28. Pantai II

98 11 5
                                    


Follow sebelum membaca!


▪▪▪

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

▪▪▪

     "Darimana, Ri?" Tanya Leon yang berdiri tepat di depan kamar hotel Aerindri.

     "Bukannya anak cowo di larang ke lantai ini, ya?" Heran Aerindri.

     "Bisa kalo gue. Darimana?"

     "Cium-ciuman sama Alres." Frontal Aerindri membuat Leon berdiri tegak menatapnya. "Kenapa kaget gitu?"

     "Cium ciuman?"

     "Canda yaelah!"

     Leon tersenyum simpul, "Ada party di pantai, Zidan yang adain mau nembak Rara. Mau lihat?"

     "Zidan emang beda ya? datang ke Lombok cuma pengen tembak tembakan." Aerindri menggeleng pelan pelan. "Gue masuk dulu ganti baju."

     "Mau gue temenin?"

     "Mau gue hajar sekalian?" Tanya balik Aerindri. "Enggak, kan?"

     Leon hanya mendengus lalu kembali bersandar di tembok.

     Di dalam Aerindri mencari ponselnya, lalu menelfon seseorang. "Halo?"

     "You okay?"

     Indri tersenyum sebentar mendengar suara Bundanya, Bunda Kila. "Im okay. Rindu, Nda..."

     Walaupun terkadang Bunda Kila itu seperti ombak menghantamnya, Dia tetap menyayanginya. Bunda adalah bundanya, yang membesarkan dan yang merawatnya sampai sekarang.

     "Baru pergi bentar udah rindu, terlalu senang sama Leon atau sama Alres disana?"

     Tuh kan.

     "Udah dulu ya Nda, bay."

     Aerindri menutup telfon lalu bergegas mengganti bajunya.

     Dia bergegas keluar, Aerindri masih ingat Leon menunggunya.

     Jika saja ini bukan acara Rara, sahabatnya yang selalu sabar menghadapinya, Aerindri bakal tidur saja.

     Ini bakal menarik, Aerindri mau tahu bagaimana Zidan anak Zedez kalo nembak cewek.

     Temanya Outdoor of course, dengan api unggun berada di tengah, lampu lampu setengah redup bergelantungan di beberapa kayu yang diberdirikan.

ALRESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang