A~23

432 27 0
                                    

Satu bulan telah berlalu, Arkan jadi mengerti akan sifat khawatir yang Lucky dan Edo berikan. Sejak kejadian dia kecelakaan dan dibawa ke rumah sakit, Lucky selalu mengawasinya diam-diam. Identitas pelaku sudah terungkap, siapa namanya dan dimana mereka tinggal. Tapi Edo masih mencari bos dari pelaku.

Mereka semua makin sibuk akhir-akhir ini. Arkan yang sudah mulai ke kampus lagi, kerja, kumpul sama the GB dan teman Vania, patroli, dan latihan silat. Begitu juga the GB yang sibuk ngampus, kerja dan kumpul-kumpul. Arkan hanya bisa menemui Vania ketika pagi dan malam.

Apartemen sudah Arkan sewa selama sebulan ini, dia mencari yang dekat dengan kampus. Dan tempatnya tidak terlalu mewah yang penting ada kamar, dapur dan kamar mandi. Tentang penyakit leukemianya seakan semakin parah saja menurut Arkan. Dia sering pusing, demam dan mimisan, itu karena kadang Arkan lalai minum obat saking sibuknya.

Tidak ada yang tahu alamat apartemennya, the GB pun tidak ia kasih tahu. Bukan apa, dia tidak suka jika privasinya diganggu. Karena disana terdapat berbagai obatnya yang jarang dia minum karena lupa. Juga terdapat beberapa dokumen penting tentang penyakitnya.

"Gue masih gak nyangka ternyata udah dari kecil gue pernah mengidap penyakit ini. Dan kenapa semua orang merahasiakan ini, bibi juga menyembunyikan ini dari gue. Apa mereka tahu penyakit gue? Ah mana perduli mereka sama gue!"

Yang dimaksud mereka adalah Timo dan Lidya. Arkan bahkan bingung, memang dia salah apa sampai tidak pernah diperdulikan dari kecil sampai sebesar ini. Yang ada hanya marah-marah tanpa sebab.

Dari pada Arkan pusing mikirin mereka, Arkan bergegas mandi dan berganti pakaian. Di pagi yang cerah ini Arkan ingin jogging sekalian menyehatkan kembali fisiknya yang akhir-akhir ini sering lemah.

Dia memakai celana training hitam bergaris merah, kaos putih polos dan tak lupa topi hitamnya. Dia juga memakai earphone yang disambungkan di ponselnya, tak lupa handuk kecil. Dengan sepatu merahnya Arkan melangkah keluar apartemen menuju taman terdekat.

Tiba-tiba saja Arkan teringat dengan Vania, dia ingin mengajak Vania ikut jogging ke taman dekat rumahnya. Walau letaknya agak jauh dari apartemen Arkan, setidaknya sudah terhitung sebagai olahraga.

20 menit Arkan sampai di rumah sederhana milik Vania dengan berlari kecil. Dia mengetuk pintu dan tak lama keluar Sinta yang sedang memakai celemek. Kelihatan sekali kalau Sinta sedang memasak.

"Assalamualaikum bu!"

"Eh nak Arkan waalaikumsalam. Ayo masuk dulu!"

Arkan masuk dan setelah disuruh duduk baru Arkan duduk. Dia juga menyampaikan maksud kedatangan nya ingin menemui vania.

"Tunggu sebentar ya nak, ibu panggilkan Vania dulu!"

"Iya bu!"

Tak lama Vania turun dengan memakai pakaian santai. Dengan celana panjang dan kaos biru muda, kemudian dia turun sambil menguncir kuda rambutnya. Hal itu tidak pernah lepas dari pandangan Arkan, Arkan sangat suka jika melihat pacarnya sedang menguncir rambutnya.

"Maaf kak nunggu lama. Mau jogging ya?"

"Gapapa van, iya nih mau ngajak kamu bareng!"

"Eh mau jogging ya?, van kamu ajak Arkan sarapan dulu bareng kita. Biar semangat jogging nya ya?" Sinta datang dengan membawa teh manis.

"Ga usah bu takut ngerepotin!"

"Enggak nak. Udah ayo van Arkan kita sarapan bareng!"

Dengan segala perasaan campur aduk dan canggung, Arkan menurut saja dan duduk berhadapan dengan Vania di meja makan. Setelah itu mereka makan dalam diam dan lanjut untuk jogging.

ARKAN (Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang