
Pria itu terlihat mulai tenang. Sooyoung melepas pelukannya dan menatap Sehun. Ia menyentuh kening pria itu. Mengelap sisa-sisa keringat diwajahnya. Ia memberikan senyum terhangatnya pada pria itu walaupun wajahnya kini tampak seperti orang yang rapuh karna sisa-sisa air mata yang membasahi pipinya. Sehun menunduk dan menghela nafasnya."Maafkan aku."
"Untuk apa?"
"Aku memperlihatkan sisi lemahku."
Sooyoung menggeleng pelan dan menangkup wajah Sehun dan mengangkatnya. Membuat pria itu menatap Sooyoung.
"Bukankah aku sudah mengatakannya padamu? Menangislah jika kau ingin menangis. Tertawalah jika kau ingin tertawa. Jangan memendam semua kekhawatiranmu. Aku akan memelukmu jika itu yang kau butuhkan."
"Kenapa?"
"Hm?"
"Kenapa kau begitu baik dan menerima pria sepertiku?"
Sehun menarik kedua tangan Sooyoung dan menjauhkannya.
"Memangnya kau pria seperti apa?"
Sehun menatap Sooyoung lekat. Ia memperhatikan setiap sudut wajah gadis manis itu. Ia kembali menunduk.
"Aku.. pernah membunuh seseorang."
"Dan kau sudah menebus kesalahanmu."
"Aku bukan orang yang baik."
"Dan bukan berarti kau menjadi orang jahat."
"Aku memiliki riwayat penyakit gangguan jiwa."
"Dan itu bisa di obati."
Sehun kembali menatap Sooyoung. Ia tak menyangka gadis itu selalu mendapat jawaban atas pertanyaannya. Sooyoung tersenyum padanya. Ia kembali menggenggam kedua tangan Sehun.
"Sehun, kau akan menjadi seperti apa yang kau pikirkan. Jika kau berpikir kau jahat, maka kau akan menjadi jahat. Jika kau berpikir aku baik, maka aku akan terlihat baik. Begitupula denganku."
Gadis itu menggantungkan kalimatnya. Sehun terdiam menatap Sooyoung, menunggu kalimat yang akan ia katakan selanjutnya.
"Aku percaya bahwa kau pria yang baik sejak pertama kali aku melihatmu. Itulah mengapa aku memberanikan diri untuk menghampirimu lebih dulu. Hanya karna kau pernah terlibat kasus kriminal, bukan berarti kau selamanya menjadi seorang kriminal. Setiap orang memiliki kesempatan untuk berubah. Begitu juga denganmu."
Sooyoung menutup kalimatnya dengan senyuman. Ia bangkit dari duduknya dan mengulurkan tangannya pada Sehun. Pria itu hanya menatap jemari lentik Sooyoung.
"Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan. Mereka tidak sepantasnya menilai orang lain dan menyematkan panggilan-panggilan tak pantas terhadap seseorang. Mereka tidak memiliki hak atas hidup orang lain. Jangan dengarkan mereka dan teruslah hidup dengan baik. Kau layak mendapatkannya."
"Mengapa?"
"Karna kau itu baik."
Sahut Sooyoung dengan senyuman hangatnya. Dengan ragu-ragu Sehun menerima uluran tangan Sooyoung dan bangkit dari duduknya. Gadis itu kembali memeluknya.
"Tuhan memberimu hidup agar kau bisa berbahagia."
Sehun tersenyum tipis mendengar perkataan Sooyoung ditelinganya. Gadis itu perlahan melepas pelukannya. Ia merapikan beberapa helai rambut Sehun yang terlihat kusut.
"Aku akan membuka toko sekarang. Lanjutkan pekerjaanmu."
Ujar Sooyoung dan dijawab dengan anggukan Sehun. Gadis itu melangkahkan kakinya meninggalkan taman. Sehun menatapnya yang kini terlihat sibuk mengambil beberapa tangkai bunga yang ia letakkan di meja. Seulas senyuman kembali terukir di bibir pria itu. Ia merasa bersyukur. Disaat keputusasaannya dalam menjalani hidup, tuhan mengirimkannya seorang gadis manis dengan kelembutannya. Menghangatkan hatinya yang menggigil. Membuatnya menyadari bahwa hidup tidak seburuk itu. Bahwa bertahan tidak sesulit itu. Ya, dunia tidak sejahat itu.
~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Blaming [END]
Fanfiction{FANFICTION} Setiap orang memiliki lukanya masing-masing. Luka yang tak ingin dikenang, namun terlalu pahit untuk dilupakan. Sama sepertimu, aku juga memiliki sosok yang ingin kusalahkan.