FOLLOW SEBELUM MEMBACA!
•••
"Gue ikut ke lombok, Yang." Kata Indri memasukkan sebuah barang ke troli besi yang Alres dorong.
"Gue gak ikut," ucap Alres.
"Berarti gue sama Leon--"
"Gue lupa, gue juga ikut." Potong Alres cepat. Dia kembali mendorong troli barang belanjaannya ketika Indri melangkah maju.
Indri balik ke Alres saat ide muncul di otaknya, "Sayang..."
Alres mengangkat satu alisnya. "Apa sayang sayang?"
"Boleh naik ke trolinya, gak?" Izin Indri poppy eyes.
"Hm?" Heran Alres.
"Biar kayak pacaran jaman now gitu," rayu gadis itu dengan kedipan mata mautnya.
"Enggak, lu bukan bocah lagi!" Tolak Alres.
Indri bernafas kasar, "Lu susah ya di ajak romantis!"
"Itu bukan romantis, Ri! Itu nyiksa, nyiksa!"
"Lo aja yang gak mau!" Decak kesal gadis itu.
"Lah, emang.."
"Buruan jalan!"
"Eh lu kalo ngambek--"
Indri sontak balik kembali mengaitkan tangannya di lengan Alres. "Enggak ngambek, Yang. Kamu negatif mulu sama aku!" Kesalnya menepuk pelan tangan Alres.
"Gue tadi mau bilang kalo ngambek makin cantik." alibi Alres.
"Gue mau apapun tetap cantik, boker sekalipun tetap cantik."
"Jorok lu, Ri!" Alres bergelidik.
"Terus kenapa lo mau?" Indri kembali memasukkan beberapa cemilan di troli. "Gak bisa jawab kan lu, cemen!"
Masih Alres pantau nanti langsung di sleding.
Langkah Indri berhenti di box es cream. "Surga dunia, bahagia indri sederhana, enggak rumit..." Ucap Indri lalu balik menatap Alres, "Cukup belikan es cream, Yang." Lanjutnya dan Alres hanya memutar bola matanya dengan malas.
"Mau lo tatap berapa lama tuh es cream?" Hardik Alres membuyarkan lamunan Indri.
"Ini gue milih!" Alibi gadis itu.
"Beli semua, jangan kek orang susah," Alres sombong mode on membuat Indri menoleh, "Boleh?"
"Bayar sendiri!"
Plak, Alres di geplak.
"Gue hantam lo lama lama, ngeselin mulu kerjaan lo!"
"Beli satu tapi yang jumbo, buruan." Ucap Alres malaikat mode on.
Indri yang tadi layaknya harimau siap memangsa Alres kini tersenyum lucu layaknya Masha pada beruangnya. "Beneran, Yang?"
"Makan berdua tapi,"
Senyum Indri luntur, "Dasar lu kanibal, gak bisa banget liat gue bahagia!" Geram gadis itu tak tertahankan lagi.
"Gue di ciptakan sama tuhan buat lo menderita,"
Indri menoleh dengan tatapan matanya yang tajamnya, "Apa lo bilang?"
"Anonimnya, Yang."
Indri menutar matanya malas. Mereka sampai pada tahap membayar belanjaan. "Kayaknya.... nih mall punya dendam terkesumat sama gue," Guman Indri menyipitkan matanya curiga.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALRES
Teen FictionAerindri, titik fokus Alres. Semuanya berjalan baik baik saja, hingga hubungan kedua remaja SMA itu mencapai tingkat kesulitan. Disaat Aerindri Hill dijadikan alat untuk mempertahankan perusahaan ayah angkatnya. Satu persatu konspirasi para pebisnis...