Pagi-pagi sekali selepas sholat subuh, Arkan sudah siap untuk pergi. Mobil pick up sewaannya telah datang 5 menit yang lalu, dia meletakkan sepucuk surat yang diletakkan di meja nakas. Dia menyeret dua kopernya dan menaruh kardus di depan kamarnya. Ditatapnya kamar itu untuk terakhir kalinya, dia pasti akan merindukan semuanya.
Kamar selama 20 tahun ini yang menjadi saksi betapa terpuruknya Arkan. Dia juga akan kangen bibi, sama masakannya dan juga pelukan hangatnya. Dia akan merindukan seluruh rumah ini, Arkan segera bergegas membawa dua kardusnya dahulu ke mobil. Pak sopir ikut membantu menaikkan kardus Arkan dan dua kopernya.
Setelah itu Arkan mengarahkan alamat yang akan dituju ke pak sopir. Dia segera mengeluarkan si merah dari bagasi dan menaikinya, sebelum benar-benar pergi Arkan sempatkan menatap rumah itu seakan mengucapkan selamat tinggal.
Pria yang memakai jaket hitam dengan kaos putih di dalamnya, celana jeans hitam dan sepatu hitamnya melaju di jalanan menuju tempat yang akan membuatnya akan merasa lebih tenang. Mobil pick up itu mengikutinya dari belakang dan berhenti ketika merasa telah sampai pada tujuannya.
PANTI ASUHAN
Tempat itu menjadi tujuan Arkan saat ini, Arkan sangat tahu pada waktu sepagi ini ibu panti sedang memasak di dapur. Arkan segera mengetuk pintu setelah mengeluarkan barang-barangnya dari pick up. Tak lama pintu terbuka dan muncul ibu panti yang sedang memakai celemek.
"Assalamualaikum bu," salam Arkan sambil mencium tangan ibu panti.
"Waalaikumsalam nak Arkan dari kapan disini, ayo masuk dulu. Mau ibu buatkan coklat hangat karena cuaca masih dingin pagi ini."
"Ga usah repot bu, Arkan cuma mau ijin nginep disini untuk sementara sampai dapat apartemen."
Ibu panti kemudian pergi ke dapur dan menyuguhkan coklat hangat untuk Arkan. Dia tahu Arkan pasti ada masalah sama keluarganya.
"Diminum dulu nak, kamu disini saja jangan nyewa apartemen. Anak-anak akan suka jika kamu disini Arkan, mereka sangat rindu padamu. Ibu tahu kamu sedang sibuk akhir-akhir ini dan jarang punya waktu untuk mereka. Setidaknya kamu menginap beberapa hari."
Arkan berpikir sejenak, dia masih diberikan waktu cuti dari pekerjaan selama 5 hari. Dalam seminggu Arkan hanya ke perusahaan 2 kali, jadi lebih banyak waktu kumpul sama the GB untuk patroli.
"Ya udah bu, Arkan nginep 3 hari aja ya".
Arkan memasuki kamarnya yang tepat disebelah kamar ibu panti. Memang kamar itu adalah kamar tamu yang tak terpakai, lalu dia meletakkan semua barangnya di bantu ibu panti. Anak-anak sudah pada bangun dan lagi sholat subuh di ruang sholat.
Arkan hanya memasukkan sebagian pakaiannya saja, barang-barangnya yang berharga seperti piala dia tidak membukanya. Kardus berisi piagam dan pialanya akan dia berikan kepada ibu panti untuk koleksi disini.
"Itu kardus apa Arkan?" tanya ibu panti yang baru saja selesai memasak.
"Ini piala dan piagam Arkan bu, boleh kan Arkan taruh disini?"
Ibu panti hanya menganggukkan kepala saja lalu ikut membantu menyusun di almari kaca di ruang tamu. Masih banyak pertanyaan yang memenuhi pikiran ibu panti, masih banyak hal yang tidak diketahui ibu panti tentang Arkan. Hanya masalah keluarganya saja yang dia ketahui.
Baginya Arkan terlalu misterius, tidak tertebak pola pikirnya. Arkan pun masih tidak melepas anting hitam di telinga kanannya, gelang berbentuk rantai di tangan kirinya, menambah kesan berandalan yang kian melekat. Tak ayal Arkan selalu di pandang buruk oleh orang lain yang tidak terlalu mengenalnya, karena penampilannya tentu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKAN (Terbit)
Teen FictionTidak diperdulikan, sudah biasa Tidak punya teman, sudah biasa Dipandang buruk, sudah biasa Kesepian dan kesendirian yang selalu menemaninya Ini kisah Arkan dimana dia pernah memilih untuk mati karena hidupnya sudah tidak diharapkan, namun dia masih...