Dor!!
Suara pistol itu terdengar diseluruh penjuru ruangan itu.
"Ar...kan," panggil Lucky lirih.
"Mas...lucky."
Seketika kedua orang tersebut sudah hilang kesadarannya. Tiga pria yang berada di ruangan itu seketika tertawa keras, seakan tidak merasa bersalah.
"Hahahahha.... jadi ini yang namanya juara beladiri tingkat nasional?. Cuma segini kemampuannya?"
"Iya zev, mereka drama banget ya? Yang satu lemah karena dikeroyok dan yang satunya ketembak."
"Mau diapain mereka bang?"
"Tinggalin aja mereka biar mati membusuk disini." ucap lelaki yang bernama Zevon itu kejam.
Lalu tak lama terdengar suara sirine polisi, mereka kalang kabut berlarian ketakutan. Ya tak bisa dipungkiri mereka takut atau malas berurusan dengan polisi. Tiga pria itu segera menuju gedung bagian belakang dan menaiki kendaraan masing-masing lalu melaju pergi dengan kecepatan tinggi.
Vania segera keluar dari balik pintu setelah membunyikan suara sirine polisi dari ponselnya.Dia berlari menghampiri Arkan dan Lucky yang tak sadarkan diri.
"Kak Arkan!! Ya allah kak bangun kak!"
Lalu Vania menghubungi ambulans untuk membawa Arkan dan Lucky ke rumah sakit terdekat. Dia menunggu di depan gedung dan berharap agar mobil ambulance segera tiba.
Lima belas menit kemudian dua mobil ambulance berdatangan, Vania segera menghampiri petugas agar membantu mengangkat tubuh Arkan kedalam mobil.
"Pak, itu ada dua orang di dalam tolongin ya pak!"
"Iya mbak, mbak bisa ikut salah satu mobil kami."
"Iya pak."
Bohong kalau Vania tidak khawatir, selama dia mengenal Arkan dia sosok pribadi yang kuat dan tegar dalam masalah yang dihadapinya. Vania tidak bisa membayangkan kalau dirinya hanya menjadi beban buat Arkan. Dia lah penyebab Arkan dan temannya terluka, karena Vania lemah dan tak bisa sekuat Arkan.
Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, Vania terus menggenggam tangan Arkan dan tak pernah melepasnya. Bahkan dia tidak perduli kalau dia dilihat terus sama petugas ambulan yang duduk di depannya. Entah sejak kapan dia mulai menyayangi dan mencintai pria penyelamatnya.
"Kak bangun kak....maafin aku pasti kakak begini karena aku kan? Masa super hero nya Vania gak bangun." Vania terus berceloteh di dalam mobil ambulans itu.
"Pak, udah nyampe belum ya kok lama banget. Kasihan kak Arkan!"
"Udah mbak, maaf saya harus segera membawa mas ini untuk di periksa."
Vania hanya mengangguk lalu ikut turun dan ikut mendorong brankar Arkan. Dibelakangnya perawat dan petugas juga mendorong brankar Lucky.
⏰⏰⏰
Tiga puluh menit kemudian....
Kedua dokter keluar dari ruangan berbeda, ruangan Arkan dan Lucky bersebelahan. Vania langsung berdiri dan menanyakan keadaan keduanya.
"Keluarga pasien!"
"Saya temannya dok, gimana keadaan kak Arkan?" tanya Vania kepada dokter yang keluar dari ruangan Arkan.
"Kondisinya sekarang sudah stabil, tapi masih belum sadar dan saya harus melakukan pemeriksaan lanjut untuk memastikan ada penyakit yang serius atau tidak."
"Kalau teman saya yang satunya?"
"Peluru dipunggungya sudah saya keluarkan, tidak ada hal yang serius. Tapi saya sarankan jangan banyak bergerak dulu untuk sementara menunggu proses pemulihan."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKAN (Terbit)
Roman pour AdolescentsTidak diperdulikan, sudah biasa Tidak punya teman, sudah biasa Dipandang buruk, sudah biasa Kesepian dan kesendirian yang selalu menemaninya Ini kisah Arkan dimana dia pernah memilih untuk mati karena hidupnya sudah tidak diharapkan, namun dia masih...