20. ADAM

128 16 2
                                    

FOLLOW SEBELUM MEMBACA!

•••

Jika kalian mengira Alres tidak takut pada siapapun, kalian salah! Alres takut pada orang yang berdiri tepat di depannya sekarang. Menghalanginya di gerbang sekolah.

Adam, ayahnya.

Adam berdiri dengan baju kemeja putih yang di gulung sampai siku, kedua kancing atasnya di buka. Tangannya terlipat di dada, badannya bersandar di pintu mobil, matanya yang tajam menangkap ketakutan di wajah putra tunggalnya.

Bertemu dengan ayahnya adalah mimpi buruk Alres. Ia pernah mengatur janji untuk bertemu tapi ia mengurungkan niat untuk datang. Mereka hanya berbincang melalui telfon selama beberapa detik saja.

Pertanyaan yang ayahnya tanyakan adalah hal yang paling Alres hindari. Sungguh beda dari pertanyaan ayah ke anak pada umumnya. Dan masalahnya adalah... Adam begitu mengenalnya, ketika dia berbohong Adam akan mengetahuinya secepat kilat melalui matanya. Dan ketika dia jujur... rasanya lebih baik berbohong saja, Alres tidak tahu apa yang akan dia dapat setelah dia jujur. Tidak ada yang terbayangkan di otaknya selain hal hal yang mengerikan, tinggal bersama contohnya.

"Mengatur janji lalu membatalkannya karna takut..." Adam melangkah mendekat Alres, "Bukanlah putra Adam, Alres Leander!" Tambahnya.

Alres cengegesan, "Ayah baik baik aja, kan? Wah berapa lama kita gak ketemu, Yah? Setahun mungkin--"

"Itu karna kau selalu menghindar!" Potong Adam membuat nyali Alres menciut untuk membuka mulut lagi. "Masuk mobil, ayah ingin bicara."

"Hari ini Alres mau nganterin Aquenna--"

"Aquenna?" Potong Adam. "Sejak kapan kau peduli dengannya?"

See? Walaupun Alres tidak besar bersama ayah dan Mama, tapi ayahnya begitu mengenalnya.

Alres menghembuskan nafas kasar, "Kita mau kemana, Yah?"

"Hanya makan, ayah lapar."

Alres tidak masalah dengan makan, Alres takut pembicaraan saat makannya.

"Yah, kita ajak Mama. Alres juga udah lama gak ketemu Mama," ajak Alres ketika Adam sudah duduk di sampingnya, mengemudikan mobil menuju ke suatu tempat.

"Mengherankan sekali, Mama mu juga mengatakan hal yang sama dengan sorot mata yang sama, dan getaran suara yang sama."

Alres meneguk savilanya.

"Seumur hidup ayah, permintaan Mama mu adalah perintah. Dan perintah harus di jalankan."

Alres menghela nafas pelan, hatinya bersyukur Mamanya akan ikut makan bersamanya. Selama ada Anya, Alres akan baik baik saja.

Alres menatap ke samping, memperhatikan ayahnya yang menyetir mobil. Ayahnya, Adam bukanlah anak dari keluarga kaya raya, dia hanyalah ketua preman berparas tampan bertemu dengan Mama, Anya Leander. Layaknya rakyat jelata bertemu dengan tuan putri kerajaan.

Kakeknya bilang, dulu ia tidak menyetujui hubungan Anya dan Adam karna Adam tidak memiliki apapun untuk menjamin masa depan putrinya.

Adam hanya memiliki tekad dan Keberanian. Tekad kuat untuk sukses dan Keberanian melawan badai. Ayahnya Adam melakukan semuanya untuk berada di puncak dibantu temannya.

Adam melakukan semuanya hanya untuk membuktikan bahwa, "Yang bisa berhasil belum tentu mereka yang berasal dari keluarga kaya raya, yang bisa membahagiakan belum tentu dari keluarga kaya raya juga."

Dengan lantang Adam mengatakan pada Aber di ruangan rapatnya, "Dia yang bisa menjamin masa depan adalah orang yang memiliki tekad dan keberanian, yang dimatanya tidak tercetak rasa takut untuk maju, kakinya tidak lelah untuk bangkit, otaknya tidak berhenti berpikir rencana kedepan, hatinya kuat di hantam ombak kehidupan-- semua kualitas itu tidak selamanya berada di anak orang kaya. Karna aku Adam yang tidur di gubuk mempunyai tekad itu."

ALRESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang