Bel istirahat baru saja terdengar di seluruh penjuru SMA Angkasa. Pelajaran yang baru saja berakhir di kelas Vania membuat perut mereka keroncongan. Pelajaran menghitung dengan soal mencapai 20 itu membuat mereka frustasi. Tak terkecuali Vania, Aira, Audi dan Nilam yang segera mungkin keluar kelas menuju kantin.
Di tengah perjalanan, mereka ketemu Ivan, masih ingat? Dia sahabat Vania dan Aira dari kecil, rumah Ivan pun hanya berjarak beberapa rumah dari Vania.
Sedangkan Nilam dan Audi baru mengenal Vania, Aira dan Ivan ketika masa MOS di SMA saat itu. Tapi akhir-akhir ini Ivan jarang bermain dengan Vania entah karena apa. Sepertinya dia sibuk akhir-akhir ini bersama temannya.
"Van, gue bareng lo ya ke kantin?" ucap Ivan sambil menghadang langkah Vania dan teman-temannya.
"Kamu mau fans ciwi-ciwi kamu nglabrak aku lagi van? Lagian teman-teman kamu kemana emang?" jawab Vania.
Memang Ivan, Juan, Rino dan Andi adalah most wanted SMA Angkasa. Selain wajah mereka yang tampan dan berotak jenius, mereka terkenal karena mengharumkan nama baik sekolah. Dengan ekstrakurikuler basket yang menjadikan Ivan sebagai ketuanya membuat mereka banyak dikerubungi fans wanita yang menurut Vania sangat alay.
"Yaelah van, lo tinggal bilang sama gue siapa yang berani nglabrak lo. Ntar gue beresin, lagian tuh tiga curut ninggalin gue pas lagi enak-enaknya tidur!" sungut Ivan kesal.
"Lagian heran aku, kok bisa ya kamu pinter padahal kan kerjaannya tidur mulu di kelas?" heran Aira.
"Bisa dong! Eh please ya van gue bareng kalian, berasa jomblo akut gue kalau jalan sendiri!"
"Lah emang jomblo kan?" ledek Vania.
Nilam ikut menyahut, "lagian ambil salah satu fans kamu terus jadiin pacar gitu aja kok susah!"
"Udah kan? Kapan ke kantinnya kalau ribut terus. Ayo van lo jalan di depan!" ajak Vania.
⏰⏰⏰
Satu kantong kresek hitam membuktikan bahwa Arkan baru saja berbelanja dari supermarket. Bukan apa, memang gilirannya mengisi persediaan makanan dan minuman di basecamp. Sekalian juga membeli beberapa kebutuhannya.
Sang surya belum naik sepenuhnya, tapi sinarnya sangat menghangatkan tubuh. Masih pukul 9 pagi, orang-orang belum ramai berdatangan. Dengan santai, Arkan berjalan menuju parkiran dan segera memakai helm. Tapi pemandangan di pinggir jalan yang tak jauh darinya membuat niat Arkan terhenti.
Segera mungkin Arkan turun dan menghampiri dua orang yang sedang tarik-menarik itu. Arkan menendang salah satunya hingga tersungkur, sedang wanita di belakangnya segera menyingkir sambil memeluk tasnya. Arkan heran masih pagi ada saja orang yang berbuat kejahatan.
"Heh bocah! Jangan ikut campur lo!" Sang pelaku menunjuk ke arah Arkan dengan tatapan tidak suka.
"Maaf bang, sebaiknya abang cari pekerjaan yang halal. Bagaimanapun uang haram sangat merugikan bagi abang sekeluarga!" Bukannya sok menasehati, Arkan hanya mengingatkan.
"Jangan sok nasehatin lo! Masih bau kencur juga. Apa bedanya dengan lo sama-sama preman kan? Tenang aja ntar gue bagi dua, gimana?" Tawaran yang cukup menarik hingga membuat Arkan jengah dan ingin segera menghabisinya.
"Jangan menilai dari luar bang! Gak sudi gue makan uang haram! Sadar bang, lo masih bisa cari kerjaan lain!" geram Arkan.
"Alah banyak bacot Lo!"
Lalu terjadilah perkelahian di jalan pagi itu. Mereka sama-sama kuat, sayangnya fisik Arkan tak sekuat dulu tapi dia berusaha mengimbangi. Karena merasa tersudutkan preman itu mengeluarkan pisau lipat dari saku celananya. Arkan mulai hati-hati dan selalu menghindar dari pisau itu.
Sreek.....
Sayangnya preman itu berhasil melukai lengan kirinya hingga merobek jaket hitam kesayangannya. Arkan mulai emosi dan kalap memukul preman itu sampai pingsan. Darah tak henti mengalir dari lengannya yang sudah menembus jaketnya. Bahkan dengan kondisi seperti itu Arkan tidak merasa sakit hanya sesekali meringis jika terkena angin.
"Makasih ya mas!"
Deg.
Suara itu Arkan sangat mengenalnya, bahkan tanpa berbalik pun dia tahu siapa orangnya. Memang tadi dia belum sempat lihat muka wanita itu. Hanya mematung yang bisa Arkan lakukan, dia juga mengabaikan lukanya yang terus mengalirkan darah.
⏰⏰⏰
"Eh van, kamu yakin si Ivan gak suka sama kamu? Atau jangan-jangan kamu yang suka Ivan ya?" celetuk Nilam.
Uhuk...uhuk...
Pertanyaan Nilam membuatnya tersedak saat minum es teh. Memang Ivan telah bergabung bersama temannya di meja yang lumayan jauh dari meja Vania.
"Kenapa nanya gitu lam? Aku sama Ivan dan Aira kan udah sahabatan dari kecil."
"Lagian Vania kan udah punya kak Arkan lam. Eh kamu sama Audi baru jadian kan? Traktir lah!" goda Aira yang berhasil membuat kedua temannya malu.
Seketika mata Vania membulat dan berbinar mendengarnya. "Wah yang benar ra? Traktir dong lam, di, biar langgeng kalian!"
"Ya udah biar kita yang bayar!" jawab Audi pasrah.
"Tapi aku perhatiin ya van, Ivan kayaknya lebih suka deket sama kamu ketimbang aku? Dia lebih deket aja sama kamu. Aku jadi percaya kalau cewek dan cowok sahabatan pasti salah satunya ada yang menyimpan menyimpan rasa. Pasti Ivan tuh, kamu kan udah sama kak Arkan. Lagian ya Ivan gak pernah kelihatan tuh deket sama cewek." jelas Aira panjang lebar.
Vania merenung, memang tidak ada salahnya ucapan Aira barusan. Dan semua ucapan Aira tentang Ivan segalanya benar. Tapi Vania tidak ingin menyimpulkan dulu tanpa tahu kebenarannya. Nanti sepulang sekolah dia akan menemui Ivan di belakang sekolah tempat tongkrongan Ivan dan temannya.
Tanpa menjawab, Vania dan yang lain melanjutkan aksi makan mereka yang tertunda. Hal itu membuat Aira kesal karena di cuekin ketiga sahabatnya.
⏰⏰⏰
Jujur Arkan malas harus bertemu kembali dengan masa lalunya. Tapi Arkan harus menghadapinya dan menunjukkan kalau dia sudah move on dan bisa lebih baik dari pada dulu.
"Mas sekali lagi makasih ya udah nyelamatin—tunggu....wajahnya kok gak asing ya, kayak pernah kenal?" ucapnya melemah di akhir kalimat.
"Lain kali hati-hati?" ujar Arkan ingin segera berlalu pergi.
"ARKAN!! ARKAN TUNGGU!!" teriak gadis itu.
Dia Naya mantan Arkan, nama lengkapnya Kanaya Maisya Sanjaya dia tak menyangka bisa bertemu Arkan lagi setelah beberapa bulan lalu waktu di kampus.
Semenjak kejadian waktu itu, Naya tidak berani bertemu Arkan. Karena Arkan mengancamnya, sejujurnya Naya takut dengan Arkan yang sekarang lebih berani juga sedikit kasar.
"Apa lagi?" tanya Arkan dengan wajah datarnya.
"Makasih udah nolongin gue, ya ampun!! itu lengan lo luka Ar!!" pekik Naya panik melihat luka Arkan.
"Ini? Gak sebanding dengan sakit hati gue dulu karena ditinggalin ketika susah! Juga diselingkuhin sama lo. Assalamualaikum!" Arkan sengaja menyindir mantannya dengan keras agar tau diri.
"Tapi Arkan gue bisa jelasin! Kasih gue waktu dulu buat cerita ar!"
Teriakan Naya tidak digubris oleh Arkan yang sudah melewatinya. Tujuannya kali ini adalah apotek, dia ingin membeli kapas, perban dan obat untuk tangannya.
⏰⏰⏰
Untuk cast pemerannya sesuai imajinasi kalian aja ya
Aku nggak mau kalau cast nya gak sesuai yang kalian bayangin
Vote nya dung 🥺
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKAN (Terbit)
Teen FictionTidak diperdulikan, sudah biasa Tidak punya teman, sudah biasa Dipandang buruk, sudah biasa Kesepian dan kesendirian yang selalu menemaninya Ini kisah Arkan dimana dia pernah memilih untuk mati karena hidupnya sudah tidak diharapkan, namun dia masih...