Arkan pulang sore karena dia sudah tidak ada jadwal apapun lagi. Dia segera menuju ke parkiran dan menaiki ninja merahnya. Saat melewati jalan raya dia melihat seorang gadis cantik yang sepertinya masih SMA. Yang menarik perhatian Arkan karena gadis itu sedang membantu seorang nenek menyebrang jalan.
Arkan terpana akan wajah cantiknya dan perilaku mulianya itu. Jarang seorang gadis cantik rela berpanasan membantu nenek menyebrang jalan. Arkan merasakan perasaan yang aneh, jantungnya kembali berdegub cepat. Arkan memberhentikan motornya dan memegang dadanya yang bergemuruh hebat.
Dia ingat kalau dulu jantungnya juga pernah seperti ini saat bersama mantan kekasihnya. Dan itu artinya dia kembali merasakan jatuh cinta lagi. Arkan pastikan gadis itu akan menjadi miliknya. Dia mengenali seragam SMA itu, SMA yang berada tak jauh dari sma nya dulu. Arkan akan mengawasi terus gadis itu.
Arkan sampai mengikuti diam-diam setiap langkah gadis itu. Sampai dia dirumahnya baru Arkan pergi dengan perasaan puas dan senang. Arkan rasa dia akan menemukan kebahagiaannya dari gadis itu. Arkan kembali melajukan motor ninjanya menuju tempat latihan beladiri, sudah setahun dia ikut silat untuk menjaga diri.
Sesampainya disana dia mulai mengganti pakaiannya dengan pakaian silat dan mulai bergabung dengan yang lain untuk memulai latihan. Sampai Arkan harus bertanding dengan guru silatnya sendiri yang bernama Lucky.
Arkan memang cepat tanggap dalam gerakan silatnya sehingga dia sudah hampir menyamai pelatihnya. Tak jarang dia ikut pertandingan silat yang mengharumkan nama tiga harimau. Tapi Arkan tidak mau diekspos oleh wartawan yang ingin membuat namanya terkenal. Ingat, Arkan tidak suka perhatian publik.
"Mas bangga sama kamu Arkan, kamu sangat cepat menguasai ilmu yang kami ajarkan hingga ilmu kamu hampir menyamai mas. Kamu juga membawa kebanggaan bagi tiga harimau ini karena selalu menang lomba. Tapi kenapa kamu nggak mau diliput kamera?" tanya Lucky saat tengah istirahat.
Memang Arkan bukanlah orang yang mudah bercerita bagian masa lalu dirinya. Dia tidak mudah percaya pada seseorang yang baru dikenalnya. Tapi kalau dengan Lucky adalah orang yang dia percaya, mungkin dia bisa bercerita apapun dengan Lucky.
"Cerita aja sama mas kalau kamu punya masalah Ar! Mas akan bantu kalau mas bisa!"
"Arkan cuma nggak mau kaya abang mas. Dengan ketenarannya malah membawa petaka dan berakhir dengan banyak musuh yang ingin menyingkirkan kita. Arkan ingin seperti ini mas, hidup tenang dan mencari kebahagiaan Arkan yang sesungguhnya."
"Gak nyangka ya dibalik penampilanmu itu kamu seorang yang rapuh dan butuh seseorang yang buat kamu nyaman. Mas tebak dulu kamu anak yang baik, kenapa kamu berubah Ar?"
"Arkan cuma mau jaga diri mas, Arkan gak mau dibodohi lagi. Arkan berubah karena itu pilihan Arkan, dengan gini kelihatan orang yang tulus dan gak menilai seseorang dari penampilan itu siapa. Arkan mau cari kebahagiaan Arkan."
Lucky menepuk punggung Arkan bangga. Baginya keputusan Arkan sangat tepat, dan Arkan telah dianggap menjadi adiknya sendiri. Arkan menjadi seseorang yang dewasa dan baik walau berpenampilan kurang baik.
"Ya kamu berhak bahagia Ar, kamu sudah mas anggap seperti adik mas sendiri," ucap Lucky dengan memeluk tubuh Arkan.
Arkan membalas pelukannya dan mengucapkan banyak terima kasih. Namun ada yang ganjal di pikiran Lucky tentang luka di dahi Arkan, ingin bertanya tapi takut menyinggung akhirnya pertanyaan itu terpendam begitu saja.
"Oh iya, kamu mau kemana habis ini? Langsung pulang atau ketemu anak panti?" tanya Lucky.
Memang soal itu Arkan telah cerita kepada Lucky. Dan Arkan jadi teringat kalau dia belum bayar uang kuliah semester ini, padahal seharusnya dia membayar tepat waktu. Dan Arkan juga belum mempunyai uangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKAN (Terbit)
Teen FictionTidak diperdulikan, sudah biasa Tidak punya teman, sudah biasa Dipandang buruk, sudah biasa Kesepian dan kesendirian yang selalu menemaninya Ini kisah Arkan dimana dia pernah memilih untuk mati karena hidupnya sudah tidak diharapkan, namun dia masih...