Seseorang datang dan langsung duduk tanpa mengucapkan salam sama sekali, dia adalah Edo.
"Waalaikumsalam!" sindir Lucky kepada sahabatnya yang lupa mengucap salam.
Seketika Edo menyengir dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Ehehe assalamualaikum!"
"Gimana perkembangannya?" tanya Lucky.
"Ya gue masih berusaha dapetin info si bos mereka ki. Lo kira gampang!" sungut Edo sedikit kesal.
Edo duduk disebelah Lucky, pagi ini dia datang agak terlambat ke bengkel. Yang untungnya tidak dimarahi si bos karena belum berangkat. Mereka sedang mengambil alat untuk membetulkan mesin mobil yang rusak.
"Gak biasanya detektif seprofesional lo jadi lambat banget mengungkap kasus!" cibir Lucky
"Ya lo gak tahu aja si ki, mereka itu sulit banget di lacak. Bahkan gue belum tahu tempat pasti bos mereka berada." Edo tidak tersinggung kok, sungguh. Dia hanya ingin menendang Lucky saja karena menganggap gampang mencari lokasi pasti mereka.
"Tapi dari foto yang lo kirim ke gue, kenapa salah satu mukanya gak asing ya. Kayak pernah lihat dimana gitu?" ungkap Lucky yang sedikit merasa janggal karena salah satu wajah mereka ada yang familiar.
"Masa sih ki? Terus lo belum kasih tahu ke si Arkan?" tanya Edo.
"Belum lah sebelum semuanya terungkap!" jawab Lucky dengan cepat.
"Serah lo deh ki, gue mau ganti baju dulu!"
Edo berlalu untuk mengganti bajunya dengan seragam bengkel, karena dia yang datang paling akhir dari yang lain.
⏰⏰⏰
Ruangan serba putih dan bau khasnya sangat Aira ketahui. Dia sangat benci segala hal tentang rumah sakit, karena itu akan mengingatkannya tentang kedua orang tuanya yang meninggal di rumah sakit. Karena sebuah kecelakaan beberapa tahun yang lalu menyebabkan Aira harus tinggal sendiri menjadi yatim piatu.
Anggap saja Aira trauma akan rumah sakit.
Dirasakan tangannya sangat berat, saat dilihat ternyata ada Zelo yang sepertinya ketiduran menungguinya. Tunggu, kenapa bisa ada Zelo disini. Aira jadi teringat kejadian malam tadi saat dia kena pukul karena menyelamatkan Zelo.
"Jeje bangun je." Aira bahkan mengusap rambut Zelo mencoba membangunkan Zelo.
"Enghh...eh Lo udah sadar ra. Lo mau apa ra, mau minum, makan atau masih pusing?" tanya Zelo beruntun.
"Em...minum je," jujur Aira menjadi gugup saat Zelo menjadi perhatian padanya.
"Nih, gue bantu duduk ya?"
Aira hanya mengangguk lalu mengambil minum dari tangan Zelo yang langsung habis diminumnya.
"Ara gak papa kan? Lagian kenapa sih kok jadi lo yang kena pukul?"
"Ya gue gak sengaja lewat je, gue refleks nglakuin itu. Eh ini udah pagi ya? Kok lama banget gue pingsannya?"
"Ya iyalah orang badan lo panas banget tadi. Gue yang jaga lo disini karena gue utang budi sama lo!"
"Gue juga khawatir sama lo ara!" Batinnya.
"Ya udah lah je, kalau mau pulang ya gak papa. Lagian gue udah sadar kan, berapa administrasinya biar gue ganti!" ucapnya sambil melepas paksa infus di tangannya yang membuat Zelo terkejut.
"Eh lo kenapa sih ra ngeyel banget, baru aja sadar udah main copot infus segala lagi. Sini gue obatin dulu!" Zelo mengambil kapas kemudian menempelkan plester di tangan Aira.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKAN (Terbit)
Teen FictionTidak diperdulikan, sudah biasa Tidak punya teman, sudah biasa Dipandang buruk, sudah biasa Kesepian dan kesendirian yang selalu menemaninya Ini kisah Arkan dimana dia pernah memilih untuk mati karena hidupnya sudah tidak diharapkan, namun dia masih...