Akhirnya cerita itu mengalir karena Arkan yang meminta mereka menceritakan kisah hidup mereka. Karena mereka adalah sebuah keluarga tempat berbagi suka dan duka bersama. Berawal dari cerita Mike yang ternyata orang Kalimantan yang kabur ke Surabaya karena perceraian orang tuanya.
Lalu cerita Zelo yang asli orang Medan yang ingin sekolah di Surabaya. Orang tuanya yang tersandung kasus korupsi sehingga mendekam di penjara. Kemudian Fero yang asli semarang ke Surabaya karena tidak dipedulikan kedua orang tuanya.
Tara yang menjadi pelampiasan kedua orang tuanya ketika marah, bahkan papanya sering mabuk dan memukulinya. Tara kemudian kabur ke Surabaya dari Tangerang. Fandi yang juga anak broken home yang ditelantarkan, hanya di beri rumah, motor dan sekoper uang.
Arkan tak menyangka mereka bisa bangkit dan saling menguatkan. Arkan akui mereka anak yang hebat bisa bertahan untuk hidup walau harus kabur. Arkan saja sempat berpikiran ingin mengakhiri hidupnya.
Dering ponsel Arkan menyingkap keheningan yang ada, dia segera mengangkatnya tanpa harus menyembunyikan apapun dari mereka.
"Halo assalamualaikum?"
"Waalaikumsalam, kamu dapat job untuk setengah bulan dengan gaji yang lumayan besar di cafe abang gimana Ar?"
"Bisa banget bang? Memang berapa?"
"15 juta gajinya tapi kamu harus bisa atur jadwal ya. Jadwalnya setiap malam pukul 8 sampe 10 malam. 2 jam kamu nyanyi berbagai genre, dari tampil solo sama tampil grub bisa?"
"Bisa banget bang terima kasih ya bang, mulai kapan nih?"
"Besok malam ya."
"Siap bang!"
Setelah mengangkat telfon, the GB atau the Good Boy (nama club motor mereka) pada melihat Arkan dengan tatapan heran. Mereka memamg mengerti kehidupan Arkan tapi belum tentang pekerjaannya.
"Siapa Ar?" Tanya Fandi
"Bang Aris, gue dapet job manggung di cafenya selama setengah bulan."
"Jadi lo gak ikut patroli dong sama kita?" tanya Fero.
Arkan menggeleng, "kalau kumpul gue bisa sampe jam 8 malem, kalau patroli sorry gue harus manggung buat bayar kuliah."
"Its okey kita ngerti kok yang penting lo tetep kumpul sama the GB," ucap Tara.
"Wah sabilah lo traktir kita ajak main ke Cafe tempat lo manggung," celetuk Mike dengan semangat tapi sayangnya mendapat jitakan keras dari Zelo, Tara, Fero dan pelototan dari Fandi.
"Aw!! Kok di jitak sih ntar rambut indah gue pada rontok bego!!" Mike mengusap kepalanya yang terasa nyut-nyutan.
"Lagian sih traktiran mulu isi otak lo!" sungut Zelo kesal.
Karena tahu perdebatan ini akan berlangsung sampai subuh makan Arkan harus menghentikannya kalau tidak mau berbuntut panjang. "Udah udah, kapan-kapan kalau ada waktu dan gue lagi ada rejeki kita nongkrong disana gue traktir."
"Nah boleh tuh!" seru Fero semangat.
"Ye...tadi ngatain Mike lo sendiri sama aja samsudin!" Zelo menoyor kepala Fero dengan khidmat.
Dering ponsel Arkan kembali bunyi dan langsung diangkat Arkan. Dia seperti orang penting saja yang mendapat telpon terus menerus.
"Assalamualaikum mas!"
"Malam ini kamu tampil ya ar, jam 9 malam sampai jam 10. Bayarannya seperti biasa ya Ar?"
"Siap mas!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKAN (Terbit)
Teen FictionTidak diperdulikan, sudah biasa Tidak punya teman, sudah biasa Dipandang buruk, sudah biasa Kesepian dan kesendirian yang selalu menemaninya Ini kisah Arkan dimana dia pernah memilih untuk mati karena hidupnya sudah tidak diharapkan, namun dia masih...