"Itu adalah salju pertama di tahun 2018. Saat itu suhu kota Seoul mencapai titik terendahnya. Saat dimana Joohyun meregang nyawa dihadapan Sehun."
"Joohyun?"
"Ia adalah teman masa kecil Sehun. Gadis itu meninggal di hari pernikahannya dengan bayi di kandungannya yang baru berusia 6 minggu."
Sooyoung terdiam, mengasihani seorang Joohyun. Gadis yang bahkan tidak ia kenal, namun ia bisa merasakan kesedihan dari kisahnya. Tentunya meninggal dihari yang membahagiakan adalah sebuah tragedi.
Yoona menunduk, ia menyeka air mata dengan kedua tangannya dan kembali menghela nafas.
"Saat polisi tiba di lokasi kejadian, mereka menemukan Sehun terduduk tak jauh dari tempat Joohyun. Dengan pisau ditangannya."
Sooyoung masih setia menyimak. Gadis itu berinisiatif menyentuh pundak Yoona untuk menenangkannya.
"Aku tau saat mengatakannya, aku akan terdengar seperti menutup mata dan membelanya hanya karna ia adikku. Tapi sungguh, aku sangat memahami Sehun melebihi ibuku sendiri. Ia bukanlah orang yang bisa melakukan hal itu."
"Tentu aku bisa melakukannya."
Suara dingin tak jauh dari mereka membuat keduanya menoleh dan mendapati sosok Sehun dengan tatapan kosong.
"Aku menyukainya tapi dia lebih memilih Joonmyeon. Tidakkah menurut kakak itu sudah menjadi alasan yang cukup untuk menghabisinya?"
Yoona bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati Sehun. Wanita itu menggeleng berulang kali dan menepuk kedua bahunya.
"Tidak. Tidak Sehun. Aku tau kau tidak sebodoh itu. Aku.."
"Sampai kapan kakak mau menutupi kenyataan bahwa aku pernah mengalami gangguan kejiwaan?"
Ucap Sehun membuat Yoona membelalakkan matanya terkejut. Begitupula Sooyoung yang sama terkejutnya.
"Da..darimana kau tau?"
"Bukankah itu tak penting? Bukankah bukti itu sudah cukup untuk menjadikanku seorang pembunuh?"
"Tidak. Itu hanya masa lalu Oh Sehun. Kau sudah dinyatakan sembuh."
Sehun menjauhkan tangan Yoona dari bahunya dan membuang muka.
"Sebaiknya kakak pergi. Jika tidak, aku yang akan pergi."
"Tidak, kau jangan pergi. Tetaplah disini. Biar aku yang pergi."
Yoona menghapus air matanya dan berjalan mendekati Sooyoung.
"Aku pergi dulu Sooyoung. Terima kasih atas segalanya."
Ujar wanita itu dan dibalas dengan senyuman tipis Sooyoung. Gadis itu bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati Sehun yang masih terdiam di posisinya. Walau terlihat tak peduli, nyatanya pandangan matanya tak pernah lepas dari sang kakak yang kian menjauh.
Sooyoung menggenggam tangan Sehun membuatnya tersadar dan menatap balik Sooyoung. Gadis itu tersenyum, mencoba memberi ketenangan dengan tatapan teduhnya.
Tangannya beralih pada kedua pipi Sehun. Mengusapnya pelan dengan senyum yang masih tak lepas darinya.
"Kau baik-baik saja?"
Sehun tertegun. Bukannya bertanya berbagai macam hal, gadis itu malah menanyakan keadaannya. Ia menundukkan kepalanya dan mengangguk pelan.
"Seperti yang kukatakan waktu itu. Aku tak akan menanyakan hal-hal yang dapat membuatmu tak nyaman. Sebaliknya jika kau butuh teman, maka aku--"
Kalimat Sooyoung terhenti begitu Sehun menghambur kedalam pelukannya. Ia sedikit terkejut dengan perlakuan pria itu. Perlahan Sooyoung mulai membalas pelukannya. Memberi tepukan-tepukan ringan dan mengusap pelan punggungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blaming [END]
Fanfiction{FANFICTION} Setiap orang memiliki lukanya masing-masing. Luka yang tak ingin dikenang, namun terlalu pahit untuk dilupakan. Sama sepertimu, aku juga memiliki sosok yang ingin kusalahkan.