"Setiap orang memiliki lukanya masing-masing.
Luka yang tak ingin dikenang, namun terlalu pahit untuk dilupakan.
Sama sepertimu, aku juga memiliki sosok yang ingin kusalahkan."
-
Sooyoung memeras handuk kecil yang ia basahi dengan air hangat. Setelah dirasa cukup, gadis itu meletakkannya diatas kening Chanyeol. Kakaknya tengah terbaring sakit malam ini. Mungkin karna ia kehujanan saat terpaksa mengantarkan buket bunga mengenakan sepeda motor milik Haechan karena mobilnya sedang di bengkel. Ia lupa membawa jas hujan hingga membuatnya kehujanan di jalan.
Badan pria itu menggigil cukup hebat. Dilihatnya termometer yang ia tempelkan di ketiak pria tersebut. Mencapai angka 39 derajat celcius. Sesekali terdengar pria itu terbatuk. Membuat Sooyoung sedikit khawatir, ia menggigit kuku-kuku jarinya.
Ia baru teringat jika tadi ia membelikan kakaknya itu obat penurun demam untuk antisipasi jika Chanyeol sakit. Sooyoung meraih tasnya dan mencari-cari keberadaan obat tersebut. Tak ada, tak ia temukan di dalam tasnya. Gadis itu terlihat berpikir, mencoba mengingat-ingat dimana ia meletakkan obat itu.
Tak lama ia memukul kepalanya pelan. Ia baru ingat jika ia meletakkannya di lemari samping kasir di tokonya. Gadis itu bangkit dari duduknya, dan bergegas pergi. Namun langkahnya tertahan saat Chanyeol memegang pergelangan tangannya.
"Kau mau kemana?"
Tanya Chanyeol lemah. Sooyoung terduduk dan menggenggam tangan pria itu kemudian tersenyum.
"Aku akan ke toko sebentar. Mengambilkan obat untukmu yang lupa kubawa."
"Aku ikut."
Chanyeol mendudukkan posisinya menjadi duduk namun Sooyoung menggeleng pelan.
"Tidak. Oppa sedang sakit."
"Ini sudah malam. Jalanan berbahaya, biar aku mengantarmu."
"Aku bisa menjaga diri oppa. Lagipula ini baru jam 10 malam, dan jarak rumah kita tidak jauh dari toko."
Chanyeol menggeleng pelan mengisyaratkan jika ia tak menyetujui jawaban sang adik.
"Tidak, lebih baik kau tidak usah mengambil obatnya. Aku akan segera membaik."
"Oppa, badanmu panas begini. Kau perlu minum obat. Aku akan segera kembali. Berbaringlah dan tunggu aku."
Sahut gadis cantik itu mengecup kening Chanyeol dan bangkit dari posisinya. Tak lama pintu pun terbuka menandakan bahwa gadis kecilnya telah meninggalkan rumah. Sementara Chanyeol menuruti perkataan adiknya dan kembali merebahkan tubuhnya.
-
Sooyoung mengeluarkan kunci di dalam tasnya saat tiba di depan pintu toko. Cuaca masih begitu mendung dengan diiringi rintik-rintik hujan yang mulai mereda. Gadis itu membuka pintu toko miliknya sesaat setelah memutar kunci tersebut. Namun langkahnya terhenti saat ia menyadari kehadiran seseorang yang mungkin sudah sedari tadi berdiri disana.
Dengan sedikit ragu, Sooyoung menolehkan kepalanya untuk mencari tau siapa sosok orang tersebut. Tak lama ia menghela nafas lega saat mengenali sosok itu.
Lagi dan lagi, gadis itu memilih untuk mengambil langkah terlebih dahulu untuk mendekati pria tersebut.
"Apa yang kau lakukan malam-malam begini?"
Tanya Sooyoung membuat pria dengan rambut yang terlihat sedikit basah itu tersadar dari lamunannya. Ia menatap Sooyoung intens. Kali ini tak seperti tatapan-tatapan yang biasa ia layangkan. Dari sorot matanya, pria itu tampak begitu bersedih namun juga ada perasaan lega di dalamnya.
"Masuklah.."
Ujar Sooyoung menarik lengan pria itu memasuki toko bunga miliknya. Ia menghidupkan lampu untuk memberi penerangan. Membuka pintu lemari disamping meja kasir. Mengambil bungkus plastik berwarna hitam dan sebuah handuk. Ia meletakkan bungkus plastik itu dimeja dan berjalan menuju Sehun.
Sooyoung mengulurkan tangannya memberikan handuk pada pria itu. Namun ia hanya menatap kosong kearahnya. Dengan menghela nafas pelan, Sooyoung memberanikan dirinya meletakkan handuk tersebut diatas kepala Sehun. Membuat pria itu tersentak kaget. Gadis itu membantu mengeringkan kepala Sehun dengan handuk di tangannya.
"Kau sudah kembali dari tempat yang kau tuju?"
Tanya Sooyoung masih sibuk mengeringkan rambut pria itu. Sehun hanya mengangguk menjawab pertanyaannya.
"Bagaimana? Apa kau sudah merasa lebih baik?"
Tanya Sooyoung sembari tersenyum. Namun senyumnya perlahan memudar saat ia menyadari kondisi wajah pria itu. Terdapat luka memar di ujung bibirnya dan pelipis mata kirinya.
Gadis itu memandang khawatir kearahnya. Ia berbalik kembali membuka pintu lemari dan membuka kotak P3K.
"Duduklah."
Sooyoung menarik pelan tangan Sehun. Menuntun pria itu dan duduk di sofa.
"Kau harus mengobati lukamu. Sekecil apapun itu."
Ujarnya sembari mengoleskan salep pada luka Sehun. Sementara pria itu? Ia tak bisa mengalihkan pandangannya dari wajah cantik gadis itu. Menyusuri tiap lekuk wajah Sooyoung dengan kedua matanya. Berusaha mencari tau alasan mengapa gadis ini begitu baik padanya. Tidak. Bukan hanya kepadanya. Tapi juga semua orang. Seakan wajah cantiknya tak cukup untuk menggambarkan sosok dihadapannya ini.
"Nah, sudah selesai."
Ucap Sooyoung setelah menempelkan plester di luka Sehun dan kembali tersenyum. Kini pandangan mereka terkunci, memandang satu sama lain cukup lama. Membuat detak jantung Sehun berdegup tidak karuan. Ia bangkit dari duduknya dan melangkah meninggalkan toko bunga itu.
"Tunggu.."
Panggil Sooyoung mengejarnya setelah mengunci toko. Sehun berbalik menatap kearahnya. Gadis itu terdiam cukup lama hingga akhirnya ia kembali melangkahkan kakinya mendekat.
Sooyoung menggerakkan tangannya dan merapikan rambut Sehun yang sedikit berantakan membuat pria itu hanya dapat diam mematung.
"Ada apa denganmu? Bagaimana masa lalumu? Maukah kau berbagi kisahmu denganku.."
Kalimat gadis itu menggantung, ia menatap Sehun dengan tatapan teduhnya dan kembali tersenyum.
"Aku tak akan menanyakan pertanyaan-pertanyaan seperti itu. Jadi kau tidak perlu merasa tidak nyaman berada di sekitarku."
Sehun terdiam mendengar perkataan Sooyoung yang terdengar begitu hangat baginya.
"Tapi jika kau membutuhkan teman, aku siap menjadi temanmu. Dan memelukmu seperti ini."
Sehun terkejut, gadis itu kini melingkarkan kedua lengannya di bahu lebar Sehun. Menepuk-nepuk pelan pundaknya. Memberinya rasa nyaman dan sentuhan yang menyejukkan hatinya.
"Tidak apa-apa jika kau terluka. Tidak apa-apa jika kau bersedih. Itu artinya kau adalah manusia biasa."
Sehun hanya dapat diam mendengar kalimat-kalimat menenangkan yang terucap dari bibir manis gadis itu. Seolah mendapat kekuatan darinya. Ia merasa sebagian bebannya telah terangkat hanya dengan mendengar ucapan dan mendapat pelukan hangat darinya. Sooyoung pun melepas pelukannya dan kembali menatap ke dalam sepasang manik mata milik Sehun.
"Siapa namamu?"
"Oh Sehun.."
Sahut Sehun pelan dengan sedikit ragu.
"Oh Sehun, nama yang bagus. Baiklah Sehun, aku harus kembali sekarang. Kakakku sedang sakit dan dia membutuhkanku. Kau juga segeralah kembali. Cuaca saat ini sedang tidak baik. Sampai jumpa."
Ucap gadis itu dan melambaikan tangannya kemudian berbalik meninggalkan Sehun begitu saja. Gadis itu tak tau, jika perlakuan manisnya selama ini telah menumbuhkan benih benih dihati pria itu yang siap ia panen.
~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Blaming [END]
Fanfiction{FANFICTION} Setiap orang memiliki lukanya masing-masing. Luka yang tak ingin dikenang, namun terlalu pahit untuk dilupakan. Sama sepertimu, aku juga memiliki sosok yang ingin kusalahkan.