●●●Alres berjalan mendekat ke gadisnya ketika peluit istirahat disumpritkan.
Alres menatap Indri yang menatapnya tajam. "Sayang..."
"Bisa enggak sih lu jalannya santai aja? Enggak usah pakai sisir rambut ke belakang, Enggak usah pakai mendongak ke langit, enggak usah menyerigai sok kecakepan!" Gerutu gadis itu.
Indri menatap Alres dengan tajam, "Apa? Mau marah marah?" Herdik Indri memutar matanya malas.
Alres menggeleng, "Kalau diantara kita ada yang marah, salah satunya harus ngalah biar enggak bentrok. Sekarang gue ngelakuin itu walaupun--"
"Walaupun gue yang salah?" Potong Indri cepat.
"Gue selalu ngajarin untuk intropeksi diri, Ri."
Indri menghembuskan nafasnya kasar, "Maaf." Ucap gadis itu lirih.
Alres berjalan mendekat semakin dekat, memegang kedua bahu Indri sembari tersenyum. "Res, banyak orang..." risih Indri menatap sekitar.
"Semangatin, yang,"
Indri mendengus, "Dih, semangat..."
"Gitu doang?"
"Mau yang kayak gimana emang?"
Alres menunjuk pipinya membuat Indri mengerjit heran. Alis Alres naik turun menggoda. "Lo mau gur tampol, ha?"
"Cium, dong,"
Indri tersentak kaget, ia menatap ke kanan dan ke kiri lalu berdiri memukul lengan Alres. "Lo ih, nanti orang bilang apa kalau denger!"
"Mereka mau bilang apa?"
"Bego!" Kesal gadis itu. "Enggak mau, banyak orang!"
"Buruan, Ri. Gue mau ke lapangan,"
Indri membuang nafasnya kasar. Mencium Alres sekarang akan menimbulkan banyak sekali berita, kejadian ini akan masuk lambe turah dan akan otomatis ayahnya tahu. Kalian tau jika ayahnya tau gimana, Indri akan disiksa mati matian. "Enggak mau?" Tanya Alres seakan mengerti.
Indri mengangguk ragu.
"Masih marah, ya?" Tanya Alres dan Indri diam tidak menjawab. "Yaudah enggak apa apa. Tos dulu dong.."
Indri tersenyum lalu ber-tos ria dengan Alres. Sebelum Alres menjauh, Indri memanggilnya, "Alres!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALRES
Teen FictionAerindri, titik fokus Alres. Semuanya berjalan baik baik saja, hingga hubungan kedua remaja SMA itu mencapai tingkat kesulitan. Disaat Aerindri Hill dijadikan alat untuk mempertahankan perusahaan ayah angkatnya. Satu persatu konspirasi para pebisnis...