●●●
Aurora Ashton di kabarkan memulai bisnis kembali di Indonesia setelah lama memperluas wawasan Ashton-Group di Jepang, korea dan China.
Seperti di ketahui Ashton-Group bergerak di bidang perhotelan dan bisnis perdagangan. Memasuki indonesia menjadikan Aurora Ashton CEO wanita paling sukses--
Aurora mematikan tv, ia bernafas lelah. Beritanya ada dimana mana, seakan publik syok ia memasuki indonesia padahal Aurora hanya pulang, indonesia adalah tanah kelahirannya. "Aber Leander mengucapkan terimakasih karna idemu Leander-Group membuka bisnis baru di bidang Fashion,"
Aurora mengangguk, "Sayang sekali aku enggak bisa ke peresmian itu, Laila." Ujarnya penuh sesal.
"Kamu tidak perlu terlalu murah hati pada mereka, Leander terkenal kejam lebih dari yang kau tau,"
"Aku kenal Arabella Leander, Anya Leander, Alvina Leander, Alea Leander dan Anatasya Leander. Mereka kembar lima yang sangat baik waktu SMA dulu, aku juga kenal Aber Leander, ayah mereka. Sekarang mereka sudah memiliki keluarga," Aurora mengingat ingat kenangan sewaktu sekolah di Gold High School.
"Seseorang mengirim map ini tadi pagi. Awalnya aku ragu tapi mungkin penting. Kau mau membacanya?"
"Semenjak kematian Araline 17 tahun yang lalu aku sering mendapat teror berupa map cokelat seperti ini. Tapi ayo kita lihat, kali ini apa isinya..." Aurora perlahan membuka map cokelat itu dengan tatapan yang sulit di artikan. Jika saja matanya bisa memancarkan api, map itu pasti sudah terbakar habis.
"Foto siapa ini---" ucapannya terpotong, ia menutup mulutnya dan berjalan mundur membiarkan foto itu berserakan di meja.
"Apa mereka mencetak foto foto masa muda mu?"
"Ini bukan foto masa mudaku! Ini tahun 2020."
●●●
Aurora Ashton. Nama itu muncul di ponsel Alres membuatnya melempar ponselnya ke tembok hingga menjadi beberapa bagian berserakan dilantai. Ia duduk di sofa memijit batang hidungnya.
Fakta yang ia dapat hari ini cukup membuatnya pusing.
Alres keluar kamar, ia berjalan ke sepupu sepupunya yang juga sama rapi dengannya. Alres membuka jas nya lalu duduk di samping Atlas. "Gue pinjam hp lo!"
Atlas hanya diam, mulutnya dipenuhi makanan.
Alres mengetik nomor dan menyimpan ponsel itu di telinganya lalu menggeram frustasi saat nomor yang ia tuju sedang tidak aktif.
"Lo selingkuh?" Tanya Atlas mengundang tatapan kedua sepupu lainnya, Alister dan Alrafel.
"Gak mungkin, dia bucin tingkat akut." Alister menggeleng menjawab Atlas. "Serem gak sih kalo lu selingkuh terus Indri datang gorok selingkuhan lu?" Dan Alrafel yang bergedik ngeri.
"Gue serius lo buat bercanda kampret!"
"Yaudah iya sini..." Atlas menepuk sofa di sampingnya kala Alres berdiri.
"Jangan ajak gue ngomong! Punya sepupu enggak guna!" Gerutu Alres lalu duduk di sofa lain.
"Ngambekan banget lo kayak cewek!"
"Lo emang berguna jadi sepupu?" Sahut Alrafel menyimpan ponselnya mulai menatap Alres. "Lo mau gue ngungkit semua kebaikan gue?"
"Emang lo punya kebaikan?" Heran Alrafel.
"Gue enggak pernah lapor kakek kalau Ella pernah tidur dikamar lo, Gue enggak pernah lapor kakek kalau Ella biasa rajin banget datang ke sini, Gue gak per--ummphh.. bangsat!" Ucapan Alres terhenti ketika Alrafel tiba tiba memasukkan tissu ke dalam mulutnya. "Kalau mau cari lawan jangan gue lah, Gue itu kotak pandora!"
"Lo itu Dora!" Sahut Alister.
"Pandora bego!" Tak terima Alres. "Las, serbuk itu dari World Night II..." tiba tiba suasana ruang keluarga kembali serius.
"Anak buah gue gak jual ke sembarang orang."
"Lo bahas serbuk apaan sih?" Tanya Alrafel.
"Semacam candu." Jawab Alres dengan cepat.
"Buset, Gue lapor kakek ya lu, Res!" Ancam Alister.
"World Night II gak jual ke sembarang orang kecuali orang itu udah berlangganan. Lagian ngapain lu cari tau soal serbuk bening? Lu makai?" Tanya Atlas
"Bisa enggak lu gak curigaan sama gue?" Balas Alres, tatapan matanya berubah tajam.
"Lu punya masalah apa lagi emangnya? Masalah lo satu satunya cuma misahin Indri dari Leon--"
"Semakin gue mau misahin, Gue semakin masuk di hidupnya. Hidup indri--- segelap malam." Kata Alres lalu memejamkan matanya dan menghembuskan nafas kasar, "Semakin gue masuk, semakin banyak misteri yang gak bisa dibiarin." Lanjutnya.
"Gak usah masuk terlalu dalam ke masalah orang," sahut Alrafel.
"Cewek gue dijadiin alat-- dan gue harus diam?"
"Mata lu mau gue colok?! Punya mata kok nyebelin, heran." Alrafel berdiri sambil bermain ponsel. Lalu langkahnya berhenti, ia membalikkan badan dan menatap Alres yang juga menatapnya.
"Hp lu mana res?"
"Gue hancurin." Jawabnya cepat.
"Lu udah lihat ini?" Alrafel kembali duduk di sofa memperlihatkan layar ponselnya.
Pewaris Hill-group dan Gher-group akan melangsungkan pertunangan tanggal 28 mendatang di hotel Hillion.
"Ini tangga berapa?" Tanya Atlas yang juga melihat layar.
"26." Jawab Alrafel.
Alister menepuk punggung Alres lalu mengatakan, "Butuh bantuan?"
"Kalo gue butuh bantuan, kalian harus siap."
●●●
VOTE DAN COMMENT!
KAMU SEDANG MEMBACA
ALRES
Teen FictionAerindri, titik fokus Alres. Semuanya berjalan baik baik saja, hingga hubungan kedua remaja SMA itu mencapai tingkat kesulitan. Disaat Aerindri Hill dijadikan alat untuk mempertahankan perusahaan ayah angkatnya. Satu persatu konspirasi para pebisnis...