8. Aku cemburu, Ri

226 45 5
                                    

●●●

"Gue yang mau pake kok lo yang milih?" Keluh Indri setelah beberapa kali mencoba gaun dan tidak ada yang cocok dimata lelaki itu, Leonardo Gher.

"Lo mau black dress? Acaranya malam!"

"Mau malam kek mau siang kek, Gue mau black dress, masalah?"

Leon menghembuskan nafas lelah, "Lo berkabung?"

"Semenjak gue lahir gue udah berkabung." Balas Indri lalu menunjuk sebuah dress hitam. "Gue mau itu. Kita udah disini dari jam 10 sekarang udah jam 3 cuma milih dress pertunangan belom juga nikahan."

"Lo lapar? Mau makan?" Akhirnya Leon menyerah.

"Pakai nanya lagi, peka dikit napa lu!"

Leon mendengus lalu bergerak mendekat Indri dan mencium gadis itu sebelum bergerak keluar butik. Hari ini Leon sudah tiga kali menciumnya, ditangan saat coba cincin, di pipi saat memasuki butik. Indri tentu saja risih dan bertanya alasannya dan Leon menjawab, biar mereka gak curiga ini semua karna paksaan. Tapi ciuman barusan--- entah alasannya apa.

Loen datang dengan pelayan butik dan tentu saja makanan. Setiap melihat makanan entah senyum Indri selalu mengembang, seberat apapun situasi dan masalah--- makanan adalah obatnya.

"Ini makanan yang lo suka waktu pertama kali kita dinner." Leon membuka penutup makanan setelah pelayan keluar dan ia duduk di depan Indri. "Serius?"

Leon mengangguk. Seketika hening, Hanya suara sendok dan piring indri memenuhi ruangan. Mata Leon tidak bisa lepas dengan gadis di depannya. Mata biru Indri begitu indah di pandang, entah sejak kapan Leon menyadari bahwa mata Indri adalah candu untuknya. "Gue cantik banget yah?"

Leon mengangguk. "Tapi jelek kalo makan,"

"Lo sadar gak sih lo itu nyebelin?"

"Sengaja, yang manis manis udah kadaluarsa." Balasnya.

Indri diam tidak membalas lagi, Gebukin gak ya?

"Gue haus.."

Leon memindahkan minuman dari meja pengantar ke depan Indri. "Alres tau lo jalan sama gue hari ini?"

"Dia bakal tau sendiri tanpa perlu gue kasih tau." Jawabnya lalu lanjut makan.

"Gue gak bakal lepasin lo Ri, pertunangan ini gak bisa di batalin. Jadi jangan berharap banyak,"

"Berharap banyak?"

"Jangan berharap lo bisa sama Alres, daripada terlambat mendingan lo akhiri hubungan itu. Hubungan lo sama Alres gak ada happy endingnya karna lo milik gue sekarang." Tutur Leon, matanya memancarkan keseriusan membuat Indri muak dan tidak membalas.

Leon akhirnya mengantar Indri pulang. Di depan rumah sebelum Indri turun dari mobil Leon menahan tangannya menarik Indri agar mendekat dan--

Cup

Mencium pipi Indri singkat. "Lo mati kalau cium gue lagi!" Indri menatap tajam dan turun dari mobil dan Leon pergi menjauh.

Jika besok Indri ketemu Leon, Indri pastikan Leon akan bonyok, sekarang Indri enggak bisa-- ia sungguh lelah.

"Jalan jalannya seru?"

Aerindri tersentak kaget mendengar suara itu, ia kembali memutar badannya. "Gue kan minta lo datangnya sore--" mood nya seperti terisi penuh.

"Lo bagi waktu lo untuk Leon?" Sejenak Alres memejamkan matanya, berusaha memadamkan api cemburu dalam dirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo bagi waktu lo untuk Leon?" Sejenak Alres memejamkan matanya, berusaha memadamkan api cemburu dalam dirinya. "Aku cemburu, Ri. Aku cemburu kamu jalan sama dia di saat aku enggak tau." Lirih Alres, matanya memancarkan kesedihan yang bisa Aerindri rasakan.

Aku kamu ada--- di saat Alres putus asa.

"Ayo putus."

Alres diam tidak bergeming. Kenapa kata putus begitu gampang keluar dari mulut Indri?

"Gue cuma masalah di hidup lo, terperangkap sama gue--- bikin hidup lo menderita, perasaan lo bakal bunuh lo perlahan liat gue sama Leon, jadi ayok putus. Lo belajar tanpa gue dan gue juga belajar tanpa lo,"

Alres lagi lagi tidak bergeming. Air mata Indri jatuh begitu saja membuat hatinya menangis, membuat Alres kembali menolak takdir yang tuhan berikan. Gadis di depannya ini mengajarkan banyak hal di hidupnya. Tentang menjadi kuat di saat semesta bahkan tidak mendukung dan mendesaknya untuk lemah, Indri mengajarkannya tentang susahnya kehidupan di saat orang lain memanfaatkannya.

But she only human, bahwa sekuat kuatnya kita--- air mata pasti akan jatuh pada waktunya. Di saat kuat menjadi lemah, di saat semesta semakin mendesak untuk jatuh, di saat kita--- tidak bisa menyelesaikan semuanya, tidak bisa keluar dari masalah.

Jadi sampai sini kalian mengerti kenapa Alres begitu menyayangi sosok di depannya? "Gue nyerah, Res..."

"Tapi gue enggak. Sekarang mau gue peluk atau asing seminggu?"

Indri diam sebentar, ia menunduk. "Mau putus." Ucapnya menatap mata Alres kembali.

"Jangan. Gak boleh."

"Why?"

"Karna gue udah jatuh terlalu dalam. Gue gak bakal bisa sayang sama cewek lain seperti gue sayang sama lo. Kalau lo tanya kenapa--- karna gue sayang sama lo, itu singkatnya."

"Untuk kali ini--- gue mau putus dan lo harus terima!"

"Gak ada yang bisa maksa gue!" Geram Alres, sungguh lelah mempertahankan hubungan sepihak.

Indri diam sejenak lalu menggeleng kepala, "Kita putus." Ucapnya lalu bergerak menjauh.

Lagi lagi Alres ditinggal sendiri depan gerbang, dengan perasaan yang berkecamuk tidak terima.

●●●

VOTE DAN COMMENT!

ALRESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang