Mid day.

1K 166 7
                                    

Seokjin tersenyum melihat bekal buatan Soobin. Harusnya ia yang menyiapkan, tapi malah sebaliknya. Seokjin kecolongan bangun pagi. Ia begadang memikirkan segala kemungkinan yang bisa terjadi dengan menyetujui kerjasama. Hati kecilnya menolak dekat-dekat lagi dengan masa lalu, tapi semua pendukung tersayang malah meminta dirinya maju.

"Silahkan datang lagi."

Seokjin berpaling. Kaca pintu kantornya cermin satu arah. Bisa dilihat dari dalam, sosok jangkung dengan apron hijau pastel tengah sigap membereskan, lalu pergi ke belakang meja saji. Tangan yang pamer lengan bagus itu, bergerak lincah menyiapkan pesanan selanjutnya. Padahal, baru dua jam Seokjin menemani kerja sekalian memberitahu cara penanganan.

Aku suka kopi dan kebetulan punya alat yang sama. Syukurlah tidak sampai merusak barang, kak. Aku tak mau dipecat di hari pertama.

Seokjin menggulum dinding pipi. Namjoon dengan segala kejutannya, menjejali kepala sampai Seokjin bingung sendiri. Satu jam terakhir mengamati, ternyata ada banyak mimik yang tak disadari.

Wajah tampan bersuara matang itu, bisa jadi imut. Entah saat menakar ukuran bubuk kopi, menyusun potongan kue ke piring, atau bahkan ketika membersihkan busa susu yang melenceng. Sepasang mata tajam itu akan membulat seperti balita dan hidung bangirnya ... tampak harus dicolek gemas.

Denting lonceng menyadarkan Seokjin. Ia menggeleng keras, menyadarkan diri, lalu menatap kembali kotak bekal terbuka. Sebentar lagi makan siang. Pengecekan stok sudah selesai. Namjoon masih berkutat di meja saji.

Seokjin teringat antusiasme Soobin yang tahu kalau Namjoon bekerja di kedainya.

Berbagilah walaupun sedikit. Semangat, kak!

Seokjin itu sayang adiknya. Bukan karena takut Namjoon pingsan karena tidak punya bekal atau apa.

Namjoon akhirnya berpaling. Senyumnya melengkung bahagia mendapati Seokjin menyapa seraya berdeham menyodorkan kotak makan.

"Dari Soobin. Untukmu."

Namjoon mengerjap. "Kak—"

"Aku sudah," potongnya, mengisyaratkan agar Namjoon pergi ke kantornya. "Sana. Biar aku yang jaga."

Namjoon menggeleng. "Habiskan bersama, ya? Lebih efisien waktu, kak," tawarnya, tersenyum cerah.

Sial. Seokjin benci lesung pipi. Kecuali punya Soobinnya.

:)

Twitterpated | NJ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang