Follow sebelum membaca!
▪▪▪
Alres kembali meneguk minumannya yang belum habis. Memang benar Alres tidak suka Azra jadi bagian diantara mereka. Benar juga Alres merasa kalah dalam bersaing saat menyaksikan Aerindri menangis di koridor membahas masalalunya.
"Kamu tuh gak kalah, Res. Aku kan milik kamu sekarang,"
Suara itu membuat bibir Alres kembali tersenyum. Aerindri berjalan ke arahnya, masih menggunakan jaketnya.
Seperti biasa, Aerindri selalu mengetahui apa yang dia rasakan.
"Jangan dekat-dekat! Aku ga suka kamu bau minuman!" Aerindri mendorong Alres kala pemuda itu ingin memeluknya. "Bau ah, gak suka!"
Alres membuang botol minumannya di pasir. Bentar malam yang menikmati pesta akan beramai ramai memungut sampah.
"Kenapa minum sih? Kamu gak takut apa aku marah?"
"Terkadang gue suka kalau lo marah," Gumam Alres.
Aerindri melepas jaket Alres yang melekat di tubuhnya lalu berjalan mendekati Alres, memasang jaket itu di badan pemiliknya. "Banyak angin, kalau kamu sakit siapa yang jadi babu aku?"
"Ri..."
Kini Alres mengunci pergerakan Aerindri dengan melingkarkan tangannya di pinggang. Aerindri refleks menyimpan kedua tangannya di dada Alres, siap mendorong jika Alres macem-macem. "Jangan ngomong, aku ga suka bau mulut---"
"Haaa!"
"ALRESSSSS!" Kesal gadis itu membuat tawa Alres lepas begitu saja. "Mulai hari ini kita tukeran hp,"
"Kok gitu? Gamau ah!" Tolak Aerindri.
"Gue biasanya mau aja kalau lo nyita hp gue. Kenapa giliran gue mau lo nolak?"
"Ya karna aku gak macem-macem,"
"Jadi gue macem-macem?" Tanya Alres tidak percaya.
"Lepasin dulu baru ngomong!"
"Gue janji gak bakal minum lagi,"
Aerindri mengerjit heran, "Kok tiba-tiba?"
"Asalkan lo juga nurut,"
"Aku ga suka kalau kamu posesif kayak gini cuma karna Azra balik!" Tegur Aerindri.
"Gue juga gak suka kalau lo kayak gini! Gue cuma mau tukeran hp, susah buat lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALRES
Teen FictionAerindri, titik fokus Alres. Semuanya berjalan baik baik saja, hingga hubungan kedua remaja SMA itu mencapai tingkat kesulitan. Disaat Aerindri Hill dijadikan alat untuk mempertahankan perusahaan ayah angkatnya. Satu persatu konspirasi para pebisnis...