Keesokan harinya, Arkan masih bersantai di panti hanya membantu pekerjaan rumah. Walau ada pembantu, tapi Arkan tetap memaksa untuk beraktivitas. Setelah melakukan senam bersama anak-anak dan ibu panti, mereka sedang mandi untuk berangkat sekolah.
Keadaan panti yang sepi membuat Arkan suntuk, hingga berbagai hal telah dia lakukan. Mulai dari menyapu lantai, membersihkan kaca, memotong rumput, menyiram tanaman bahkan sudah membuat tugas kampus tetap saja dia merasa bosan. Hingga ibu panti datang menghampiri nya membuat kue brownies coklat kesukaannya.
"Wah...ibu tahu aja Arkan lagi pengen."
Arkan langsung mencomot kue itu dan memakannya."Ibu buat karena ada kamu disini, kamu pasti bosan ya? Apa gak capek bersih-bersih rumah sendirian?"
Ya bagaimana, Arkan sudah melarang semua orang yang ada di panti untuk membantunya. Bahkan Arkan masih keringetan, bedanya kalau sedang di panti Arkan sudah berani buka topinya.
"Capek si, tapi hitung-hitung sebagai olahraga bu."
"Boleh ibu tanya? Kenapa kamu meletakkan semua piala kamu disini bukan di rumah?" tanya ibu panti hati-hati.
"Ya sebagai kenang-kenangan dari Arkan, kalau suatu saat nanti Arkan pergi kan ibu bisa lihat semua piala Arkan."
Entah perasaan tidak enak menyelimuti hati ibu panti, beliau seorang ibu yang sangat mengerti akan kondisi Arkan yang sudah dianggap putranya sendiri.
"Kamu itu ngomong apa Arkan, emang kamu mau pergi kemana. Jangan ngasal kalau ngomong kamu."
Arkan juga tak tahu apa yang diucapkannya, tapi memang benar dia sengaja meninggalkannya di panti agar bisa dilihat semua orang. Ponselnya berdering saat akan mengambil kue lagi.
"Halo assalamualaikum!" salam Arkan.
"Haha...sok alim lo. Datang ke gedung tua sekarang atau pacar lo yang polos itu habis sama gue. Inget datang sendirian kalau mau pacar lo selamat!"
"Maksud lo apa!" bentak Arkan tapi sambungan telponnya terputus.
"Siapa Arkan, kenapa marah-marah nak?" tanya ibu panti lembut.
"Maaf bu Arkan harus pamit. Assalamualaikum!" Tanpa mendengar jawaban salam dari ibu panti.
⏰⏰⏰
Vania yang awalnya ingin pergi ke rumah Aira, mendadak dia diikuti 2 pria berbaju hitam. Awalnya Vania biasa saja dan berpikiran positif, tapi tiba-tiba saja dia dibekap dari belakang sampai dia tidak ingat apapun lagi.
Saat tersadar, dia telah berada di ruangan yang gelap dan kotor. Tempat seperti gudang itu membuatnya takut, tidak ada seorang pun disini. Mulutnya yang di lakban tidak bisa untuk berbicara sedikitpun, tangannya terikat kebelakang dan kakinya yang terikat pada kaki kursi.
Tak lama datang seorang pria yang Vania akui memang tampan, tapi melihat seringainya Vania yakin kalau dia sangat jahat. Vania jadi merinding saat lelaki itu mulai mendekatinya, tapi sepertinya wajah pria itu mirip seseorang.
"Cantik juga incaran Arkan, masih SMA lagi. Beruntung banget dia dapetin cewek selain Naya. Oh apa kau tahu siapa Naya?" tanya pria itu sambil memegang dagu Vania.
Vania hanya menggeleng lalu dibukanya lakban itu secara kasar, pria itu seperti tidak mempunyai hati saja.
"Aw! Apa nggak bisa dibuka pelan saja?. Aku tahu siapa Naya, yang pasti dia manusia kan?. Dan siapapun Naya itu aku nggak mau ikut campur." Ucapnya santai malah membuat pria itu semakin emosi.
"Mungkin setelah lo denger sesuatu dari gue lo akan berpikir untuk tidak ikut campur lagi deh. Denger! Naya itu mantannya Arkan, cinta pertamanya Arkan. Asal lo tahu cinta pertama itu sulit dilupakan, dan mungkin lo cuma dijadiin pelarian. Lo tahu pelarian sama dengan seorang pengganti. Jika si Naya telah balik, lo akan di buang jauh-jauh sama Arkan. Hahahahha kasihan banget si hidup lo, cuma jadi pelampiasan!" Nadanya tegas dan penuh penekanan membuat Vania terkejut.
"Oh...gitu. jadi mas mau ngajarin aku tentang pelarian, pelampiasan sama cinta pertama. Aku udah paham kok mas, dan cinta pertama aku itu kak Arkan jadi aku sulit untuk melupakan kak Arkan kan? Vania paham mas tanpa dijelasin. Tapi makasih loh infonya." pria itu makin geram akan kepolosan Vania.
"Terserah lo! Yang penting gue akan manfaatin lo buat ngundang Arkan kesini agar kita habisi!"
Tepat setelah itu, dua orang berpakaian hitam masuk dan tersenyum meremehkan kearah Vania. Vania ingat kalau dua orang itu yang menculiknya. Ini sangat bahaya kalau Arkan datang hanya untuk menyelamatkannya, Vania berdoa agar Arkan tidak datang.
"Kalian kan yang nyulik aku! Lepasin nggak!!" teriak Vania.
"Diem lo! Lakban lagi tu orang agar gak banyak omong."
Salah satu orang berpakaian hitam melangkah kearah Vania dan kembali melakban mulutnya. Sementara pria iblis itu merekam Vania dalam keadaan terikat kemudian dikirim videonya ke Arkan.
⏰⏰⏰
Arkan membawa si merah dengan kecepatan penuh, tempat pertama yang dia tuju yaitu rumah Vania. Dia hanya ingin memastikan benar atau tidak ucapan si penelpon itu. Sesampainya di rumah Vania, hanya ada sinta ibunya Vania.
"Emang ada apa nak? Vania katanya mau ke rumah Aira tadi. Tapi ibu telpon gak aktif nomornya!"
Benar kata shinta, nomor Vania tidak aktif. Arkan makin menjadi khawatir kalau benar Vania di culik, selama ini Arkan merasa tidak punya musuh. Setelah itu ponselnya kembali berbunyi, kali ini penelpon itu mengirim video dan itu adalah video Vania yang sedang diikat disebuah kursi.
"Em... insyaallah gak ada apa-apa bu. Arkan akan mencari Vania dan mengantarnya pulang. Arkan permisi dulu ya bu assalamualaikum!" Arkan segera mencium tangan shinta dan berpamitan.
"Waalaikumsalam hati-hati nak Arkan!"
Arkan hanya menganggukkan kepala nya lalu menaiki si merah. Tak lupa topi putihnya ia putar ke belakang dan memakai helm. Setelah itu dia bergegas menuju gedung tua yang dimaksud, tak perlu lama Arkan telah sampai didepan gedung tua yang terdekat di daerah tempat tinggalnya.
⏰⏰⏰
Lucky sedang bersembunyi dibalik pohon besar disekat bangunan itu, dia sedang mengintai dari sana dengan motor yang terparkir di bengkel kemarin. Dia melihat dua orang berpakaian hitam menggendong satu gadis yang pingsan sepertinya. Tapi Lucky tidak bisa mengenal siapa gadis itu.
Lalu datang pria yang lumayan tampan turun dari motor ninjanya, motor itu sepertinya akan diparkirkan di belakang karena Lucky masih bisa melihatnya. Masih dengan posisinya, dia sangat penasaran apa rencana mereka menyekap gadis itu dan apa tujuannya.
Yang membuat terheran, sepuluh menit kemudian Arkan dengan kecepatan penuh melewati tempatnya bersembunyi. Untungnya posisi Lucky tidak terlalu terlihat. Lucky sangat kenal motor Arkan dan pakaian yang digunakan, Lucky paham tujuan mereka. Mencelakai Arkan, Lucky harus mengawasi mereka bagaimanapun dia sudah berjanji untuk melindungi Arkan dengan segala kemampuannya.
Fandi diam-diam mengikuti Arkan dengan jarak yang lumayan jauh. Arkan memasuki ruangan yang berada di sudut bangunan lantai satu. Dia hanya mengawasi di depan pintu berjaga-jaga. Sempat terjadi perkelahian yang tidak seimbang, tiga lawan satu tapi Arkan masih bisa mengimbangi.
Hingga salah satu dari tiga orang itu mengeluarkan sesuatu dari balik saku jaketnya. Ini sangat bahaya untuk Arkan, apalagi sepertinya Arkan mulai hilang keseimbangan saat salah satu dari mereka memukul punggungnya. Arkan juga terlihat mengeluarkan darah dari hidungnya, sepertinya dia terkena pukul dibagian hidungnya.
Lucky berlari dari tempat persembunyiannya saat pria yang mengeluarkan sesuatu itu akan mencelakai Arkan. Hingga suara yang memekakkan telinga terdengar hingga ketempat Vania berada.
DOR!!
⏰⏰⏰
Gimana part ini?
Vote nya yuk...
See u again
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKAN (Terbit)
Teen FictionTidak diperdulikan, sudah biasa Tidak punya teman, sudah biasa Dipandang buruk, sudah biasa Kesepian dan kesendirian yang selalu menemaninya Ini kisah Arkan dimana dia pernah memilih untuk mati karena hidupnya sudah tidak diharapkan, namun dia masih...