Arkan senang masih ada yang perhatian padanya yang selalu menanyakan kesehariannya. Arkan jadi berandai kalau yang bertanya seperti itu adalah mamanya maka Arkan sangat bahagia sekali. Arkan memang punya mama tapi seperti tidak punya saja.
Bibi memang sangat perhatian pada Arkan, beliau kasihan melihat Arkan yang sedari kecil kurang kasih sayang kedua orang tuanya. Bahkan Arkan kecil selalu dirawat dan ditemani bibi. Arkan menganggap bibi adalah mamanya sendiri. Dia tidak sungkan bercerita apapun kepada wanita itu, bahkan sekarang Arkan sedang bermanja tidur dipangkuan bibi.
"Ya begitulah bi, seperti biasa pak Ripto selalu menegur Arkan. Bibi tahu? Arkan dibentak lho bi, Arkan kaget dan langsung melepas topi. Jadi pak dosen itu udah tahu deh kenapa Arkan selalu pakai topi," curhatnya sambil sembari tertawa melucu.
"Terus gimana den? Abis itu gimana?"
"Ya gak gimana gimana bi. Arkan terus pergi dari ruangan itu dan mengucapkan terima kasih aja."
"Dasar aden, pak dosennya kok bisa ya galak banget. Bibi tebak pasti dosen itu kepo tentang orang tua aden dan kehidupan aden kan?"
"Bibi tahu aja. Tahu tu bi jadi dosen kok kepo amat sama mahasiswa nya. Tapi Arkan ngerti kok kalau beliau cuma perhatian sama Arkan."
Bibi hanya mengangguk dan terus mengusap rambut Arkan dengan penuh kasih sayang.
"Nyonya dan tuan udah tahu belum soal luka itu?"
Arkan paham arah pembicaraan bibi, Arkan hanya menggelengkan kepala dengan malas. Membahas kedua orang tuanya membuat moodnya langsung down.
"Jangan sedih den, kan masih ada bibi. Udah ya den Arkan mandi terus sarapan. Bibi udah masakin makanan kesukaan den Arkan."
Mendengar nama makanan kesukaannya, mood Arkan kembali. Dan dengan semangat Arkan berdiri kemudian berlagak hormat.
"Siap bibi! Laksanakan!"
"Haha udah deh sana mandi den."Bibi terkekeh, dia hanya ingin membuat pagi Arkan di awali dengan senyuman.
⏰⏰⏰
Saat hendak bersiap ke kampus, Arkan dikejutkan suara klakson motor yang bersahutan. Dia merasa tidak punya musuh genk motor, lalu segera keluar untuk mengecek keadaan. Sebelum itu Arkan juga sempat pamit ke bibi.
"Bi Arkan berangkat ya udah siang nih assalamualaikum!"
"Hati-hati Den waalaikumsalam!"
Buru-buru Arkan mengeluarkan motornya dan mengendarai sampai gerbang rumahnya dan bertanya kepada pak satpam yang berjaga.
"Siapa pak?"
"Gak tahu den gak kenal bapak!".
Arkan menghampiri motor itu yang sepertinya dia pernah lihat. Motor ninja ada 3, jumlah orangnya ada 5. Ya gak salah lagi pasti itu teman barunya.
"Assalamualaikum!" Salam Arkan saat persis di samping mereka.
"Waalaikumsalam," jawab mereka kompak.
"Ya ahli...kubur..." lanjut Arkan.
"Wah ngerjain ni orang."
"Jail banget si es."
"Bisa ngelawak juga lo."
"Haha sakit perut gue Ar."
"Kena tipu kita."
Ya begitulah ungkapan kesal dari Zelo, Mike, Fandi, Fero dan Tara. Sedangkan Arkan tertawa sebentar dan kembali ke ekspresi dinginnya.
"Siapa suruh berisik di depan rumah gue," ucapnya datar.
Sempat heran juga saat mengetahui kelima teman barunya itu bisa mengetahui rumahnya juga jadwalnya ngampus, mana bikin keributan di depan rumah orang lagi. Sangat sopan sekali! Gerutu Arkan dari dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKAN (Terbit)
Teen FictionTidak diperdulikan, sudah biasa Tidak punya teman, sudah biasa Dipandang buruk, sudah biasa Kesepian dan kesendirian yang selalu menemaninya Ini kisah Arkan dimana dia pernah memilih untuk mati karena hidupnya sudah tidak diharapkan, namun dia masih...