11. Kamu

214 30 8
                                    

●●●

"My Princess..."

Alres berhenti memainkan gitarnya membuat langkah indri juga ikut terhenti. Gadis itu tersenyum ke arah Alres seakan mengatakan alasan Alres berhenti. "Gue rindu, Ri. Lo enggak?"

"Ayok nikah."

"Hm?" Alres heran.

"Biar tinggal serumah, biar lo gak rindu lagi." Kata gadis itu dengan enteng. "Kenapa? Ga mau nikah?"

"Ngebet banget pengen nikah" cibir Alres.

"Gue?" Indri menunjuk dirinya dan Alres mengangguk. "Emang lo ga mau?"

"Belajar aja lo ga bener gimana mau nikah.."

"Tapi gue udah cinta sama lo." Benar, Indri dulu menerima Alres bukan karna cinta, cuma karna capek dan risih Alres maksa mulu.

Cerita sedikit, Saat itu ada banyak orang yang berjuang dapatin Indri, tapi Indri cuma ingat dua orang doang. Satunya Azra, tangan kanan kelompok jalanan bernama Grex dan satunya lagi adalah Alres-- ketua Zedez.

Kalau dilihat lihat dari penampilan keduanya, Azra dan Alres tentu saja tempan dan tajir. Ibu Azra pemilik Gold-Group, ayahnya pemilik Vorte-group dan Alres sendiri adalah cucu kesayangan Aber Leander, pemilik Leander-group, anak tunggal dari Adam Siregar pemilik mall yang berdiri tegak. Sudah jelas keduanya lulus seleksi 'bisa menjamin selama tujuh turunan'.

Tapi Indri bertanya, kekayaan sebenarnya untuk apa? Hatinya begitu mahal hanya untuk di ukur dengan kekayaan dan wajah. Keduanya bisa musnah kapan saja.

Lalu Indri melihat keduanya dari sudut yang lain, sifat. Azra itu dingin, sangat dingin malah. Azra kejam terlebih dia anggota Grex, punya tatto di pergelangan tangannya, ucapannya selalu pedas membuat lawan seketika diam. Indri tentu saja menaruh poin lebih terhadap pemuda itu because Azra jadi sosok yang berubah 180 derajat jika berada di depannya. Tidak ada Azra yang kejam, hanya ada Azra yang begitu jatuh cinta padanya.

Dan Alres, si juara matematika jurusan Ips. Kesayangan para guru, kewajiban sekolah selalu ia penuhi. Somvlak dan tukang paksa. Jujur Indri begitu risih, berapa kali Indri menampar pria itu agar menjauh namun hasilnya nihil, Alres malah makin dekat.

Berbeda dengan Azra yang hanya fokus dengan Indri saja, Alres berbeda menambah poin lebih untuk Indri. Alres tahu semua tentang Indri, tentang anak yang dipungut di tong sampah dan tentang keluarganya yang berantakan. Yang membuat indri salut adalah-- Alres tetap berjuang setelah tahu latar belakangnya.

Indri ga bisa mengatakan Azra ga nerima dia apa adanya. Karna Azra sampai sekarang tidak pernah tahu latar belakangnya.

Hingga suatu malam, untuk ke sepuluh kalinya Alres mengungkapkan perasaannya dan mengajak pacaran, akhirnya Indri menerima. Capek juga menolak terus.

Saat itu Alres mengatakan, "Udah diterima. Alhamdulillah."

"Kok Alhamdulillah?" Indri mengerjit.

"Syukur sama allah, perjuangan gue ga sia sia buat lo jatuh cinta." Jawab Alres dengan senyumnya.

"Cinta?"

"Emang lo enggak Cinta? Jadi lo nerima gue karna apa?" Tanya Alres-- dengan sabar.

"Ya karna gue pengen."

Astagfirullah.

Indri mendekat lalu membungkuk bertumpu pada kedua lututnya, tangannya berada dilutut Alres. Ia mendongak dan Alres menyimpan gitarnya dilantai, lalu menatap mata indah itu. "Azra pernah bilang sama gue, ketika lo cinta sama seseorang lo bisa lakuin apapun untuk dia termasuk mati. Saat itu gue diam, dari matanya gue bisa tau dia sayang banget sama gue, sayang sih malam itu dia ga ngajak gue pacaran,"

"Lo terima kalo dia ngajak?"

"Yaiyalah. Malam itu dia pulang dan lo datang, lo langsung ngajak ngajak. Capek, jadi gue terima aja."

"Udah jelas,"

"Eh?"

"Lo setiap hari mau putus." Kata Alres. "Makanya jand ngeselin!" Bantah Indri.

"Jadi sekarang lo udah cinta sama gue? Gila, pacaran tapi ga cinta.."

Indri mengangguk mantap, "Udah, kok."

"Dari kapan?"

"Satu bulan kita pacaran," jawab Indri

"Udah lama. Ga ada yang bisa nolak pesona Alres Leander emang," Alres sombong mode on.

Narsis bat bosskuu

"Lo tau apa artinya cinta? Presiden kedua aja lo suka lupa siapa."

Indri diam sebentar, "Kamu." Jawabnya. "Gue ga bisa definisikan pakai kata kata panjang lebar, soalnya menurut gue emang cinta itu ga bisa di definisikan. Salah bilang, salah arti. Jadi gue persingkat, kamu aja."

"So, gue definisi singkat tentang cinta menurut Aerindri Hill?"

Bawel banget kan?

Lagi lagi Aerindri mengangguk mantap. Alres terkekeh pelan, "Jadi pengen nikah?"

"Lo mau?" Tanya balik gadis itu.

"Setelah gue sukses." Jawab Alres, ia gemas sendiri jika seperti ini.

"Kapan suksesnya?"

"Mau banget, ya?" Goda Alres.

Indri mengangguk cepat dan Alres mengacak rambutnya. Indri punya sifat dan tingkah yang tidak banyak orang tahu, dan alhamdulillah--- Alres tahu.

"Kalo anak SMA Golden tau seorang Aerindri Hill bisa cute gini--"

Indri sontak berdiri mengatur rambutnya, memasang ekspresi dingin kembali.

"Lo ga pantas dingin dingin, ri."

"Siapa bilang?"

"Gue, budeg ya lu?"

Aerindri memutar bola matanya, "Mau dingin kek mau cute kek-- Aerindri Hill tetap isdebess.."

"Ini nih bikin gue muak, pede bener.."

"Percuma cantik kalo ga pede!"

Alres membuang nafas kasar, "Ayo gue antar lo pulang." Alres berdiri membuat sebuah benda tipis itu jatuh.

"Eh blackcard lo jatuh!" Tegur Indri.

"Sengaja, mau pamer." Ucapnya kembali memungut kartu itu dengan senyumnya.

●●●

VOTE DAN COMMENT!

ALRESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang