"Ini makam siapa kak?" tanya Vania lagi.
"Ini makam—"
Arkan tidak melanjutkan ucapannya, dia yang berhadapan dengan Vania mengambil kedua tangan Vania dengan lembut. Digengamnya tangan Vania di atas pusara itu, Arkan mulai menarik nafas dan mulai berbicara.
"Di atas pusara ini, di atas makam kakak....aku ingin menyatakan perasaanku Vania. Aku tahu ini terlalu cepat, tapi aku sungguh merasa nyaman dan bahagia saat bersama kamu. Kamu sumber kebahagiaan ku Vania. Jadi maukah kamu menjadi teman hidupku."
Akhirnya kalimat itu berhasil terucapkan setelah membuat Arkan bingung mau mulai dari mana.
"Ya kan selama ini kakak sama aku udah temenan kan? Kita sudah menjadi teman hidup kan kak?" jawaban Vania sangat luar biasa.
Ini yang Arkan suka, Vania tidak seperti gadis yang lain yang terang-terangan menyukainya. Dia gadis yang baik, lembut, ramah dan polos bagi Arkan yang gak ada duanya. Vania bahkan kelihatan imut hanya pakai kaos abu bergaris dan celana bahan berwarna navy.
"Vania...maukah kamu jadi pacar aku?" Arkan mengulangi lagi maksudnya.
Vania hanya mengerjapkan matanya berulang kali, mungkin dia merasa salah dengar. Hal itu membuat Arkan terkekeh gemas karena dengan begitu Vania tambah lucu. Arkan gak tahan untuk mencubit kedua pipi Vania untuk membuatnya sadar.
"Aw!! Kok dicubit..sakit tau." Vania malah mengerucutkan bibirnya.
"Jadi gimana Van? Mau gak jadi pacar aku? Aku tahu aku gak romantis memberi bunga atau coklat. Aku malah nyatain perasaannya di pemakaman gini. Aku gak maksa kok kalau kamu gak mau...maaf kalau buat kamu gak nyaman. Lupain a—"
"Aku mau kok!" Refleks Vania.
Termenung karena terkejut mendengar pekikan Vania yang reflek itu, sedangkan Vania menutup mulutnya lalu menunduk malu.
"Makasih!"
"Sama-sama," jawab Vania malu-malu.
Arkan beralih kemakam yang bertuliskan Azka Ananta Pradana, dia adalah kakaknya yang meninggal 5 tahun yang lalu karena sebuah insiden. Arkan mengajak Vania mendoakan mendiang kakaknya, tak jarang air mata Arkan kembali menetes mengingat semua kenangan bersama kakaknya.
"Kakak baik-baik aja kan?" tanya Vania selesai berdoa.
"Iya, kita lanjut jalan yuk tuan puteri. Hari ini aku ingin selalu sama kamu."
Arkan dan Vania sudah berada di atas motor yang melaju membelah jalanan kota Surabaya. Entah akan kemana mereka, dua orang kasmaran itu selalu tersenyum.
"Kemana lagi kak?"
"Mall aja ya? Biasanya cewek suka belanja. Dan apapun yang kamu mau hari ini akan aku berikan sebagai perayaan hari jadian kita."
"Ga usah kak, aku gak terlalu suka belanja nanti malah nyusahin kakak lagi. Daripada dibuat belanja lebih baik di tabung kak."
"Sekali aja Van, aku ingin belanja sama kamu."
Vania hanya pasrah yang penting dia senang diperlakukan istimewa oleh orang yang istimewa di hidupnya.
⏰⏰⏰
Di Basecamp semua sibuk dengan kegiatan masing-masing, terlihat Zelo yang duduk di pojokan dengan memangku laptop. Jangan salah, Zelo sedang mood mengerjakan tugas terlihat dari kerutan di keningnya bukti dia tengah serius berpikir.
Kalau Zelo sedang dalam mode serius keadaan harus hening jangan sampai ada suara, atau kalau tidak Zelo akan merajuk. Tapi apalah daya keadaan seperti itu tidak akan pernah terjadi, mereka bahkan semakin ingin mengusili Zelo.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKAN (Terbit)
Fiksi RemajaTidak diperdulikan, sudah biasa Tidak punya teman, sudah biasa Dipandang buruk, sudah biasa Kesepian dan kesendirian yang selalu menemaninya Ini kisah Arkan dimana dia pernah memilih untuk mati karena hidupnya sudah tidak diharapkan, namun dia masih...