10. Princess

213 36 11
                                    

●●●

Indri memandang pantulan dirinya melalui cermin besar. Gaun berwarna hitam mewakili perasaannya, suram.

 Gaun berwarna hitam mewakili perasaannya, suram

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"The beauty with black dress."

Bisikan layaknya bisikan setan itu membuat Indri membuka matanya dan terkejut melihat Leon. "Jangan nangis, lo udah cantik."

"Gue enggak nangis." Bantah Indri, memang benar ia tidak menangis.

"Acaranya udah mulai, saatnya princess keluar."

Aerindri menggeleng ketika memasuki Aula, ini belum juga nikahan baru tukaran cincin dan pestanya udah kayak gini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aerindri menggeleng ketika memasuki Aula, ini belum juga nikahan baru tukaran cincin dan pestanya udah kayak gini. Habis habisin duit.

"Yang datang semuanya pebisnis, wajar kalau pestanya meriah." Seakan Leon bisa membaca isi hati Indri.

Indri selalu bermimpi untuk mengadakan pesta seperti ini, tapi bersama Alres bukan Leon. Bertunangan dengan perasaan yang tak bisa di ungkapkan saking bahagianya, bukan seperti ini, perasaan berkecamuk ingin lari dan tidak terima. Perasaan itu membuat matanya berkaca kaca sekarang.

Ini benar benar mimpi buruk, ini bukan sebagian dari rencananya, ia ingin Alres yang memasang cincin dengan satu berlian di tengahnya bukan Leon. Mulutnya mengatakan ingin menerima semua takdir yang tuhan berikan, Mulutnya bilang akan selalu menuruti perintah ayahnya karna lelah menolak tapi hatinya dan pikirannya sungguh bertolak belakang, ia ingin Alres, ia ingin berjuang sampai kapanpun tidak berhanti tapi keadaan--- memaksanya.

Tepuk tangan meriah menyadarkan Indri, Leon menghapus air mata di pipinya. Media dan orang lain akan mengira ini adalah air mata kebahagiaan tapi ketahuilah-- ini adalah air mata paling menyakitkan.

"Sorry, Ri..." bisik Leon di telinga Indri, seakan Leon juga merasa sangat bersalah. Indri hanya tersenyum, tidak ingin terjerumus dalam tipu daya cowok macam Leon.

Munafik!

●●●

Alres menatap langit malam dengan gitar di tangannya, tentu saja di balkon. Rumah Leander terlalu besar menurutnya. Enggak guna juga kalau isinya jarang dirumah.

ALRESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang