Sehun melangkahkan kakinya menuju korps militer tempatnya melakukan tugas negara untuk kurang lebih 2 tahun ke depan. Pria itu tampak tampan mengenakan seragam militer.
Ia berbalik menoleh kearah kedua orang tua dan kakaknya yang kini tengah melambaikan tangan kearahnya. Pria itu pun tersenyum dan membalas lambaian tangan mereka. Setelah berdiri disana cukup lama, ia pun berbalik dan melanjutkan langkahnya.
Di lain tempat, Chanyeol memasuki rumah dengan menenteng beberapa tas setelah sebelumnya membantu Sooyoung berjalan menuju kamarnya. Hari ini adalah jadwal kepulangan gadis itu dari rumah sakit. Ia sudah diperbolehkan pulang dan akan rutin menjalani fisioterapi tiap minggunya.
Setelah selesai merapikan beberapa barang, pria itu pun berjalan menuju kamar Sooyoung. Memastikan keadaan adiknya yang kini tengah merapikan beberapa pakaian.
"Kau istirahatlah. Biar aku yang melakukannya."
"Tidak apa-apa. Aku bisa melakukannya sendiri."
Chanyeol melangkah mendekat dan mengambil alih pakaian dari Sooyoung.
"Kau ingat pesan doker? Tidak boleh banyak melakukan kegiatan dan perbanyaklah beristirahat."
"Tapi oppa, aku tidak melakukan kegiatan apapun selama beberapa bulan ini."
"Ini demi kesehatanmu."
Ucap pria itu tegas. Jika sudah begini, tidak ada yang bisa Sooyoung lakukan selain menuruti perkataan kakaknya. Chanyeol tersenyum tampan melihat Sooyoung menurut begitu saja. Ia mengusap pelan puncak kepala gadis itu.
"Apakah ada yang ingin kau makan?"
Tanya Chanyeol dan dijawab senyuman manis Sooyoung.
"Aku ingin teh melati dan kue beras."
"Ah kue beras! Tadi bibi Cho mengirim kue beras sebagai hadiah kepulanganmu. Tunggu sebentar, aku akan membuatkan teh melati."
Ujar Chanyeol dan bergegas meninggalkan kamar. Sooyoung kembali tersenyum dan mengalihkan pandangannya pada sebuah figura foto yang terletak di nakas samping ranjangnya.
Memperlihatkan foto masa kecilnya dan Chanyeol. Saat itu mereka masih berusia 14 dan 10 tahun dan sedang pergi berlibur ke taman hiburan. Chanyeol menggendong Sooyoung di punggung dan keduanya tersenyum begitu manis menghadap kamera.
"Waktu berlalu begitu cepat."
Gumam gadis itu tersenyum menampilkan deretan gigi putihnya. Pandangannya teralihkan pada sebuah mahkota yang terbuat dari bunga yang kini tampak layu. Senyuman gadis itu perlahan memudar dan tatapannya berubah menjadi sendu.
"Sehun.."
Gumam gadis itu terdengar parau. Ingatannya berputar pada masa beberapa bulan lalu saat dokter belum memvonis dirinya yang tidak dapat berjalan dengan normal.
Sehun menuntun Sooyoung memasuki toko bunga miliknya. Sebenarnya Chanyeol dan juga Sehun melarangnya untuk pergi ke toko. Karna ia diharuskan beristirahat dengan cukup demi proses penyembuhannya. Namun gadis itu bersikeras ingin pergi hari ini.
Setibanya di toko, gadis itu langsung melangkahkan kakinya menuju taman belakang. Ia amat merindukan tanaman-tanamannya. Sehun mendudukkan Sooyoung di bangku yang berhadapan langsung dengan beragam bunga yang tumbuh dengan indahnya.
Senyum gadis itu merekah saat mendapati tanaman yang terakhir kali ia lihat masih berupa calon bunga, kini telah tumbuh menjadi kelopak bunga yang cantik.
"Lihat kan? Kami merawatnya dengan baik."
Ujar Sehun menyombongkan diri sembari duduk di sebelah Sooyoung. Tak lama, gadis itu menyenderkan kepalanya di bahu Sehun. Pria itu tersenyum tampan dan mengusap pelan puncak kepala Sooyoung. Mengecup lembut kening gadis itu.
"Oh ya, dimana Haechan? Aku merindukannya. Anak itu bahkan hanya berkunjung satu kali."
Tanya Sooyoung membenarkan posisi duduknya. Sehun terkekeh mendengar pertanyaan acak gadis itu. Mengacak rambut Sooyoung gemas.
"Ia tak bisa mengunjungimu karna harus kembali ke Mokpo."
"Mokpo? Kampung halamannya?"
"Neneknya sakit-sakitan. Jadi ibunya mengajak untuk kembali ke Mokpo."
"Kenapa kau tidak memberitahuku? Aku sangat dekat dengan nenek."
"Dan membiarkanmu merengek meminta ijin untuk pergi ke Mokpo? Dengan kondisi seperti ini?"
Tanya Sehun mengalihkan pandangannya kearah kaki Sooyoung. Gadis itu mengerucutkan bibirnya saat menyadari keadaan kakinya. Sehun tersenyum dan bangkit dari duduknya.
Ia berjalan menuju salah satu tanaman. Memetik beberapa tangkai bunga cosmos dan bunga daisy dan kembali pada posisinya. Gadis itu menatap bingung kearah Sehun yang kini tengah sibuk merangkai beberapa tangkai bunga yang ia petik.
Tak lama senyuman tampan terlukis di wajah Sehun diikuti senyuman manis Sooyoung saat menyadari apa yang sedang pria itu rangkai. Sehun membuat sebuah mahkota dari beberapa tangkai bunga.
Sehun memperlihatkan mahkota itu pada Sooyoung seakan meminta ijin untuk memakaikannya. Dengan tersenyum malu, gadis itu pun mengangguk setuju.
Pria itu menggerakkan tangannya ke puncak kepala Sooyoung dan memakaikan mahkotanya. Menatap Sooyoung lekat dan kembali tersenyum.
"Cantiknya.."
Gumam Sehun namun masih dapat terdengar. Menghasilkan semburat merah muda di kedua pipi gadis itu. Sooyoung menunduk malu berusaha menyembunyikan wajahnya yang kini berwarna merah padam.
"Sooyoung.."
Panggil Sehun membuat gadis itu mendongakkan kepalanya. Dilihatnya Sehun masih tersenyum menatapnya. Ia membelai pipi gadis itu dan mengecupnya singkat.
"Bagaimana jika kita menikah?"
Tanya Sehun sukses membuat Sooyoung membelalakkan matanya.
Sooyoung menghapus buliran bening yang mulai jatuh membasahi kedua pipinya. Menarik nafas panjang dan menghembuskanya perlahan. Tak menyadari jika sedari tadi Chanyeol tengah memperhatikannya dari balik pintu. Setidaknya pria itu merasa lega dan mengerti jika masih ada cinta diantara kedua insan itu.
~~~
Sebenernya aku rencana mau tamatin di chapter ini. Cuma tiba-tiba ada penambahan ide cerita. Jadi aku tambahin satu chapter lagi. Artinya, ff ini akan tamat di chapter selanjutnya ^^
Chapter akhir aku post 2 atau 3 hari lagi karna ini chapter terakhir. Jadi harus diselesaikan dengan sebaik mungkin ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Blaming [END]
Fanfiction{FANFICTION} Setiap orang memiliki lukanya masing-masing. Luka yang tak ingin dikenang, namun terlalu pahit untuk dilupakan. Sama sepertimu, aku juga memiliki sosok yang ingin kusalahkan.