Wait, what?

1.3K 187 8
                                    

"Yoongi-ya, kutinggal sebentar ke dalam." Seokjin mengelap tangan, memandang puas pesanan yang baru dibuat.

"Ini untuknya?"

"Ya."

Yoongi mengangguk. Ada pelanggan yang keluar kedai, mereka mengucapkan terima kasih bersamaan.

"Apa pun tawarannya, terima saja. Jarang ada yang mengajukan kerja sama dengan keuntungan besar tanpa syarat berat pada kita." Yoongi menekan mesin pembuat kopi, Seokjin mendengkus.

"Oh, kau pun mendukungnya?"

"Tentu saja. Karena ada keuntungan besar di balik usaha yang kurang mulus. Setidaknya, dia punya kesempatan mendekatimu sementara kita mengeruk pundi lebih banyak."

Seokjin mengernyit. "Jadi maksudmu aku harus memanfaatkan perasaannya begitu? Kau jahat."

Yoongi terkekeh. "Benarkah? Aku hanya melihat sisi lain. Tidak perlu pakai alasan pribadi dalam dunia bisnis. Toh, kau menolak. Jadi, gunakan kesempatan 'teman' itu dengan baik sekarang." Yoonji menghampiri meja saji. Gadis yang tak ada beda dengan kakaknya itu diberi lirikan tajam, ingin tahu yang dua lelaki itu perbincangkan.

Yoongi menyodorkan pesanan ke adiknya, mengesuh pergi sementara Seokjin yang bergeming, diingatkan segera menghampiri tamu itu. Bagaimana pun juga, Seokjin adalah pemilik kedai yang harusnya menjamu dengan baik. Profesionalitas.

Sebenarnya, kalimat Yoongi tadi terdengar masuk akal juga, pikir Seokjin.

"Terima kasih," ucap Namjoon, menatap puas menu di depan mata, "ini pun cantik, kak," pujinya sembari mata mengikuti gerak Seokjin yang duduk di hadapan. Mereka ada di kantor kecil kedai, berhubung tadi Namjoon meminta dengan serius agar berdua saja.

Seokjin menunggu Namjoon menyeruput puas, jemari terlipat di meja. Penampilan tamunya sederhana kali ini, tapi tetap menawan. Seokjin tidak memungkiri.

"Apa yang ingin kau katakan?"

Namjoon mengecap bibir, meletakkan gelasnya. "Ada restoran kecil di Seoul."

Seokjin bersedekap. Namjoon menginginkan Seokjin sebagai baristanya. Menawarkan semua keuntungan kerjasama, termasuk negosiasi persen penghasilan yang adil.

Namun, Seokjin tersentil saat nama Soobin disebut.

"Penghasilanku cukup walau tidak besar, dan ketahuilah, aku takkan pernah mau meninggalkan anakku," ucap Seokjin.

Namjoon membeku di tempatnya.

:)

Twitterpated | NJ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang