24. Sebuah fakta

153 18 5
                                    

•••

"Gue jatuh cinta sama cewek yang gak seharusnya gue cinta, Las."

Atlas memegang bahu temannya, tangan kanan Grex yang sudah lama pergi. "Ra..."

"Gue gak butuh simpati!" Tekan pemuda itu sontak membuat Atlas menjauhkan tangannya.

Atlas bergerak ke samping temannya yang menatap lurus ke depan, tatapan kosong. "Dua tahun berlalu, dan gue masih diam di tempat dengan perasaan yang sama..."

Pemuda itu Azrangga Vorte.

Azra, namanya saja bisa mengguncang SMA Golden dan sekitarnya karna kekejamannya, Azra tak memiliki hati kepada adik kelas, tatapannya tajam seperti elang yang menatap mangsanya. Azra adalah King semena semana dari SMA Golden. Walaupun Atlas ketua Grex, tapi nama Azra lebih menakutkan di dengar orang orang sekitar.

Iya, sejahat itu Azrangga Vorte.

Azra menatap ke samping, matanya bertemu dengan manik beby blue Atlas. "Setiap keputusan lo selalu gue dukung, perintah lo selalu gue jalankan, tapi kali ini... gue gak bisa."

"Mentang mentang sekolah milik nyokap, lu jadi seenaknya ngilang dan gak masuk." Atlas berdecak.

Memang benar kata Atlas, Azra adalah anak Sofia Ananta Gold, pemilik tunggal Golden-Group termasuk SMA Golden. Dia juga putra dari Nathan Vorte, pemilik Vorte-Group.

"Move on, Ra."

Azra diam, Move on tidak segampang yang orang katakan.

"Ini perintah dari gue, terserah lo."

Azra membuang wajahnya tidak ingin menatap ketuanya sekarang, Atlas.

Atlas sendiri paham apa yang Azra rasakan sekarang. Sebuah kegagalan mendapatkan apa yang kita cintai, Atlas paham sakitnya bagaimana. Perasaan yang awalnya indah tumbuh di hati membuat Azra menjadi pribadi yang lebih hangat.

Jatuh cinta pada gadis untuk pertama kalinya, rasanya begitu manis. Namun sebuah kenyataan menghantamnya keras, kenyataan itu memutar balikkan Azra kembali menjadi pribadi yang lebih kejam dari sebelumnya, lebih tertutup, bahkan pergi bagai ditelan bumi.

Kegagalan.

Apa yang lebih menyakitkan dari kegagalan? Kegagalan bisa membuat manusia menjadi lebih kuat, tapi rasa sakitnya tentu saja ada. Rasa sakit itulah yang mengubur Azra.

"Minggu lalu Cassa bertengkar sama dia," Ucap Atlas membuka obrolan setelah lama hening. "Gue bilang, hidupnya udah amburadul lebih baik gak usah cari masalah sama gue,"

Azra masih bergeming di tempatnya, menatap hamparan pantai yang luas.

"Tanpa sengaja gue tabur garam diatas luka dia, Ra." Atlas menunduk menyesal. "Tanpa tau apa yang sebenarnya terjadi, mulut gue udah kasar."

Azra tidak heran, apapun yang menyangkut Cassa-- Atlas sensitif. "Kita udah sepakat, Las."

Azra memasuki jurang kegelapan untuk melindungi Cassaluna Hilton dari mantan teman ayahnya, tapi Atlas tidak melakukan kesepakatan yang mereka buat. "Gue ngelakuin semua tugas yang lo kasi menyangkut Cassaluna, sebagai gantinya gue cuma mau lo jaga dia disamping Alres."

ALRESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang