A~3

1.1K 65 24
                                    

Hari berubah gelap saat Arkan dibawa ke tempat asing, tempat seperti warung bekas namun rapi dan bersih yang ternyata adalah base camp Fandi dan temannya. Arkan dapat merasakan kehangatan persahabatan yang belum sempat dia rasakan, melihat Fero dan Mike dari tadi sibuk bercanda dan ribut karena hal sepele.

Dilubuk hatinya dia juga ingin merasakan seperti mereka, walau sebenarnya adanya lucky baginya saja sudah cukup. Tapi lucky hanya bisa ditemui di tempat latihan dan juga memiliki kesibukan lain, gimanapun Arkan ingin memiliki teman yang sebaya dengannya.

"Bikin minum sono upil!" suruh Mike.

"Lo aja kribo! Siapa lo nyuruh nyuruh gue!"

Sedangkan Arkan menahan tawanya saat Fero dan Mike saling dorong dorongan kedapur hingga keduanya jatuh kepleset karena lantai licin.

Gedebuk!!

Suara lantai beradu dengan dua orang berbadan lumayan kekar itu terdengar seperti buah kelapa yang jatuh menimpa genteng, ngilu-ngilu sedap. Mike yang badannya ketimpa Fero terlihat amat sangat tersiksa dengan tangan yang dihentakkan ke lantai lagaknya seperti pemain MMA, sedangkan Fero malah nyengir keenakan.

"Anjir!! Minggir lo upil! Lo kira badan lo seringan kapas hah? Auto remuk dah tulang gue. Belum juga ketemu tulang rusuk malah otw jadi tukang belulang gak mau gue, kan gak lucu!" Mike segera mendorong tubuh Fero dan dirinya bisa bernafas lega.

"Gak papa lah sekali-kali lo nyenengin temen dapet pahala ya gak Fan?" Fero dengan merasa tidak bersalahnya sudah melenggang pergi ke dapur.

"Ketawa aja kali Ar, nggak ada yang larang kok," ujar Fandi sambil menyenggol bahu Arkan.

"Ekhem!" Bukannya tertawa, Arkan malah berdehem keras.

Sudah 30 menit kiranya mereka duduk di lantai dengan tv yang menyala ditemani secangkir kopi susu hangat di tangan masing-masing,juga beberapa bungkus makanan ringan yang harganya dua ribuan itu lho.

Jangan heran, hemat itu pangkal kaya, penting juga itu kata mike. Arkan sedari tadi diam menikmati suasana ini, Fandi ikut menonton bersama Fero dan mike yang berebut kuaci.

"Fan, sekarang marak banget loh begal sama tawuran gitu!" ucap mike yang sudah tidak bertengkar lagi dengan Fero.

"Dimana?" tanya Fandi.

"sepanjang jalan...kenangan...eh sepanjang jalan yang sepi maksud gue."

"Iya fan apalagi maling tambah banyak fan," tambah Fero.

Arkan hanya menjadi pendengar saja lalu suara berisik seperti orang yang jatuh terdengar dari arah pintu. Mereka semua segera berlari kearah pintu, Arkan juga ikut penasaran segera menyusul.

Dilihatnya zelo dan tara yang jatuh tersungkur di lantai. Mereka pulang dengan wajah yang babak belur, tapi sepertinya mereka sudah biasa karena tidak merasa kesakitan.

"Kenapa lagi? Mabok apa ikut tawuran?" tanya Fandi dengan nada mengejek.

Bukannya menjawab, zelo malah berdiri dan melemparkan sesuatu kepada Arkan. Arkan yang mengerti langsung menangkapnya ternyata itu kunci motornya.

"Ya kali gue anak baik-baik mabok fan," ucap Zelo.

"Heh kemarin lalu siapa yang teler di club hah!! Pake gaya gayaan lu telor!" Balas fero tak santai, memang sesekali mereka melepas penat di tempat haram itu walau hanya minum asal tidak main cewek.

"Zelo bang Fero bukan telor. Tadi ada begal tau makanya kita lontongin ya gak tar?"

"Tolongin bego! Iya fan tadi ada begal badanya gede-gede. Kita mah bisa ngalahin tapi gak jamin muka gak bonyok." Tara dengan senang hati menoyor kepala Zelo, yang menurutnya sangat toyorable itu.

ARKAN (Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang