7. Masih Sama

125 35 2
                                    

Selamat Membaca

Selamat Membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌵🌵🌵🌵🌵

IMELLIA sudah berada di gedung seni setelah bel pulang sekolah berbunyi. Punggungnya sedikit terasa nyeri karena terkena lemparan bola basket dari gadis yang tak dikenalnya. Beruntung Imellia tidak pingsan. Gadis itu cukup kuat.

Imellia sudah dengan pakaian untuk latihan menarinya duduk di pinggir panggung. Kedua tangannya memangku dagunya. Dia melamun.

Dari arah yang berlawanan seorang perempuan berpostur tubuh yang tingginya sama dengan dia datang dari pintu masuk gedung. Mata Imellia hanya menatap gadis itu. "Masih sakit punggung lo, Mel?" tanya orang itu sembari meletakkan tas ranselnya di dekat tas Imellia.

Imellia menggeleng lemas. "Nggak."

Gadis itu menatap Imellia, "Lo kenapa sih? Kenapa nggak lo marahin aja cewek tadi? Dia pasti udah sadar sekarang. Mau gue aja yang ngelabrak dia?"

"Nggak usah, Ta. Kata Tama dia udah minta maaf tapi lewat Tama karena nggak berani sama gue. Katanya juga dia itu tadi pusing jadi nggak terlalu jelas penglihatannya."

"Mel, nggak bisa gitu dong. Dia harus tetep minta maaf sama lo secara langsung. Lo kok jadi lemah gini sih?" Dita, sahabat Imellia sejak kecil itu heran melihat temannya yang berbeda. Jika dulu ada yang buat masalah dengan Imellia, orang itu akan langsung di beri pelajaran oleh Imellia.

"Dia tau Tama pacar lo dari siapa?" tanya Dita membuat apa yang dipikirkan Imellia sedari tadi tersuarakan.

Imellia memilih mengesampingkan pikiran negatif yang sudah ada di otaknya. Ia berdiri dari duduknya. "Udahlah males, yuk latihan lagi. Waktu kita kurang seminggu."

Imellia mulai mengambil selendang warna merah yang masih ia simpan dalam tasnya. Sedangkan Dita menatap sahabatnya kasihan.

"Eh, Ta, yang lain mana?" tanya Imellia ketika menyadari ada anggotanya yang belum hadir.

"Katanya ada ulangan dadakan sama remidi. Nanti nyusul."

Imellia ber-oh ria sambil mengikat selendang merah itu melingkar di pinggangnya.

🌵🌵🌵🌵🌵

"Lo suka ya, Ar sama cewek tadi?" tanya cowok berpostur tubuh tinggi dan rambutnya yang tersisir rapi.

"Ar?!" cowok itu membuyarkan lamunan Ardha tentang cewek tadi yang Ardha gendong ke ruang UKS.

"Huh?" Wajah Ardha memandang sahabatnya linglung. "Kenapa?" tanyanya ketika beberapa kali mengedipkan mata guna membuat pikirannya fokus.

Cerita dari Alisha [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang