A~26

438 25 0
                                    

Setelah selesai dari kantin, Vania beserta ketiga temannya langsung menuju kelas. Tak lupa janji traktiran Nilam dan Audi yang melepas status jomblonya. Vania ikut senang mendengar nya, tinggal menunggu Aira yang sepertinya akan susah untuk jatuh cinta.

Kepergian Vania dan teman-temannya membuat perhatian Ivan teralihkan. Laki-laki itu terus menatap punggung sahabatnya yang juga merupakan cinta pertamanya. Walau Ivan sudah pernah mendengar kabar kalau sahabatnya itu telah mempunyai pacar tapi dia tidak percaya kalau belum melihatnya sendiri. Bahkan ketiga temannya hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kisah friendzone Ivan dan Vania.

"Mau sampai kapan lo pandangan terus gak ada tindakan? Vania juga gak bakalan nyadar kali van. Orang polos gitu mana peka dia?" celetuk Juan.

Bukannya tersinggung atas ucapan Juan, Ivan malah membenarkannya dalam hati. "Iya van nunggu kapan lagi lo, udah 6 tahun van lo suka sama dia. Lo mau dia diambil orang lain? Vania itu cantik van, gue pun mau!" sahut Rino.

"Apa lo bilang!" ucap Ivan tak santai.

"Wes santai bro, kalaupun lo ngomong sekarang tapi udah telat van. Dia udah punya pacar, gue sering lihat dia dianter kadang juga di jemput," jelas Rino.

Tercengang, "yang bener no? Anak mana dia?" tanya Ivan.

"Gak tahu gue kayak anak kuliahan tapi. Ganteng coy keren lagi gayanya!" jawab Rino.

Ivan segera pergi karena merasa panas dengan pembahasan mereka yang tidak ingin di dengarnya. Dia pergi dengan perasaan kesal karena mengetahui kalau Vania telah mempunyai kekasih. Dan teman-temannya tanpa kata langsung mengejarnya.

⏰⏰⏰

"Assalamualaikum!" Arkan membuka pintu basecamp tanpa kesusahan dengan tangan yang diperban.

"Waalaikumsalam!" Mereka mengalihkan aktivitas sejenak dan melihat Arkan yang masuk dengan sekontong kresek sedang.

Tapi bukan itu perhatian utama mereka, tapi pakaian Arkan yang nampak lusuh. Penampilan acak-acakan dengan keringat yang masih kentara. Juga bercak darah di lengan jaketnya.

"Lo gapapa ar?" tanya Fandi yang langsung gercep jika menyangkut Arkan.

"Gue emang kenapa van? Oh ini gue bawain makanan buat persediaan disini!" Jawabnya mengalihkan pembicaraan.

"Bukan itu yang kita maksud ar, lo habis berantem sama siapa sampai berdarah gitu?" Tanya Zelo.

"Lagian dalam rangka apa lo belanja makanan buat disini? Biasanya juga si Fandi es, dia kan tajir! Lo gak perlu repot-repot es!" Timpal Mike sambil mengambil paksa kresek itu dari Arkan.

"Gue berantem sama preman yang ingin nyopet tadi. Sialnya gue kena pisau di lengan dan lebih sialnya lagi gue ketemu mantan!" Curhatnya yang langsung di hadiahi gelak tawa dari semuanya. Padahal perasaan gak ada yang lucu.

"Gak lucu ya!" sentak Arkan kesal.

"Sial banget lo ar, eh tangan lo gimana?" tanya Fandi kemudian.

"Udah gue obatin tadi, nih udah gue perban!" Arkan melepas pelan jaketnya dan menunjukkan kepada teman-temannya.

"Sakit itu pasti!"

"Ya iyalah bego!"

Kalian pasti bisa menebak siapa mereka, kalau bulan Fero dan Mike siapa lagi yang ributin hal sepele.

"Tapi darahnya banyak ar, lo harus rajin ganti perban!" saran Tara.

"Kalau itu pasti tar, tapi jangan kira gue masih suka sama mantan ya?" ucap Arkan.

ARKAN (Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang