A~9

617 46 14
                                    

Semilir angin malam menerpa, ditemani sinar bulan yang terang juga beberapa bintang di langit juga deruan suara kendaraan menyapa telinga. Pukul 8 malam Arkan masih dalam perjalanan menuju basecamp.

Berbekal insting dan firasat seperti ada yang mengikuti motornya, dibuktikan dengan penglihatan tajam Arkan yang melihat dari kaca spion ada sebuah motor ninja hitam. Sayangnya Arkan tidak bisa melihat jelas wajah orang itu karena dia memakai helm hitam, Arkan juga tidak melihat jelas plat nomor motor itu.

Arkan bukan orang bodoh, dia sangat cerdik. Tujuan untuk ke basecamp sengaja dialihkan ke Club agar orang itu tidak bisa menemukan basecamp nya apalagi mencelakai teman-temannya. Jujur Arkan sangat benci tempat itu, tapi melihat orang itu yang terus mengikutinya membuatnya terpaksa harus masuk kedalam sana seolah-olah itu adalah kehidupannya.

"Bener dugaan gue, siapa lagi dia?" gumam Arkan dengan terheran, selalu saja ada yang berniat tidak baik kepadanya.

Arkan memberhentikan si merah ditempat parkir dan sebelum memasuki club, Arkan memastikan orang itu mengikutinya atau tidak. Dan orang itu juga masih mengikutinya, sebenarnya Arkan sudah menduga kalau orang itu adalah orang yang tidak suka kepada dirinya atau memiliki dendam terhadap keluarganya.

Arkan menyelinap masuk dan langsung mencari kamar mandi, dia mengunci rapat kamar mandi itu. Memang aneh saat ada mahasiswa berandalan yang masih pakai tas menyelinap masuk ke Club. Arkan mencari ponselnya di saku jaket dan segera menelfon seseorang.

"Halo Fan!"

"Iya ar, tumben gak salam? Lagi dimana lo kita udah di basecamp nih!"

"Em...sorry fan gue gak bisa kesana, gue lagi di toilet club!"

"Lo kenapa Ar? Gue gak yakin lo baik-baik aja. Jangan bilang lo mabok ya?"

"Ck! Sejak kapan pikiran lo sedangkal Fero Fan? Gue diikuti orang misterius dan gak mungkin gue ke basecamp, gue gak akan melibatkan dan membahayakan kalian semua. Dan bilang sama mereka kalau gue ada urusan!"

Sempat Fandi menawarkan bantuan untuk menyusul Arkan, kalaupun orang itu berbahaya Fandi bisa mengajak temannya yang lain ikut kesana. Namun perkataan Arkan tidak bisa dibantah, jika sudah bilang tidak butuh bantuan ya berarti tidak.

"Oke, kapan lo bisa kumpul lagi?"

"Besok sore gue bisa, kabari aja sama mereka!"

Sementara itu orang misterius terus saja mencari Arkan di Club itu, tapi sialnya dia kehilangan jejak. Dia sudah memeriksa meja bar, dance floor dan setiap sudut Club itu. Tapi sepertinya dia lupa mengecek toilet disitu dan langsung meninggalkan Club itu padahal motor Arkan masih di parkiran.

"Halo bos, anak itu sedang ada di Club. Tapi setelah dia masuk saya kehilangan jejaknya bos!"

"Foto motor anak itu beserta Club nya, lalu pulanglah dan berikan foto itu padaku!"

"Baik bos!"

⏰⏰⏰

Dirumahnya, Arkan bernafas lega saat dia berhasil lolos dari pria misterius itu. Dia segera mandi dan mempersiapkan diri untuk bekerja di Cafe untuk 2 minggu kedepan. Arkan mengambil gitar kesayangannya dan memakai topi merah maroonnya dan jaket kulit hitamnya.

"Bi! Arkan pamit dulu ya?"

"Mau ngeband lagi den? Pulang jam berapa nanti?"

Ini yang Arkan selalu suka, bibi selalu perhatian padanya. Makanya tak jarang Arkan bermanja sama bibi yang sudah dianggap ibunya sendiri. Bahkan kedua orang tuanya tidak ada yang perduli padanya. Mereka selalu menyalahkannya dan mengekang apa maunya. Mungkin kalau Arkan pergi seperti orang yang dia sayang mereka tidak akan perduli.

ARKAN (Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang